• TERKINI
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Lomba Cerpen PGPAUD UAD dengan Tema Membangun Karakter Anak Usia Dini Melalui Cerita

21/01/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

Yang berminat. Silahkan mendaftar langsung. Keterangan lebih lanjut baca di poster, atau menghubungi langsung di Prodi PGPAUD UAD di Kampus 5. Selamat membaca.

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/images/Lomba Cerpen PGPAUD UAD.jpg 1024 689 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-01-21 05:45:212014-01-21 05:45:21Lomba Cerpen PGPAUD UAD dengan Tema Membangun Karakter Anak Usia Dini Melalui Cerita

Pendidikan Perlu Melek Media

20/01/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

 

Muhammad Ragil Kurniawan, M.Pd

Dosen PGSD FKIP Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

(ragilkur@yahoo.com)

            Kini, tak seorang pun dapat lepas dari media televisi, termasuk anak-anak. Melalui televisi anak-anak menerima informasi dan pengalaman yang tidak ada dalam diri mereka. Pada batas-batas tertentu televisi telah beralih fungsi sebagai pendidik. Televisi membentuk karakter anak, memperluas lingkungan dan memberi anak bentuk-bentuk baru dari pengalaman.

Perubahan fungsi televisi  menjadi pendidik telah membawa problem tertentu. Anak-anak usia sekolah tidak lagi mendiskusikan pelajarannya, tapi ramai dengan tayangan favotitnya, mengikuti perkembangan artis idolanya, hingga sibuk menyamakan dandanan dengan idola mereka. Media televisi, layaknya pisau bermata ganda. Pada satu sisi, televisi telah memberikan ruang bagi generasi muda untuk menyalurkan kreativitasnya, memperoleh informasi, dan membuka cakrawala. Namun pada sisi lain televisi semakin menguatkan nilai-nilai dominan masyarakat yang masih kental dengan aspek-aspek diskriminasi, stereotipe, dan eksploitasi, serta mengarah pada konsumerisme dan budaya hedon.

Kekhawatiran terbesar mengenai televisi adalah mengenai isi dan mutunya yang tidak lagi bernilai pendidikan sebagaimana idealnya, bahkan dengan gaya penyajian yang tak lengkap, meloncat-loncat serta tidak hierarhis. Arus informasi media televisi yang akrobatik tersebut, selain menjauhkan anak-anak dan remaja dari proses konstruksi pengalaman yang sedang mereka bangun, juga akan membawa anak pada budaya berpikir yang akrobatik dan setengah-setengah. Hal ini sangat berkebalikan dengan apa yang diajarkan pada institusi sekolah, yaitu internalisasi pengetahuan secara hierarkis dan holistik.

 

Sekolah harus bicara

Sekolah sebagai instansi yang tereintegrasi dengan lingkungan tak boleh luput dari fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Materi yang diajarkan di sekolah hendaknya tidak bergerak menjauh dari fenomena yang menggejala di masyarakat. Sebaliknya, sekolah harus selalu memberikan materi yang kontekstual dan memiliki unsur kedekatan dengan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada.

Sekolah harus bicara ketika banyak hal yang diperoleh anak dari televisi ditafsirkan secara dangkal tanpa arahan dan bimbingan. Sebuah contoh kecil, konsep cantik bagi remaja kita telah jatuh termakan oleh doktrin media televisi. Bagi remaja kita, seorang perempuan dikatakan cantik apabila memiliki tubuh langsing bak peragawati, kulit berwarna putih mulus, rambut yang panjang lurus, kaki jenjang bak model, juga paras seperti Luna Maya. Karena media televisi, konsep inner beauty telah terkalahkan oleh kecantikan ragawi.

            Sampai pada titik ini, peranan pendidikan melek media menjadi sangat signifikan untuk diajukan. Mengajarkan sikap aktif terhadap terpaan opini televisi tak bisa di tunda lagi, karena televisi tidak hanya memberikan informasi, pendapat dan penjelasan yang saling bertentangan, tetapi sering juga berlawanan dengan pengalaman anak-anak dan remaja. Bahkan kontradiktif dengan pengetahuan yang mereka dapat di sekolah sekalipun.

