Festival Penelitian Payung Fakultas Psikologi UAD
Selasa (15-02-2022), Festival Penelitian Payung Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali digelar secara daring melalui platform Zoom Meeting dan kanal YouTube F Psikologi UAD. Kali ini, hadir sebagai pemateri Drs. Purwadi, M.Si., Ph.D., Difa Ardiyanti, S.Psi., M.Psi., dan Dr. Nina Zulida Situmorang, M.Si.
Difa Ardiyanti selaku Kepala Unit Jurusan Skripsi dalam sambutannya menyampaikan, “Dengan mengikuti Festival Penelitian Payung ini, mahasiswa pastinya tertarik pada salah satu topik yang akan diangkat untuk penyusunan proposal, karena hakikatnya sesuatu yang diminati atau digemari akan memberikan semangat tersendiri dalam berproses.”
Sementara itu, Purwadi selaku pemateri pertama berbicara tentang identitas diri. Menurutnya, identitas diri terbentuk sejak masa kanak-kanak, perubahan dan perkembangan identitas diri akan memuncak pada masa dewasa.
“Identitas diri pastinya berkaitan dengan bidang kehidupan tertentu seperti karier, agama, peran gender, dan lain-lain. Status identitas diposisikan dalam variabel terikat baik eksternal maupun internal. Begitu pula dengan parenting atau pola pengasuhan orang tua, pasti akan bisa diketahui setelah menggali informasi pengaruh terhadap kemandirian,” ucapnya.
Difa Ardiyanti sebagai pemateri kedua membahas tentang nilai rapor sebagai prediktor IPK, validitas prediktif UTBK pada mahasiswa Psikologi.
“Nilai rapor pastinya merupakan syarat memasuki dunia perguruan tinggi, begitu pula dengan seleksi yang bertujuan untuk memilih calon mahasiswa dengan kualifikasi terbaik. Dalam hal ini rapor di pandang sebagai kemampuan akademik individu sehingga bisa menjadi pondasi dan pengharapan capaian prestasi akademik di masa mendatang.”
Ia menambahkan, “Jika nilai UTBK merupakan saringan yang baik, maka seharusnya capaian indeks prestasi mahasiswa tersebut akan baik pula. Untuk membuktikan hal tersebut maka perlu dilakukan kajian riset lebih mendalam.”
Selanjutnya, topik penelitian subjective well-being, agresivitas, prososial, happiness/flow, konteks perempuan, dan kelompok rentan, diangkat oleh Nina Zulida Situmorang. Topik ini berkaitan dengan flourishing, yang terdiri atas eksperimen pelatihan dan kuantitatif skala nourishing.
“Flourishing merupakan pengalaman hidup yang berjalan dengan baik, kombinasi dari perasaan baik (good feeling) dan berfungsi secara efektif, yaitu sinonim dari level kesejahteraan mental yang tinggi dan melambangkan kesehatan mental. Penelitian longitudinal dan penelitian-penelitian eksperimen pada level tertinggi dari well-being menunjukkan terkait dengan positive outcome, termasuk pembelajaran efektif, produktivitas dan kreativitas, hubungan yang baik, perilaku prososial, kesehatan yang baik, serta harapan hidup,” tutupnya. (ela)