Mahasiswa BK UAD Juara III Pilmapres PTMA Tingkat Nasional
Zaenab Amatillah Radhiyya, perempuan kelahiran Solo, 13 Juli, itu berhasil menorehkan prestasi yang membanggakan. Zaenab, panggilan akrabnya, merupakan mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK) angkatan 2019. Saat ditemui secara luring di Kamus IV UAD pada Rabu, (08-06-2022) lalu, ia menjelaskan tentang pencapaiannya mendapat juara III Pilihan Mahasiswa Berpestasi (Pilmapres) Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) tingkat nasional.
Ketertarikan dan motivasinya saat mengikuti kompetisi ini yakni sebagai bentuk pengaktualisasian diri karena menurutnya kita belajar bukan hanya menimba ilmu, tetapi sebisa mungkin bisa mengoptimalkan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Sedangkan menurutnya, menang atau kalah bukan menjadi tujuan. Orientasi dalam mengikuti kompetisi ini bukan semata-mata untuk meraih penghargaan, tetapi bagaimana kita dapat berproses yang nantinya akan menambah relasi melalui kegiatan yang diikuti.
Penyelenggara kompetisi yang diikuti tersebut adalah PTMA, yang diamanahkan kepada satu universitas sebagai penyelenggara yaitu Universitas Muhammadiyah Jember. Peserta yang mengikuti berasal dari semua universitas PTMA seluruh Indonesia yang dibagi menjadi beberapa liga atau wilayah, seperti wilayah barat, tengah, dan timur.
Zaenab memaparkan waktu yang diperlukan untuk kompetisi ini cukup lama. Dimulai dari seleksi tingkat program studi (prodi), fakultas, kemudian universitas, yang selanjutnya baru bisa menuju ke PTMA. Kompetisi itu terselenggara sekitar bulan Mei hingga Juni.
“Tahapan kompetisi dimulai dari mengumpulkan gagasan kreatif serta capaian unggulan, mengumpulkan video bahasa Inggris dengan tema SDGs di YouTube, kemudian membuat poster yang berisi deskripsi diri dan gagasan kreatif. Untuk tahap final adalah mempresentasikan poster dan diskusi dengan menggunakan bahasa Inggris. Peserta yang dapat masuk ke babak final hanya ada lima besar dengan pengambilan juara I, II, III, serta juara harapan I dan II,” jelasnya.
Lebih lanjut ia memaparkan, “Kompetisi ini mengacu kepada Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas), jadi sama dengan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI). Bedanya, cakupannya di lingkup PTMA. Capaian yang dibutuhkan bukan hanya lomba tetapi publikasi, pengakuan ketika menjadi narasumber maupun moderator, juga pengabdian kepada masyarakat. Bahkan bisa dikatakan poin yang berpengaruh besar adalah publikasi. Sebab, semua orang bisa berkompetisi tetapi tidak semua bisa melakukan publikasi. Dalam publikasi, banyak hal yang bisa didiskusikan.”
Proses untuk bisa mengikuti kompetisi ini bukanlah sebentar, bukan hanya sebulan dua bulan, kadang semangat motivasi yang naik turun pun menjadi hal berat baginya. Cara untuk mengatasi yakni banyak berdiskusi dengan orang lain, dan menentukan tujuan yang ingin dicapai. Kendala lainnya, ia mengaku baru pertama kali sampai masuk tahap PTMA. Pada semester sebelumnya dirinya pernah mencoba, tetapi belum lolos di tingkat fakultas.
Terakhir, Zaenab merasa sangat bersyukur karena semua yang dicapai semata-mata atas izin Allah dan tentunya banyak pengorbanan dan perjuangan bukan hanya dari dirinya. Mentor, teman, dan tim selama ini telah banyak membantu. Menurutnya pada kompetisi ini bukan hanya kerja pribadi yang diajarkan, tetapi bagaimana arah dan bimbingan serta dukungan dari universitas.
“Saya yakin banyak orang yang lebih hebat dari saya, apalagi jika dilihat mahasiswa baru angkatan 2021, mereka banyak mempunyai potensi yang lebih keren di luar ekspektasi kita. Mungkin sebelumnya kompetensi itu belum ada di angkatan kita. Kompetensi tidak hanya di satu bidang, tetapi teman-teman bisa menggali apa saja potensi yang ada di dalam diri kita yang sekiranya dapat bermanfaat bagi orang lain. Maksimalkan waktu dengan baik selama kuliah. Jika saya pribadi lebih mendahulukan kepentingan orang banyak, seperti tugas kelompok, organisasi, maupun tugas dari kampus daripada kepentingan pribadi. Kepentingan pribadi kita bisa lebih ke pengaturan waktu masing-masing, karena yang tahu keadaan diri ya kita sendiri. Pintar membagi waktu adalah salah satu kuncinya,” tutupnya. (ctr)