Menurut hemat saya, muatan pendidikan media massa meliputi wawasan untuk memahami, menganalisis serta menafsir berbagai agenda terselubung dan manipulasi-manipulasi di balik pesona televisi. Tujuan pendidikan melek media bukan hanya menjaga nalar logis siswa. Lebih dari itu, tujuan pendidikan melek media adalah untuk menilai keabsahan informasi yang disampaikan media dan data dokumentasi yang menjadi dasarnya; kebenaran fakta yang tersaji, jumlah fakta dan hubungannya dengan kesimpulan yang ditarik, serta landasan etis yang mendasarinya.

            John Nasbit dalam high-tech hight-touch (1999) mengingatkan, kita tidak boleh mengkonsusmsi media, kecuali sebagai konsumen yang kritis. Sistem sosial yang dipenuhi dengan terpaan opini media, membutuhkan penyeimbang. Jika masyarakat paham tentang etika jurnalistik secara total dan mendalam, maka tidak canggung untuk mengajukan protes, somasi atau kontrol terhadap tayangan-tayangan yang menyesatkan, baik secara moral maupun perundang-undangan. Pertanyaan yang mendasar adalah, bagaimana mengetahui ada masalah jika masyarakat tidak mengetahui idealnya? Bagaimana mau memprotes, mengajukan somasi jika masyarakat buta tentang etika media?

Pendidikan media massa akan menjadi sarana yang efektif dalam mengimbangi derasnya terpaan propaganda media televisi, khususnya bagi remaja dan generasi muda. Selain sebagai penetralisir racun opini publik, pendidikan media massa juga lebih berperan sebagai “buku” petunjuk pemanfaatan berbagai jenis media massa oleh masyarakat, terkhusus siswa-siswi kita.

———-

 

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-01-20 03:53:282014-01-20 03:53:28Pendidikan Perlu Melek Media

Urgensi Kultur Sekolah Terhadap Mutu Pendidikan

20/01/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

Oleh: Hendro Widodo, M. Pd

Pembenahan pendidikan di sekolah melalui kultur sekolah, belum banyak diperhatikan dan dikembangkan. Sasaran peningkatan mutu pendidikan dipandang tidak cukup hanya pada aspek proses pembelajaran, kepemimpinan dan manajemen, kendatipun ketiga aspek tersebut pada dasarnya memberikan kotribusi yang sangat signifikan terhadap mutu sekolah. Namun satu aspek yang tidak dapat diabaikan sebagai penentu keberhasilan penyelanggaraan proses pendidikan di sekolah adalah kultur sekolah. Kultur sekolah yang baik diharapkan akan berhasil meningkatkan mutu pendidikan yang tidak hanya memiliki nilai akademik namun sekaligus bernilai afektif. Anwar Hasnun (2010) mengemukakan bahwa kegagalan kepala sekolah dalam mengelola sekolah dikarenakan kegagalan memanej kultur sekolah dengan baik.

Hubungan kultur sekolah dengan mutu pendidikan terlihat dari hasil The Third International Math and Science Study (TIMSS) bahwa faktor penentu kualitas pendidikan bukan hanya menekankan faktor fisik saja, seperti kebedaraan guru yang berkualitas, kelengkapan peralatan laboratorium dan buku perpustakaan, tetapi juga dalam wujud non fisik, yakni berupa kultur sekolah (Zamroni, 2000). Kultur sekolah adalah karakter atau pandangan hidup yang merefleksikan keyakinan, nilai, norma, simbol dan kebiasaan yang telah dibentuk dan disepakati bersama oleh warga sekolah. Kultur sekolah bersifat bottom-up, bahwa asumsi-asumsi dasar, nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan dibangun atas kesadaran dan kehendak dari warga sekolah sehingga merupakan suatu kesepakatan bersama yang diyakini sebagai instrument dan pendorong  semangat untuk mencapai yang terbaik terhadap efektifitas pengelolaan sekolah sehingga diharapkan semakin kondusif kultur sekolah maka makin berkembang atau efektiflah peningkatan mutu sekolah yang telah dibentuk dan disepakati bersama oleh warga sekolah.

