Menguraikan Karakter-Karakter Mulia Menurut Al-Qur’an
Ramadhan di kampus (RDK) 1445 H Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menggelar Kajian Dhuha setiap satu kali dalam seminggu selama bulan Ramadan. Kajian Duha diadakan pada hari Kamis, 11 Ramadan 1445 H secara luring di Masjid Islamic Center UAD dan disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube masjid tersebut. Pemateri dalam acara kajian kali ini adalah H. Saijan, S.Ag., M.S.I. Dengan tema kajian yang mengangkat tentang “Manusia Berkarakter Mulia Menurut Al-Qur’an.”
“Sengaja kami mengangkat terkait karakter, terkait masalah kepribadian. Karena berangkat dari sebuah keprihatinan banyak orang yang cerdas, banyak orang yang hebat luar biasa tapi tidak punya karakter, tidak punya etika,” Tutur Saijan.
Mengambil inspirasi dari Surat Al-Furqan ayat 63, Saijan menguraikan dengan penuh kebijaksanaan tentang karakter-karakter yang patut dicontoh dalam kehidupan sehari-hari. Ayat yang menjadi pusat perhatian dalam kajian ini menyiratkan beberapa poin penting yang mendasari sebuah kepribadian mulia.
Menghindari Sifat Angkuh dan Sombong
Sifat ini dianggap sebagai hal yang merugikan dan bertentangan dengan ajaran Islam karena memunculkan kurangnya penghargaan terhadap orang lain.
Beberapa orang mungkin merasa sombong karena merasa memiliki pengetahuan yang lebih dari orang lain. Namun, Islam mengajarkan bahwa ilmu seharusnya membuat seseorang lebih merendah dan bertanggung jawab atas penggunaannya. Ada juga yang merasa sombong karena usia yang telah mereka capai. Islam menegaskan bahwa usia bukanlah indikator keunggulan seseorang, melainkan amal dan ketakwaannya kepada Allah. Selain itu, orang yang memiliki kekayaan materi seringkali cenderung merasa lebih tinggi daripada yang lain. Namun, Islam mengajarkan bahwa kekayaan hanyalah ujian dari Allah, dan seharusnya tidak membuat seseorang sombong atau menghina orang lain yang kurang mampu.
Mengendalikan Emosi
Islam mengajarkan pentingnya untuk memahami dan mengendalikan emosi, termasuk amarah, kesedihan, kebahagiaan, dan lain-lain. Pengendalian diri merupakan tanda dari kedewasaan spiritual dan kebijaksanaan seseorang.
Mengendalikan emosi berarti mampu menahan diri dari tindakan atau perkataan yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Hal ini melibatkan penggunaan akal dan pertimbangan yang bijaksana dalam menanggapi situasi-situasi yang menimbulkan emosi.
Ibadah di Sepertiga Malam
Ibadah di sepertiga malam menunjukkan ketakwaan dan kecintaan yang mendalam kepada Allah SWT. Waktu tersebut dipandang sebagai waktu yang paling dekat dengan Allah, di mana doa-doa diterima dengan lebih baik. Sepertiga malam merupakan waktu yang sangat baik untuk berdoa, bertafakur, dan merenungkan kebesaran Allah. Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabatnya seringkali melakukan ibadah di sepertiga malam. Oleh karena itu, mengikuti jejak mereka dalam beribadah di waktu tersebut merupakan amalan yang sangat diberkahi dan sangat dianjurkan dalam Islam.
Rasa Takut akan Dosa
Ketakutan akan dosa didasarkan pada kesadaran akan konsekuensi buruk yang dapat ditimbulkan oleh perbuatan dosa. Seorang muslim menyadari bahwa setiap perbuatan buruk yang dilakukan akan memiliki dampak negatif, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Ketakutan akan dosa menjadi pemicu untuk terus memperbaiki diri. Melalui kesadaran akan dosa, seseorang akan lebih berhati-hati dalam bertindak dan berusaha untuk selalu melakukan kebaikan serta menjauhi segala bentuk kemungkaran.
Terakhir namun tak kalah pentingnya, kajian ini mengingatkan umat Islam untuk tetap konsisten dalam menjaga tauhidnya, yaitu tidak mencari tuhan selain Allah SWT. Pada intinya, karakter mulia menurut Al-Qur’an membutuhkan kesatuan dalam pengabdian dan penghambaan kepada Sang Pencipta semata. (dnd)