Lowongan Penerimaan Dosen Tetap UAD 2015
Universitas Ahmad Dahlan (UAD)
Memberikan kesempatan berkarir dan bergabung menjadi dosen tetap.
Persyaratan dan informasi lebih lanjut di psdm.uad.ac.id
Universitas Ahmad Dahlan (UAD)
Memberikan kesempatan berkarir dan bergabung menjadi dosen tetap.
Persyaratan dan informasi lebih lanjut di psdm.uad.ac.id
“Paham Sipilis (sekularisme, pluralisme, liberalisme) sangat berbahaya bagi generasi muda Islam,” kata Dr. Okrizal Eka Putra, L.c., M. Ag. dalam Tabligh Akbar yang diadakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Selasa, (10/3/2015) di auditorium kampus I.
Sipilis merupakan salah satu serangan untuk menjatuhkan dasar-dasar Islam yang penyebarannya semakin tajam dengan menggunakan media-media yang terlihat. Sekularisme adalah paham yang memisahkan kehidupan dunia atau sosial dari nilai-nilai dan aturan agama. Sementara pluralisme adalah paham yang menyamakan semua agama dalam kebenaran. Terakhir, liberalisme adalah paham yang tidak mau tunduk kepada al-Qur’an, misalnya dengan menghalalkan yang haram, mengharamkan yang halal.
Terdapat tiga tipologi manusia menurut al-Qur’an, yaitu orang yang beriman (QS. al-Mu’minuun), orang-orang kafir (QS. al-Kaafiruun), dan orang-orang munafik (QS. al-Munaafiquun).
“Sebenarnya, Allah telah memelihara kemurnian al-Qur’an melalui banyak orang yang menghafalkannya. Dari situ, sudah tertera jelas sebuah kebenaran dan sekarang tinggal mencari cara untuk dapat mengamalkannya. Jika akidah manusia sudah kuat, maka serangan Sipilis dapat dihindari, bahkan dapat diberantas,” ujar Okrizal.
Lebih lanjut, ia memaparkan tentang hukum Islam, beberapa isu kesetaraan gender yang semakin menyebar ke seluruh dunia, ulil abshar abdalla, skop liberalisasi Islam, serta beberapa langkah menanggulangi serangan tersebut yang salah satunya dengan mengamalkan seluruh ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an. Sebab, Allah hanya melihat takwa, bukan orientasi seksual manusia.
Okriza sangat mengapresiasi kegiatan yang diadakan IMM, “Marilah kita tetap istiqamah berdakwah di jalan yang lurus, serta menjalankan ibadah mahdloh dan ghoiru mahdloh. Dengan perbandingan asas, pendekatan, sifat, makna realitas dan kebenaran, objek kajian, serta elemen-elemen, Islam sudah sangat jauh berbeda dengan budaya Barat. Dalam Islam, agama dijadikan asas seluruh elemen peradaban, sedangkan budaya Barat, agama dijadikan sebagai salah satu elemen dari seluruh elemen peradaban,” ucapnya dalam acara yang mengangkat tema ‘Katanya Islam, Kok Gitu?’ tersebut.
Di akhir kajian, Okriza menyimpulkan bahwa sebagai kader Muhammadiyah, mahasiswa harus menguatkan akidah, patuhi sunnah nabi, selalu sami’na wa atha’na, serta mematuhi ajaran Islam. Itulah pertarungan di dunia. (AKN)
Tabligh Akbar merupakan serangkaian acara dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Psikologi. Acara tersebut menghadirkan pembicara Dr. Okrizal Eka Putra, L.c., M.Ag. yang merupakan salah satu Dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
Tema yang diusung kali ini adalah “Katanya Islam, Kok Gitu”. Acara yang diadakan di auditorium kampus I, Jalan Kapas 09, Semaki, Yogyakarta, Selasa, (10/3/2015) itu mendapat respons bagus dari peserta yang datang dari berbagai fakultas di UAD. Mereka antusias mengikuti acara dari pukul 19.30−22.00 WIB.
Acara yang diprakarsai oleh UAD, Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI), IMM, dan IMM Bersinergi tersebut bertujuan untuk menyambut Milad IMM yang ke-91.
“Ini merupakan wujud kepedulian kepada anak muda yang sekarang cenderung memerlukan adanya edukasi tentang agama. Harapannya, pengetahuan agama dapat meningkat,” kata M. Zulfikar Nur selaku ketua panitia.