Kultur sekolah ada yang bersifat postitif, negatif, dan netral. Kultur yang bersifat positif adalah kultur yang mendukung peningkatan mutu pendidikan, seperti menjalin networking dalam mencapai prestasi akademik dan non akademik, adanya subsidi silang antar sekolah, memberi penghargaan terhadap yang berprestasi, komitmen dalam belajar, saling percaya antar warga sekolah, dan se bagainya. Kultur yang bersifat negatif adalah kultur yang menghambat peningkatan mutu pendidikan, seperti banyak jam pelajaran yang kosong, siswa takut berbuat salah, siswa takut bertanya/mengemukakan pendapat, kompetisi yang tidak sehat di antara para siswa, perkelahian antar siswa atau antar sekolah dan sebagainya. Sedangkan kultur yang bersifat netral adalah kultur yang tidak mendukung peningkatan mutu pendidikan, seperti arisan keluarga sekolah, seragam guru dan karyawan, dan sebagainya.

Pengembangan kultur sekolah harus menjadi prioritas penting. Semua warga sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan kultur sekolah untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu. Sekolah yang berhasil membangun dan memberikan kultur yang baik akan menghasilkan prestasi belajar yang tinggi baik akademik maunpun non akademik. Artinya, dalam memperbaiki mutu sekolah tanpa adanya kultur sekolah yang positif maka perbaikan itu tidak akan tercapai, sehingga kultur sekolah harus menjadi komitmen luas bagi warga dan menjadi kepribadian sekolah, serta didukung oleh stakeholder sekolah. Dengan kultur sekolah yang positif dan mewaspadai adanya kultur negatif, maka suasana kebersamaan, kolaborasi, semangat untuk maju dan berkembang, dorongan bekerja keras dan kultur belajar mengajar yang bermutu akan dapat diciptakan.

Penulis adalah Dosen PGSD UAD

 

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-01-20 03:51:262014-01-20 03:51:26Urgensi Kultur Sekolah Terhadap Mutu Pendidikan

UAD Buka Penerimaan Mahasiswa Baru 2014

17/01/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) membuka Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) periode 2014/2015. Proses penerimaan akan dibantu oleh 27 Student Employment (SE) untuk melayani dan menjawab pertanyaan proses pendaftaran.

Drs. Dedi Pramono, M.Hum, kepala Biro Akademik dan Admisi (BAA) menghimbau agar para pegawai untuk berjiwa melayani, bukan minta dilayani. ”Layani mereka dengan senyum dan sapa yang baik. Kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja ikhlas,” pinta Dedi saat pembukaan PMB di Aula Kampus 1 UAD, Senin (6/1/2014).

Lebih lanjut, Dedi Pramono meminta kepada segenap civitas UAD untuk membantu kelancaran proses PMB yang akan berlansung selama 8 bulan kedepan. ”Bantuan semua pihak akan berpengaruh dalam proses kelancaran PMB tahun ini,” terangnya.

Prof. Drs. Sarbiran, M.Ed., Ph.D mewakili Rektor UAD menyampaikan bahwa bekerja adalah bagian dari amal saleh sebagai dakwah. Maka, sampaikan apa adanya tentang UAD. Untuk itu, SE harus banyak tahu tentang belajar tentang UAD. “Aku pikir, aku rasa, aku bisa, aku sukses,” kata Sarbiran menyemangati.

Selain melayani, Student Employment juga akan diajari membaca tulis Al-Qur’an. “Mereka akan dijadwal dalam proses belajar baca tulis Al-Qur’an. Selain mendapatkan ilmu, mereka juga akan mendapatkan insentif,” terang Dadi Pramono, Dosen Prodi Sastra Indonesia.(Swbh)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/field/image/pmb_2014.jpg 236 448 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-01-17 04:35:402014-01-17 04:35:40UAD Buka Penerimaan Mahasiswa Baru 2014

Perempuan Dan Tayangan Humor Televisi

15/01/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

Oleh Rendra Widyatama, SIP., M.Si

Dosen Ilmu Komunikasi UAD

 

Dalam siaran televisi, perempuan dapat dilihat pada berbagai program, termasuk acara humor. Penampilan mereka sangat bervariasi, di antaranya sebagai bintang tamu, pemeran utama, pemeran pembantu, maupun sekedar figuran. Umumnya, mereka berasal dari kalangan artis. Namun dalam tayangan humor di televisi kita, justru cenderung merendahkan mereka sebagai wanita.

