Ahmad Fuadi: Menembus Batas lewat Tulisan
Ahmad Fuadi sebagai salah satu penulis novel sekaligus jurnalis, berbagi kisah dan pengalamannya dalam hal kepenulisan di acara Pelatihan Jurnalistik yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Bahasa dan Sastra Arab (BSA) Universitas Ahmad Dahlan (2-12-2020).
“Menulis Anti Hoaks” menjadi judul yang ia paparkan dalam pelatihan tersebut. Ahmad Fuadi menuturkan kisah awal mula ia menulis hingga berhijrah ke berbagai negara lewat tulisan. “Semenjak saya di pesantren, mimpi saya menjadi penulis mulai tampak. Diawali dengan menjadi reporter majalah pondok, saya mulai aktif menulis.”
Menulis bukanlah perihal yang mudah dan bukan sesuatu yang susah. Menulis membutuhkan konsistensi dan niat yang kuat. Ia menuturkan, melalui tulisan bisa berkeliling dunia. “Berawal dari tulisan, saya bisa mendapatkan beasiswa kuliah S2 di Amerika dan di London. Selain itu, semenjak saya mendalami dunia novel banyak tawaran dari berbagai dunia untuk menjadi pembicara. Bahkan dari menulis saya mendapatkan berbagai penghargaan.”
Tulisan menjadi salah satu sarana dalam mengungkapkan gagasan yang sangat sulit jika diutarakan. “Terkadang ada beberapa hal yang susah jika diutarakan, tetapi melalui tulisan kita mampu menyuarakan dengan cara yang lebih terkonsep.”
Ia menambahkan, proses menulisnya diawali dengan menggali cerita ataupun isu, kemudian luruskan niat dengan suntikan stamina yang tidak putus, selalu konsisten dalam menulis, dan selalu lakukan riset serta memperbanyak referensi.
Mahasiswa sebagai generasi intelektual tentu harus terbiasa dengan dunia menulis. Banyak orang yang membaca tetapi jarang orang yang mengimplementasikan kembali lewat tulisan. “Menulislah dari hati, karena hati memberikan kedamaian serta menulislah demi kebenaran. Banyak isu ataupun berita yang bernada hoaks bermunculan di mana-mana karena ditangani oleh penulis yang tidak menggunakan hati dan akal. Sebagai penulis haruslah menjunjung kebenaran dan keberpihakan pada kebenaran.” (Chk)