Selain itu, Sucipto, M. Pd., BI. selaku pembina IMM yang juga mewakili LPSI berujar, “Acara ini akan sangat bermanfaat karena merupakan salah satu fasilitas batinniyyah yang diberikan UAD sehingga mahasiswa akan terbentuk profil dan terlihat identitasnya untuk menghadapi tantangan hidup di masa depan.” (AKN)
Saat ini, penyu di dunia hanya tersisa 7 jenis dan semuanya dikategorikan sebagai spesies yang rawan punah (endangered species). Jenisnya antara lain Penyu Belimbing, Penyu Tempayan, Penyu Hijau, Penyu Sisik, Penyu Abu, Penyu Pipih, dan Penyu Kempii.
Menurut Monitoring Evaluasi (Monev) Agung Budiantoro, S.Si., M.Si., ada 6 jenis penyu yang dapat ditemukan di perairan Indonesia. Penyu-penyu tersebut mendarat untuk bertelur. Salah satu kawasan yang dijadikan pendaratan adalah pesisir selatan Pulau Jawa, termasuk di kawasan kabupaten Bantul, DIY.
Pesisir Bantul yang menjadi habitat pendaratan penyu adalah Pantai Pelangi Depok, Pantai Samas, Pantai Goa Cemara, dan Pantai Baru Pandansimo. Di semua area pendaratan penyu, sudah terdapat kelompok konservasi yang berdiri atas kesadaran masyarakat. Semua tempat ini mudah dijangkau sehingga menjadi kawasan wisata yang kerap dikunjungi warga.
Menurut Agung, penyu yang mendarat di pantai selatan kabupaten Bantul ada beberapa jenis, yaitu Penyu Lekang, Penyu Hijau, Penyu Sisik, dan Penyu Belimbing.
“Penyu Lekang merupakan penyu yang paling sering dijumpai mendarat di pantai selatan kabupaten Bantul. Penyu ini mempunyai ciri khas berwarna abu-abu sehingga sering disebut juga Penyu Abu-abu. Ukuran tubuhnya relatif lebih kecil daripada jenis lain. Selain itu, penyu ini mempunyai 6 pasang atau lebih sisik kostal di bagian punggung dengan warna abu-abu yang menjadi karakteristik pembeda.”
Lebih lanjut ia menjelaskan, “Penyu Lekang secara periodik pada bulan Mei sampai Agustus mendarat di Pantai Bantul. Sebagai tempat pendaratan penyu setiap tahun, maka perlu adanya upaya konservasi. Upaya tersebut sudah didukung 4 kelompok konservasi yang berasal dari masyarakat, BKSDA, Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP), serta perguruan tinggi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melalui program Kuliah Kerja Nyata Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) tematik konservasi penyu. Selain itu, tim hukum dan konservasi dari UAD mulai tahun 2011 sudah mengawal hingga terbitnya Peraturan Bupati Bantul No. 284 tahun 2014 tentang kawasan konservasi penyu di Bantul.”
Tercatat, sejak 2011 Agung yang merupakan Dosen Prodi Biologi UAD ini sudah menjadi ketua program KKN PPM tematik penyu. Ia aktif mendampingi upaya konservasi penyu di Bantul dan beberapa kali diundang Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Kabupaten Bantul untuk memberikan pelatihan. Selama ini, hal-hal yang telah dilakukan antara lain:
Tahun 2013
Tahun 2014
Meskipun kegiatan terpusat di Pantai Goa Cemara, Agung selalu mengundang kelompok konservasi penyu dari daerah lain sehingga harapannya semua mendapat peningkatan pengetahuan tentang hal tersebut.
“Organisasi merupakan wadah untuk pelatihan, bergerak, dan menyeimbangkan hidup.”
Begitulah yang disampaikan Rika Astari, S.S., M.Hum. dalam sambutannya pada acara pelantikan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah (BEM FTDI) Senin, (9/3/2014) lalu. “Hidup itu harus seimbang, selain belajar, berorganisasi juga dibutuhkan untuk melatih mental,” tambahnya.
Acara tersebut diadakan di ruang 305 A Universitas Ahmad Dahlan (UAD) jalan Kapas 09, Semaki, Yogyakarta dari pukul 16.00−17.15 WIB, dan dihadiri oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), perwakilan Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) seluruh fakultas, serta perwakilan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Wates, Kulonprogo, yang merupakan satu naungan dengan Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah (FTDI).