 

Sebagai Pemanis

Secara fisik, perempuan memang memiliki daya tarik tersendiri. Apalagi bila perempuan tersebut memiliki wajah ayu, postur tubuh indah, dan suara merdu. Itu sebabnya perempuan selalu mampu mencuri perhatian semua orang, bahkan sesama wanita itu sendiri.

Namun keterlibatan perempuan dalam tayangan humor di televisi tersebut sebenarnya cenderung sebagai pemanis dibanding sebagai pelawak yang umum didominasi laki-laki. Tidak jarang, mereka digunakan hanya sebagai pajangan, pelengkap, penyegar, dan memancing lawan main, serta penyeimbang comedian laki-laki. Masih terlalu sedikit perempuan komedian yang benar-benar bisa melawak. Saya pernah menghitung, dari 24 perempuan yang muncul dalam acara humor, hanya satu yang benar-benar berprofesi sebagai pelawak. Sebagian besar lainnya hanya menonjolkan aspek sensualistas semata.

Kesan menonjolkan fisik dibanding kemampuan melawak juga terlihat dari penampilan yang diperlihatkan. Sebagian besar dari mereka datang dari perempuan berparas ayu dan glamour. Payahnya, mereka yang tak mengandalkan tampilan fisik, lebih memilih menampilkan perilaku norak, konyol dan komedi slapstick dibanding humor cerdas yang mendidik.

Gaya lawakan perempuan juga tidak menonjol. Ada yang terlihat selalu menghafal dan membaca, namun lebih banyak yang sekadar menimpali lawakan yang disampaikan comedian pria.

 

Materi Lawakan

Bila menelisik materi yang dijadikan guyonan, ada fenomena menarik. Dalam tayangan humor, porsi perempuan dalam menyampaikan lawakan tetap lebih sedikit dibanding laki-laki. Data ini membuktikan bahwa perempuan berposisi lebih inferior dibanding pria. Artinya, tudingan kaum hawa sebagai pemanis program lawakan, tampaknya terbukti.

Dari lawakan yang diperlihatkan oleh perempuan, juga terdapat fenomena menarik. Perempuan yang selama ini dicitrakan lemah lembut, dalam humor justru mulai ditampilkan keras, kasar, dan nakal. Image seperti itu adalah citra maskulin, yang selama ini dilekatkan pada laki-laki. Bahkan dari pengamatan atas nilai-nilai sosial yang diperlihatkan dalam humor, perempuan juga andil dalam mengekplorasi lawakan anti sosial. Yaitu candaan yang menampilkan nilai-nilai yang tidak mendukung kebaikan, misalnya mengolok-olok, merendahkan dan melecehan orang lain, melakukan kekerasan fisik maupun verbal, menyampaikan ucapan jorok dan perilaku tidak sesuai dengan jenis kelaminnya (misalnya pria berpenampilan wanita, atau sebaliknya); egois dan ingin menang sendiri; tidak menghargai orang lain; dan sebagainya. Rupanya, berbagai tampilan perempuan dalam humor semacam itu seolah sedang melakukan reposisi atas citranya selama ini. Yaitu pergeseran citra yang lembut ke gambaran yang keras dan kasar.

Memang tidak ada yang salah dalam keterlibatan perempuan dalam program humor di televisi. Namun, ada baiknya keterlibatan tersebut karena kemampuan membangkitkan tawa secara cerdas, bukan karena menonjolkan sisi kecantikan fisik, menampilkan sensualitas atau kekonyolannya. Sungguh sayang bila perempuan yang kita jaga sebagai sosok yang mulia, terhormat dan dihormati, akhirnya terlibat dalam lawakan yang penuh dengan kekonyolan, kasar, dan nakal. Karena penampilan-penampilan seperti itu, hanya akan merendahkan kedudukan perempuan itu sendiri.

