Ikut Lomba demi Pengalaman dan Mengisi Waktu Libur
Vena Melinda, mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD), ikut lomba Patient Counseling Event (PCE) hanya untuk mencari pengalaman dan mengisi waktu libur saja. Di samping itu, ia juga sudah semester akhir, jadi perlombaan itu menjadi kesempatan empuk untuk menoreh prestasi. Benar saja, dalam pekan Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia yang berlangsung dari 20−25 Agustus 2019 di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan kemarin, ia mendapat juara 3 di cabang lomba PCE.

Vena juga tidak menyangka kalau ia lolos menjadi juara. Sebab menurutnya, soal dalam lomba sangatlah susah. Sedangkan waktu pengerjaannya hanya satu jam. Apalagi di babak final, ia dikasih waktu sekitar 10 menit untuk menangani kasus dari pasien.
“Mekanisme lomba diawali dengan mendaftar secara daring. Terus, diterima dan disuruh mengerjakan 50 soal yang materinya endokrin. Setelah itu lolos, dan masuk ke sepuluh besar. Saya masuk ke karantina untuk ketemu sama literatur dan memberi konseling ke pasien dengan kurun waktu kurang-lebih 10 menit,” katanya di Kampus III UAD Jln. Prof . Dr. Soepomo, S.H., Janturan, Yogyakarta, Kamis (26-9-2019).
Khusus yang Vena tangani adalah endokrin yang terdiri atas diabetes, hipertiroid, hipotiroid, dan pikos. Ia sempat kesulitan menangani kasus pikos, karena menurutnya, belum pernah diajari dalam kuliah. Namun, dari info temannya, pembahasan pikos ada tapi diselipkan dari materi lainnya. Lalu ia belajar melalui catatan semasa mengikuti kuliah.
Menariknya, karena Vena ingin sekali mengikuti lomba, saat ada acara di keluarganya ia memilih izin demi mengikuti lomba. Beruntung, orang tua sangat mengizinkan.
“Orang tua sangat mendukung dan senang, bersyukur, bercampur bangga setelah dikabarkan saya mendapatkan juara 3. Soalnya sangat sulit. Setelah masuk finalis dan keluar dengan juara, saya merasa masih kurang dari segi persiapan dibanding dengan yang lainnya,” jelasnya. (ASE)




Azizah, panggilan akrabnya, membuat lukisan dengan tema “Ilmu dan Amal Shalih Jalan Dekat menuju Allah”. Beruntungnya saat membuat lukisan, ia tidak mengalami kesulitan. Kendala hanya pada cuaca yang tidak terik, sehingga memperlambat proses pengeringan cat pada kanvas.



“Konon, di daerah saya di Sulawesi, ada suatu kepercayaan dari leluhur bahwa ada manusia suci yang keluar dari bambu. Dan dalam cerpen saya, ayah dari anak perempuan itu dibunuh karena dianggap menganut kepercayaan dari leluhur. Ia juga dianggap sebagai seseorang yang mengagungkan orang yang muncul dari bambu. Sementara di negara ini khususnya di Sulawesi, orang-orang dibatasi untuk menganut aliran kepercayaan tersebut,” jelas Miftah.