Faizah Ulil Jannah Raih Juara 3 Kemah Budaya Kaum Muda Kemendikbud
Faizah Ulil Jannah, mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, sukses meraih gelar dalam ajang Kemah Budaya Kaum Muda (KBKM) 2020 yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Acara ini digelar secara dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring), Sabtu malam, di Hotel Aston Kartika, Grogol, Jakarta Barat (14-11-2020) lalu.
Terdapat dua kategori yang dilombakan, yakni aplikasi dan prakarya. Peserta yang lolos sebanyak 584 kelompok. Mereka terdiri atas 334 kelompok kategori aplikasi dan 250 kelompok kategori prakarya.
Pemenang untuk kategori aplikasi yakni juara 1 diraih oleh Regional Yogyakarta II yaitu Universitas Negeri Malang, juara 2 diraih oleh Nucalale dari Regional Gabungan (Bali, Kalimantan, Sulawesi Utara, Maluku, dan Papua) dan juara 3 diraih oleh Regional Yogyakarta I Gabungan (Universitas Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Pancasakti, dan Universitas Telkom).
Ulil, begitu akrab disapa mengungkapkan, “Saya bangga dan bersyukur bisa menjadi peserta yang lolos ke tingkat nasional KBKM, karena tahapan lomba ini sangat panjang. Dari bulan Juli, kami bertanding dengan ribuan pendaftar, sehingga masuk tahap regional pada bulan Agustus seleksi tingkat regional, dan akhirnya kelompok kami menjadi perwakilan Jawa Tengah sebagai juara 1 untuk mewakili daerah di tingkat nasional pada bulan November.”
Proses pembuatan aplikasi tentunya memerlukan banyak tenaga, waktu, dan pikiran. Aplikasi yang dibuat bernama TOONESIA, sebuah platform taman baca digital berisi cerita manuskrip dan tradisi lisan yang ada di Indonesia dialihwahanakan ke dalam bentuk komik serta novel. Dalam proses pembuatan aplikasi ini sangat panjang dari menentukan model bisnis yang digunakan, material benefit yang akan didapatkan, pembuatan UI/UX, sampai pembuatan aplikasi oleh programmer.
“Alasan kelompok kami membuat aplikasi TOONESIA karena banyak yang sudah melupakan dan matinya budaya tradisi lisan serta manuskrip yang dianggap kuno. Oleh karena itu, cerita-cerita tersebut perlu adanya pewaris budaya untuk tetap menjaga. Ya, salah satunya melalui platform taman baca digital yang kami buat. Dunia harus sejalan dengan perkembangan teknologi yang ada, kami yakin dengan adanya aplikasi yang kami buat bisa menyelamatkan warisan budaya tradisi lisan dan manuskrip,” pungkas Ulil. (Amb)