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-01-15 07:24:382014-01-15 07:24:38Perempuan Dan Tayangan Humor Televisi

Pusaran Korupsi Sektor Kesehatan

15/01/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

 

Oleh : Ahmad Ahid Mudayana

Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Pembangunan kesehatan masyarakat saat ini menjadi salah satu prioritas penting dalam program pemerintah. Hal ini bisa dilihat dari jumlah anggaran di Kementerian Kesehatan yang termasuk dalam jajaran 5 besar kementerian/lembaga yang mendapat jatah APBN terbesar. Program-program dalam meningkatkan derajat sehat masyarakat pun saat ini tidak hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan saja, akan tetapi juga dilakukan oleh kementerian/lembaga yang lain terutama dalam hal meningkatkan kesejahteraan dibidang kesehatan. Besarnya anggaran yang dimiliki oleh Kemeterian Kesehatan menjadikan adanya peluang untuk disalahgunakan serta diselewengkan apabila tidak ada pengawasan yang ketat dari Kementerian Kesehatan sendiri atau dari lembaga lain.  Peluang korupsi semakin besar apabila kita melihat program-program kesehatan saat ini memiliki pos anggaran yang cukup besar seperti program pengadaan alat kesehatan, pengadaan obat, program penanggulang dan pencegahan penyakit dan sebagainya.

Tindak pidana korupsi disektor kesehatan juga melibatkan oknum pejabat pemerintah pusat dan daerah. Seperti kasus dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan di kementerian kesehatan saat dipimpin oleh Siti Fadilah Supari. Kasus ini masih ditangani oleh KPK dan belum ada perkembangannya sampai sekarang. Tertangkapnya Wawan oleh KPK yang merupakan adik dari gubernur Banten juga terkait korupsi alat kesehatan. Dan Gubernur Banten Ratu Atut Chasiyah yang baru saja ditetapkan sebagai tersangka karena dugaan korupsi diantaranya korupsi pengadaan alat kesehatan.

Dari kasus diatas sudah jelas terbukti bahwa sektor kesehatan telah masuk dalam pusaran korupsi. Masuknya sektor kesehatan dalam pusaran korupsi dapat menghambat pemerintah dalam upayanya memperbaiki mutu pelayanan kesehatan. Sudah menjadi rahasia umum jika mutu pelayanan kesehatan di Indonesia belum begitu baik. Hal ini akan menambah berat tanggung jawab pemerintah untuk mewujudkan pelayanan yang bermutu. Di sisi lain, juga berdampak pada semakin sulitnya mencapai derajat sehat masyarakat yang optimal. Akibat dari maraknya kasus korupsi disektor kesehatan. Sehingga banyak program yang tidak berjalan secara optimal.

Agar kasus korupsi disektor kesehatan tidak meluas maka perlu dibuat sistem pengawasan program. Sistem pengawasan ini harus mampu menjalankan peran-peran manajemen dengan baik. Peran yang baik akan menghasilkan program yang efektif dan efisien. Selain sistem pengawasan juga diperlukan evaluasi pelaksanaan program. Selama ini setiap program yang dibuat oelh pemerintah sangat jarang dilakukan evaluasi. Kalaupun ada itu sangat sederhana dan terkesan hanya sebatas formalitas. Padahal adanya evaluasi sangat penting untuk menciptakan sistem birokrasi yang efektif dan efisien. Maka, peluang untuk melakukan korupsi akan semakin sempit karena ketatnya pengawasan serta adanya evaluasi.

Bagaimanapun juga sektor kesehatan memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa. Salah satu indikator bangsa yang maju dilihat dari kesehatan masyarakatnya. Sudah seharusnya budaya korupsi disemua sektor termasuk sektor kesehatan harus diberantas. Peran masyarakat sangat dibutuhkan untuk ikut mengawasi serta mengevaluasi setiap program disektor kesehatan. Supaya tujuan menuju Indonesia sehat cepat tercapai.

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-01-15 07:22:512014-01-15 07:22:51Pusaran Korupsi Sektor Kesehatan

Tali Kasih Bertambah, Purnatugas Bentuk Paguyuban Baru

13/01/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

“Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah” Bung Karno

Begitulah kira-kira wasiat yang tersirat dalam acara yang dibuka oleh Wakil Rektor 1 Dr. Muchlas, M.T., sekaligus penyerahan tali kasih secara simbolis kepada purnatugas.