Pelantikan ini dilakukan untuk melaksanakan program kerja FTDI selama satu periode ke depan. Kabinet BEM FTDI terdiri atas 6 bidang atau departemen, yang beranggotakan 19 mahasiswa FTDI dari Program Studi Tafsir Hadits, juga Bahasa dan Sastra Arab.
Tercatat, Abdur Rauf terpilih sebagai Gubernur dan Achsanul Fikri Al Anshari sebagai wakilnya. Mereka akan bekerja bersama 6 departemen, yakni Departemen Perkaderan, Departemen Keagamaan, Departemen Keilmuan, Departemen Kominfo, Departemen Keorganisasian, dan Departemen Minat dan Bakat. (AKN)
“Kepengurusan di sebuah organisasi merupakan sebuah amanah. Kami datang dengan membawa visi merevitalisasi sistem dan gerakan untuk mewujudkan FTDI yang berkemajuan.” ujar Abdur Rauf selaku Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Dirasat Islamiyah (BEM FTDI), yang pada Senin (9/3/2015) dilantik untuk periode 2015.
Ia melanjutkan, “Alhamdulillah acara berjalan lancar dari awal sampai akhir tanpa ada suatu hambatan. Tamu undangan dan peserta pun banyak yang hadir. Saya harap semua anggota dapat mengemban sebuah amanah dengan menjalankan tugas-tugas secara baik, semangat, kerja keras, dan keikhlasan. Semua anggota harus berjuang bersama, membangun yang seharusnya dibangun, dan berjuang untuk sesuatu yang seharusnya diperjuangkan di FTDI.”
Abdur Rauf yang merupakan mahasiswa semester 6 Program Studi Tafsir Hadits ini mengungkapkan bahwa organisasi merupakan suatu alat untuk mempererat persaudaraan dan kekeluargaan mahasiswa. Selain itu juga menjadi wadah untuk menampung aspirasi dan memenuhi kebutuhan mahasiswa. Sebab, sebuah organisasi berbuat untuk fakultas dan universitas.
Di lain pihak, Sakinah selaku tamu undangan menuturkan, “Organisasi merupakan sesuatu yang luar biasa karena dapat menjadi tempat untuk bergerak. Kalau kita tidak bergerak, maka semuanya akan diam, tidak akan terjadi perubahan dalam hidup. Itulah gunanya organisasi. Saya berharap teman-teman dapat meningkatkan kerja sama dan tetap istiqamah dalam menjalankan program kerja.” (AKN)
Tercatat sejak Kamis, (26/2/2015), pendaftaran untuk seluruh acara Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (IMM Fakultas Psikologi UAD) dibuka. Stan tersebut terdapat di hall kampus I. “Kegiatan IMM Bersinergi ini merupakan program kerja IMM Psikologi yang bertujuan untuk mengaktifkan mahasiswa agar tidak hanya memedulikan diri sendiri, tetapi harus selalu peduli lingkungan dan dapat memandang hal sepele menjadi benar-benar berarti bagi orang lain,” terang Maghfirah Widiastuti selaku panitia kegiatan tersebut.
Dalam acara ini, terdapat beberapa kegiatan, di antaranya lomba fotografi, tabligh akbar yang diadakan Selasa, (10/3/2015), diskusi tokoh, talk show, dan aksi sosial.
“Dalam diskusi tokoh yang akan diadakan Minggu, (15/3/2015), tema yang diambil adalah ‘Pemuda, hidup segan, mati tak mau’. Kami akan menghadirkan tokoh-tokoh yang di usia muda sudah dapat memberi peran dan kebanggaan kepada negara. Mereka akan sharing cara-cara agar pemuda dapat berguna untuk Indonesia. Tema ‘Narsisme: save or delete?’ juga akan dibahas pada acara talk show tersebut,” tambahnya.
Sementara untuk aksi sosial, tema yang diangkat adalah ‘Kesederhanaan yang menyatukan kita’. Aksi ini merupakan kegiatan amal untuk membantu masyarakat Gunungkidul, DIY, yang membutuhkan. Rencananya, kegiatan diadakan pada Minggu, (29/3/2015).
“Harapan diadakannya acara IMM Bersinergi tidak lain agar teman-teman UAD berlaku lebih baik kepada negara. Sebab, saat ini sudah terjadi kekacauan di mana-mana. Mereka seharusnya dapat lebih peduli dengan lingkungan dan masyarakat, serta tidak selalu menyalahkan orang-orang yang belum tentu melakukan kesalahan. Intinya, jangan hanya men-judge, tetapi harus dapat melakukan aksi,” tutup Maghfirah.
