Spirit Isra Mikraj dalam Bingkai Islam Berkemajuan
“Jangan hanya sebatas menyebar pamfletnya tetapi tidak tahu makna yang sesungguhnya. Banyak perbedaan pendapat dari pengertian Isra dan Mikraj. Kisah ini mungkin sudah sering kita dengar saat hari perayaan itu tiba. Banyak sekali pelajaran atau ibrah yang dapat diambil dari kejadian yang berlangsung satu malam ini.”
Begitulah yang disampaikan Hasbi Assidiqi, S.Ag. saat menjadi pembicara dalam kajian keislaman yang diselenggarakan oleh bidang Tabligh dan Kajian Keislaman Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
Tayang pada Senin, 28 Februari 2022, kajian yang bertema “Spirit Isra Mikraj dalam Bingkai Islam Berkemajuan” itu dipandu oleh Naufal Abdul Aziz selaku ketua bidang TKK IMM FAI UAD. Acara disiarkan secara langsung di platform Google Meet. Pembicara yang hadir merupakan demisioner KORKOM IMM UAD. Peserta yang mengikuti kajian ini adalah kader IMM FAI UAD yang bersifat wajib, dan terbuka untuk masyarakat maupun mahasiswa umum.
Jika merujuk pada Q.S. Al-Isra ayat 1 dan Q.S. An-Najm ayat 13–18, kata Hasbi, terdapat tiga kunci yang ada pada peristiwa Isra Mikraj yaitu asra’, ‘abdi, dan layl. Asra’ adalah memperjalankan, memindahkan materi dari satu tempat ke tempat lain. Tempat menyatakan satu titik dalam ruang sehingga asra’ terkait dengan ruang beserta atributnya. ‘Abdi menunjuk pada hamba pilihan-Nya yakni Rasulullah yang meliputi jiwa, raga, jasmani, dan rohani. Layl mewakili waktu.
“Banyak sekali pelajaran atau ibrah yang dapat diambil dari kejadian yang berlangsung satu malam ini antara lain, meningkatkan rasa keimanan kepada Allah Swt. Dan kepada Rasullullah saw. Tidak boleh ada keraguan di dalamnya, bisa dipertanyakan iman kita jika meragukan hal yang sudah tertera di dalam Al-Qur’an. Sesuatu hal yang ada di dalam Al-Qur’an wajib kita imani. Selanjutnya, memohon pertolongan kepada Allah Swt. dalam setiap langkah kehidupan di dunia. Kita adalah orang yang lemah, kita harus sadar bahwa kita diciptakan hanya untuk menghadapi ujian. Kita sangat perlu pertolongan dari Allah Swt. Mulailah setiap kegiatan dengan doa agar kegiatan yang dilalui menjadi berkah, hal ini yang sudah mulai hilang dari kita. Segala langkah dan kegiatan yang kita lakukan hendaknya selalu memohon pertolongan kepada Allah Swt. Terakhir, meyakini bahwa di balik setiap ujian dan cobaan akan ada hikmah besar jika kita bersabar dan bertawakal kepada Allah Swt.,” ujar Hasbi.
Sedangkan aktualisasi Isra Mikraj dalam bingkai Islam berkemajuan yakni dengan menghadirkan jiwa (istihdhorul qalbi) dalam ibadah amaliah. Dalam Islam berkemajuan sering kita dengar ramal ilmiah ilmu amaliah, maka kejadian Isra Mikraj bukan hanya sebatas sebagai catatan sejarah atau hanya menjadikan perayaan momentum semata. Lebih dari itu, kualitas ibadah dan amaliah harus semakin bertambah.
Perbaiki hubungan dengan Allah dan manusia agar tidak merasakan kehampaan dan kesia-siaan dari amaliah, mewujudkan kesalehan sosial secara luas. Dalam surat Al-Maun menyatakan bahwa identitas seorang bukan hanya kesalehan individu tetapi bagaimana kesalehan individu bisa memberikan dampak pada kesalehan sosial secara luas.
“Sebaik-baik kita adalah yang mau belajar, mewujudkan spirit billahi fii sabililhaq fastabiqul khairat. Secara sederhana bisa diartikan meraih tekad meraih rida Allah dan menempuh jalan kebenaran maka kami akan bertaruh jiwa raga mendapatkan hasil terbaik dalam kebaikan. Seluruh amaliah setelah menghadirkan jiwa dan memberikan kebermanfaatan pada akhirnya semua harus kita tekadkan dan persaksikan kepada Allah Swt. yang ditempuh dengan dipenuhi spirit kebaikan terus-menerus,” tambahnya.
Terakhir, Hasbi menuturkan, “Mari kita berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan di sekitar kita, jangan sombong, tetap istikamah, dan jangan malas. Semoga pengajian hari ini bisa menjadi pemberat amal kebaikan di hadapan Allah Swt. Mari, dengan perayaan Isra Mikraj tahun ini jadikan momentum sebagai ajang untuk lebih mengenal lagi ajaran Rasulullah saw. dengan baik dan benar.” (ctr)