                Sebanyak 23 purnatugas hadir dalam acara bertajuk “Sarasehan dan Pembentukan Pengurus Purnatugas Karyawan UAD.” Zarkoni mantan Kepala Bagian Kerumahtanggaan di kampus 2 mengungkapkan, sudah mendapatkan tali kasih selama 3 kali  berturut-turut “Setiap tahunnya bertambah, walaupun sedikit, tapi saya sudah senang. Ini tidak sekedar tali kasih, tapi juga penghomatan” terangnya saat ditemui pada acara berlangsung Sabtu, (13/12) di Hall Kampus 2.

                Wihandriati, S.H., C.N., selaku koordinator acara menjelaskan. Para purnatugas diberikan tali kasih berupa sembako dan uang tunai. “Jumlah tali kasih yang diberikan bertambah dari tahun sebelumnya” terang Wihandriati.

                Lebih lanjut, Wihandriati, dosen Fakultas Hukum tersebut menjelaskan bahwa acara seperti ini sudah menjadi agenda rutin setiap tahun, saat milad UAD. Kali ini acara yang diselenggarakan nampak berbeda. Bukan hanya sarasehan dan pemberian tali kasih saja, tetapi juga pembentukan paguyuban terhadap purnatugas.

                Ia juga menjelaskan, “Dalam paguyuban tersebut juga sudah ditentukan koordinator guna mengoordinasi agenda-agenda yang akan dilaksanakan nantinya.” Paguyuban dibentuk sebagai sarana untuk mempertemukan, menyatukan pendapat, serta merencanakan semua hal yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh purnatugas UAD.

                Sarasehan dan pembentukan paguyuban purnatugas karyawan ini diharapkan mampu menjaga hubungan emosional antara universitas dan purnatugas. “Semoga acara tersebut akan terus ada karena sarasehan seperti ini dapat mempererat tali silaturahmi antar karyawan purnatugas satu sama lain serta purnatugas dengan UAD,” pungkasnya.(Yy)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-01-13 06:54:072014-01-13 06:54:07Tali Kasih Bertambah, Purnatugas Bentuk Paguyuban Baru

Hubungan Debu dan Muhammadiyah

13/01/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

 

Vokalis Debu, Mustafa mungkin tidak begitu mengenal Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Tapi, siapa sangka jauh sebelum itu personel Debu tersebut sudah mengenal Muhammadiyah. “Ketua Muhammadiyah pernah menjadi penolong saat saya ingin migrasi ke indonesia” katanya saat ditemui sebelum pentas.

Saat tahu UAD adalah bagian dari Muhammadiyah dia langsung merespon dan menerima tawaran untuk tampil di UAD pada Milad yang bertajuk Konser dan Dakwah di kampus 3, Sabtu (21/12) malam.

Grup yang sudah menelurkan enam album sejak 2001 lalu itu, sangat bangga dengan pemikiran generasi muda Indonesia, Khususnya generasi Muhammadiyah. Mereka tidak terkotak-kotak oleh komunitasnya namun bisa memiliki wawasan dan pengetahuan yang terbuka luas.

Hal itu berbeda dengan yang mereka temui di sejumlah negara lain. Keberagaman Indonesia dimungkinkan menjadi salah satu contoh positif tentang keterbukaan wawasan dan pola pikir generasi mudanya.

"Mahasiswa di sini (Indonesia) lebih terbuka wawasannya, berbeda dari negara lain saat kami temui," tandasnya.

Debu yang digawangi oleh Kumayl Mustafa Daood, membawakan 15 lagu dalam konser tersebut. Empat lagu diantaranya merupakan lagu baru mereka yang belum dirilis seperti 'Sudut di Surga', 'Majenun', "Tetap Bersembahyang' serta 'Shalawat'. (tr)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-01-13 06:52:292014-01-13 06:52:29Hubungan Debu dan Muhammadiyah

Dosen Yang Mendidik

13/01/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

Lina Handayani, SKM, MKes, Ph.D

Dosen FKM UAD, Yogyakarta

 

Dulu saya mengira bahwa menjadi dosen cukup hanya mengajar saja. Menyampaikan mata kuliah apa adanya. Saya kira mahasiswa adalah orang yang sudah dewasa sehingga mereka sudah tahu harus bagaimana menjalani hidup dan dunia perkuliahan.