Serangkaian kegiatan tersebut diadakan di auditorium kampus I UAD, Jalan Kapas 09, Semaki, Yogyakarta. Jadi tunggu apalagi? Ayo daftarkan diri kalian untuk berpartisipasi dalam acara keren ini! (AKN)
Pada masa ini, internet sudah menjadi gaya hidup, bahkan telah menjadi bagian yang tidak dapat lepas dari kebutuhan manusia. Sastra pun telah terkena dampak internet. Ini dapat dilihat dari munculnya istilah-istilah baru. Salah satunya sastra cyber, yang semakin populer seiring perkembangan teknologi.
Inilah topik yang dibahas di dalam Forum Apresiasi Sastra (FAS) ke-44 pada Rabu, (11/3/2015), di hall kampus II UAD. Acara yang diadakan berkat kerja sama UAD dengan LSBO Muhammadiyah tersebut menghadirkan pembicara Fitri Merawati, M.A. yang merupakan alumnus Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) UAD, dan baru saja menuntaskan pendidikan S-2 di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
FAS ke-44 ini mengangkat tema “Jelajah Sastra Cyber”. Dalam pembahasannya, Fitri mengatakan bahwa latar belakang berkembangnya sastra cyber adalah teknologi. Di Indonesia, hal ini dimulai pada 1990-an ditandai dengan terbitnya antologi puisi cyber berjudul Graffiti Gratitude. Namun, kemunculan buku ini menuai pro dan kontra.
Dalam makalah yang ditulis, Fitri menjelaskan, Ahmadun Yosi Herfanda (Redaktur Koran Republika) pernah menulis sebuah artikel yang berjudul “Puisi Cyber, Genre atau Tong Sampah” pada 2001. Menurut Ahmadun, karya sastra cyber merupakan karya-karya yang tidak tertampung atau ditolak oleh media sastra cetak. Pendapat ini memicu pro dan kontra. Meski demikian, media cyber menjadi tempat bagi orang-orang yang memiliki semangat dan kebebasan kreatif seliar-liarnya yang selama ini tidak mendapatkan tempat selayaknya di media sastra cetak.
Wacana yang berkembang dalam sastra cyber dapat melalui perspektif wacana yang ditawarkan oleh Michel Foucault. Selain itu, sastra cyber yang hadir seiriang dengan perkembangan komputer, muncul pada akhir tahun 1980-an, yaitu berbentuk fiksi hypertext dan hyperlink yang digunakan untuk menghubungkan cerita. Cerita yang dianggap sebagai fiksi hypertext pertama adalah Afternoon, a Story (1987) karya Michael Joyce, disusul oleh Victory Garden (1992) karya Stuart Moulthrop’s, dan Patchwork Girl (1995) karya Shelley Jacson.
“Penulis dan pembaca cyber dengan penulis dan pembaca sastra cetak berbeda, yakni mengenai cara menghadirkan sebuah teks, atau yang menurut Hayles disebut ‘kode’. Kode inilah yang membuat keduanya berbeda, sastra cetak menggunakan kode literacy sedangkan cyber menggunakan kode electracy,” jelasnya.
Terdapat 11 genre sastra cyber, yaitu fiksi hyperteks, fiksi interaktif, puisi hyperteks, puisi interaktif, puisi animasi, fiksi berbasis email atau blog, karya sastra instalasi komputer, computer generated fiction, computer generated poetry, karya sastra kolaboratif, dan karya sastra online.
Sementara itu dalam menentukan kanon sastra cyber, yang dapat diamati adalah dari aspek produksi (innovativeness), aspek objek (kedalaman tematik), aspek bentuk (estetika overstructuring dan interaksi semiotik), dan aspek penerimaan (kritik, anthologigization/derajad kanonisasi danmotivasi/efek pada pembaca).
“Sastra cyber, sastra lisan, sastra cetak, sastra tulis, dan sastra lainnya tidak jauh berbeda secara filosofis karena bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan budaya masyarakat Indonesia,” tutupnya. (Rh)
Beberapa mahasiswa asing yang tergabung dalam pertukaran budaya banyak menampilkan pertunjukan menarik. Selain menari tradisional, mereka juga menyanyikan lagu-lagu tradisional Indonesia.
Dalam acara yang digelar pada Sabtu (7/3/2015) lalu, mahasiswa Suranaree University of Technology, Thailand, menampilkan tarian dan nyanyian diiringi musik tradisional dari empat provinsi di negaranya. Di samping itu, tari Saman dibawakan oleh mahasiswa Tiongkok, serta tari Tor-Tor ditampilkan mahasiswa dari Vietnam, Ukraina, dan India.
