Belajar Menulis Fiksi Bersama Novelis dari Bristol, Inggris
Seiring dengan berkembangnya digitalisasi yang makin pesat, artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan makin menguasai setiap sektor kehidupan kita. Era saat ini dapat disebut sebagai zaman di mana manusia berperang melawan mesin. Deloitte Report pada tahun 2015 melaporkan bahwa 35% pekerjaan di United Kingdom (UK) berisiko tinggi untuk digantikan oleh mesin dalam 10‒20 tahun ke depan. Hal yang sama juga terjadi di Amerika Serikat, seperti yang dicatat oleh The Guardian pada tahun 2016 silam bahwa 6% pekerjaan di Amerika dialihkan dengan mesin pada 2021.
Jika hal tersebut terus berlangsung, maka bukan tidak mungkin bahwa peran manusia akan sepenuhnya digantikan oleh mesin atau robot. Tidak bisa dimungkiri bahwa ketergantungan dan kebutuhan manusia terhadap kerja mesin juga makin meningkat seiring dengan terjadinya pandemi yang memaksa kita untuk membatasi aktivitas. Pertanyaan terbesar yang muncul adalah, who will survive in this race atau siapa yang akan bertahan dalam perang ini?
Mengatasi tantangan besar tersebut, Ario Muhammad, Ph.D., seorang penulis sekaligus peneliti dari University of Bristol, UK, menjelaskan bahwa terdapat tiga skill yang akan membantu manusia bertahan melawan gempuran digitalisasi. Yang pertama adalah writing (menulis), lalu public speaking (berbicara di depan umum), dan negotiation (negosiasi). Ketiganya adalah keterampilan fundamental yang tidak akan tergerus oleh robot atau mesin.
Dalam hal ini, Ario berfokus pada satu keterampilan, yaitu menulis, yang ia sendiri telah menerbitkan banyak buku sepanjang kariernya dan menularkan keahlian ini kepada anak sulungnya yang berusia sembilan tahun dan telah berhasil menulis beberapa novel dalam bahasa Inggris. “Seorang penulis yang hebat adalah seorang pembaca yang hebat, membaca banyak buku adalah kunci untuk bisa menciptakan tulisan yang bagus,” terang Ario pada acara Pelatihan Karya Tulis Fiksi Nasional yang diselenggarakan Persada UAD.
Ketika menulis fiksi, terdapat beberapa poin yang wajib diperhatikan untuk bisa membuat cerita mengalir lancar dan menarik minat pembaca. Yang pertama, ide, hal paling penting yang akan membangun tulisan ke depannya. Ide bisa datang dari mana saja dan dari berbagai macam hal, misalnya sesuatu yang kita sukai, buku yang kita baca, cerita hidup orang-orang di sekitar, dan pengalaman pribadi.
Selanjutnya karakter, ciptakan tokoh-tokoh yang memiliki penokohan kuat sehingga membuat pembaca memiliki kesan mendalam dan mudah mengingatnya. Lalu, lokasi, hal ini bisa jadi menentukan komersialitas karya karena berpengaruh dalam penjualan. Sebagai contoh, sebut saja novel Jilbab Traveler: Love Sparks in Korea karangan Asma Nadia, dengan latar belakang Korea Selatan yang saat itu sedang booming di Indonesia, maka tidak heran jika banyak yang menaruh minat untuk menjadi pembacanya.
Kemudian ada alur cerita atau plot, harus dibuat runtut, menarik, dan engaging. Untuk konflik, hal ini juga menjadi poin utama yang menjadi bumbu dalam cerita fiksi, oleh karena itu lebih baik jika menentukan konflik sejak dari awal penyusunan cerita agar alur jadi mengalir. Lalu, hal-hal unik yang jarang diketahui oleh pembaca seperti kebiasaan atau adat unik juga patut untuk ditambahkan sebagai poin dalam cerita. Terakhir, ending, jika berencana untuk membuat tulisan yang berlanjut atau bervolume, maka siapkan ending yang membuat orang penasaran dengan kelanjutan cerita.
Menulis memang bukan hal yang mudah, untuk menghasilkan kualitas yang bagus, diperlukan latihan terus menerus dan belajar tanpa akhir. Namun, menulis adalah bekerja untuk keabadian, dengan tulisan-tulisan yang kita coretkan itulah nantinya kita akan dikenang. “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah” ‒Pramoedya Ananta Toer. (tsa)