Dulu saya juga mengira bahwa mudah saja menjadi dosen itu. Yang penting punya ijazah, punya SK mengajar maka sahlah seseorang untuk mendapat label dosen. Dulu, ya dulu saya mengira begitu.

Namun seiring waktu, saya temui banyak cerita, aneka peristiwa dan berbagai macam mahasiswa. Kadang kala ada yang baik, cerdas, sopan santun dan murah senyum. Ada juga yang cerdas, namun tidak percaya diri. Pernah juga saya jumpai mahasiswa yang kebingungan tidak tahu harus bagaimana.

Hingga pada suatu ketika, saya menyimpulkan sendiri, bahwa menjadi dosen itu juga pendidik, bukan sekedar pengajar. Walau begitu banyak teori tentang pengajaran, namun bagi saya, mahasiswa adalah seperti putra putri sendiri. Tentu saja, dalam mendidik mereka diperlukan cinta, cita, rasa, asa, karsa dan masa. Tidak boleh sekedarnya, apalagi dilakukan dengan terpaksa. Satu hal lagi, yaitu keteladanan; terkait akhlak, tutur kata, roman muka dan kemauan untuk terus belajar.

Sejatinya, dosen yang pendidik juga dosen yang mau belajar. Perkembangan ilmu berlari dengan kencang. Teknologi pesat maju melesat begitu dahsyat. Jangan sampai, seorang dosen menjadi makhluk jadul yang membosankan dan merasa pintar sendiri. Apalagi, menjadi dosen seram nan menakutkan.

Banyak orang yang tidak sadar diri, tidak mau mengenali diri sendiri dan orang lain. Sehingga, banyak sifat yang tiba-tiba membuat orang kanan kiri menyingkir, atau malah tidak mau mendengarkan pelajar di kelas yang monoton, padahal hal tersebut penting. Akibatnya tanduk bertengger di kepala dengan wajah merah menyala. Lagi-lagi mahasiswa yang salah. Bukankah kesalahan murid atau mahasiswa adalah kesalahan guru atau dosenya. Kejadian seperti itu akan selalu terjadi selama satu sama lain tidak saling mengenal, memahami dan memberi pengertian.

Sebaiknya, dosen mau juga jadi pembantu. Membantu mahasiswa untuk mengenali dirinya, sehingga tahu harus bagaimana bila menemui kesulitan atau masalah. Membantu mahasiswa merasa percaya diri, membantu mahasiswa untuk jadi orang cerdas yang jujur. Membantu mahasiswa untuk jadi orang pintar yang berahlak mulia.

Sembari mengakhiri tulisan ringan ini, saya bertanya pada hati nurani: sudahkan saya menjadi dosen yang mendidik? Sembari juga berharap bahwa saya tidak menjadi dosen sok pintar yang menyeramkan. Semoga saya dan mahasiswa mampu menjadi pembelajar tangguh dalam porsi kami masing-masing.

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-01-13 04:22:582014-01-13 04:22:58Dosen Yang Mendidik

Arah-Baru Pelajaran Bahasa

13/01/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

 

Oleh: Sudaryanto, M.Pd.

Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UAD Yogyakarta;

Penulis Buku Guru Cerdas (2012)

 

Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki arah-baru dalam Kurikulum 2013. Dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya, pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 membelajarkan Bahasa Indonesia berbasis teks atau genre. Melalui teks atau genre, diharapkan Bahasa Indonesia dapat digunakan untuk membangun kemampuan cara berpikir siswa. Pertanyaannya, apa implikasi dari perubahan arah pelajaran Bahasa Indonesia tersebut bagi guru dan siswa?