“Kerja sama dengan Thailand telah kita lakukan sejak 2014. Dalam kesempatan itu, delegasi Thailand yang datang ke UAD sebanyak 19 mahasiswa didampingi 6 dosen,” ujar Wakil Rektor III Dr. Abdul Fadlil, M.T.
Sebelumnya, beberapa mahasiswa asing asal Tiongkok yang kuliah di UAD merayakan Tahun Baru Imlek 2566 dan Cap Go Meh bersama Hoo Hap Hwee Community Yogyakarta. Mereka menampilkan Barongsai pada “Pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta X” di Ketandan, Chinatown Malioboro, Minggu (1/3/2015).
Tim Hoo Hap Hwee Barongsai adalah tim pertama di antara 15 tim Barongsai lainnya di garis parade. Para mahasiswa yang bergabung di antaranya Qin Futai, Wang Gefan, Lu Shunbo, Zhang Zihao, Yan Xin, Dia Jinmeng, Fu Yan, Zhang Xinxin, Jiang Jiguang, Chen Changhua, dan Li Kunpeng.
Mereka tercatat saat ini belajar di beberapa program studi, yakni Manajemen, Ekonomi Pembangunan, dan Sastra Indonesia UAD. Bersama dengan sekitar 30 anggota Hoo Hap Hwee Community Yogyakarta, mereka berlatih untuk bermain Barongsai dua kali seminggu selama dua bulan.
Qin Futai (Mario) mengungkapkan kebahagiaannya ikut merayakan tahun baru di Indonesia, khususnya di Yogyakarta. Meskipun tidak bisa merayakan bersama keluarganya, ia tidak sedih. Menurutnya, keturunan Tionghoa, terutama para pemuda di Indonesia, belajar dan melestarikan budaya Tiongkok yang lebih baik daripada di negara asalnya.
“Pemberdayaan petani melalui pengolahan singkong menjadi modified cassava flour (mocaf) dan olahan pangan berbahan mocaf di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul”. Itulah yang tema yang diusung oleh Beni Suhendra Winarso, Sudarmini, dan Azis Ikhsanudin guna memberdayakan singkong agar memiliki nilai jual tinggi.
Menurut Sudarmini, Desa Kemadang dipilih karena termasuk desa kawasan pengembangan wilayah zona selatan yang merupakan wilayah dengan rencana pengembangan pertanian tanaman pangan, tanaman keras, peternakan, pariwisata pantai, dan kawasan lindung hutan rakyat. Singkong merupakan potensi terbesar pertanian tanaman pangan.
“Permasalahan yang dihadapi masyarakat sebagian besar petani adalah rendahnya harga singkong jika panen raya. Hal tersebut disebabkan keterbatasan kemampuan budidaya, rendahnya harga gaplek, ketidakawetan untuk disimpan, dan ketidaktersediaan alat pendukung pengolahan mocaf. Di samping itu, sangat terbatas kemampuan dalam mengolah makanan dari bahan mocaf, pengemasan, maupun pemasarannya,” terang Sudarmin yang juga menjabat sebagai dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ini.
Sebagai solusi, kata Beni Suhendra Winarso, tim dari UAD memberdayakan masyarakat melalui Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM). “Ada tiga lokasi yang ditempati KKN, Pucung, Ngelo, dan Tenggang desa Kemadang. Program yang dilakukan meliputi bidang keilmuan, keagamaan, seni olah raga, dan tematik. Kegiatan tematik meliputi beberapa kegiatan besar, di antaranya pelatihan budi daya singkong, pelatihan pembuatan mocaf, pelatihan pengolahan makanan berbahan mocaf, pelatihan pengemasan, dan pelatihan pemasaran.
Selain itu, pihak Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) juga menyerahkan bantuan bahan dan alat dari tim hibah KKN PPM kepada Wakil Bupati Gunungkidul, Dr. H. Imawan Wahyudi, M.H.
“Ada dua acara yang diikuti warga binaan untuk unjuk kebolehan, yaitu pameran ‘Rasulan’ di Sumuran dan Gelar Produk pada saat evaluasi program di Pantai Baron, Kemadang.
Pelaksanaan kegiatan tersebut direncanakan pada 10‒24 Juli 2015 disambung 8‒27 Agustus 2015, selama 35 hari efektif.