Hemat saya, ada dua implikasi dari perubahan arah pelajaran Bahasa Indonesia dengan membelajarkan Bahasa Indonesia berbasis teks atau genre. Pertama, bergesernya filosofi pembelajaran bahasa. Selama ini, seperti dikeluhkan oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Mahsun (2013), pembelajaran Bahasa Indonesia tidak dipakai untuk membentuk cara berpikir. Tak heran, lanjutnya, jika kita lemah dalam membaca dan menulis.

Kelemahan siswa kita dalam hal membaca dan menulis, saya kira merupakan akibat dari terlalu banyaknya teori kebahasaan yang dipelajari di kelas. Toh begitu, saya tak hendak mengatakan bahwa teori kebahasaan tidak penting untuk dipelajari. Teori kebahasaan tetap penting dipelajari; namun yang tak kalah penting, menurut saya, ialah penggunaan teori tersebut untuk menunjang siswa agar senang membaca dan menulis.

Kedua, bergesernya peran guru Bahasa Indonesia. Dalam bayangan ideal saya, guru Bahasa Indonesia seyogianya menjadi “model peran” (role model) bagi siswanya di sekolah. Artinya, guru Bahasa Indonesia harus menguasai dan menerapkan ilmu yang dimilikinya. Sebelum siswa disuruh membaca novel Negeri 5 Menara, misalnya, guru harus terlebih dulu membaca novel karya A. Fuady tersebut. Begitu pula dalam pembelajaran menulis.

Alih-alih menjadi “model peran”, tak sedikit guru Bahasa Indonesia yang sukanya menyuruh siswa untuk belajar ini-itu, tanpa mau memberikan contoh terlebih dulu. Dengan membelajarkan teks atau genre, guru Bahasa Indonesia “dipaksa secara ikhlas” untuk lebih giat membaca dan menulis. Saya percaya, siswa kita akan menjadi lebih senang membaca dan menulis setelah mereka melihat gurunya juga melakukan hal serupa.

Sebagai penutup, saya nukilkan kata-kata Dr. Stephen D. Krashen yang dikutip oleh Hernowo (2004). Krashen berkata, “Apabila anak-anak sekolah dapat membaca buku dengan rasa senang, mereka akan memperoleh hampir semua hal yang disebut sebagai ‘keterampilan kebahasaan’”. “Keterampilan kebahasaan” itu antara lain, mencakup keterampilan membaca yang andal dan mengembangkan kemampuan untuk menggunakan susunan kalimat yang tertata. Setujukah Anda?[]

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-01-13 04:22:242014-01-13 04:22:24Arah-Baru Pelajaran Bahasa
Page 548 of 685«‹546547548549550›»

TERKINI

  • Turnamen Tenis Meja: Dari Hobi Menjadi Prestasi di Tengah Masyarakat01/07/2025
  • Dosen UAD Manfaatkan Pati Singkong dan Bunga Telang Jadi Kemasan Pangan Ramah Lingkungan01/07/2025
  • Dosen UAD Kembangkan Produk Sehat Berbasis Rumput Laut Merah dengan Pendekatan Design Thinking01/07/2025
  • Toleransi Itu Peduli, Bukan Acuh01/07/2025
  • Belajar Menjadi Pemimpin Lewat Organisasi01/07/2025

PRESTASI

  • Mahasiswa FK UAD Raih Juara I Lomba Menyanyi Nasional01/07/2025
  • Tapak Suci UAD Raih Juara Umum II di Kejuaraan Nasional Bhayu Manunggal Championship 202530/06/2025
  • Mahasiswa UAD Torehkan Prestasi di Kejuaraan Nasional UPI Karate Cup V 202526/06/2025
  • Mahasiswa FK UAD Raih Juara 3 Lomba Artikel Ilmiah Nasional25/06/2025
  • Mahasiswa UAD Juara 2 Lomba Fotografi dengan Karya Bertema Edukasi Islami24/06/2025

FEATURE

  • Ijazah Saja Tak Cukup, Begini Strategi Lulusan Baru Hadapi Dunia Kerja01/07/2025
  • Menyemai Sila Pertama, Menuai Takwa30/06/2025
  • Krisis Identitas di Kalangan Mahasiswa, Kamu Salah Satunya?30/06/2025
  • Penyampaian materi tentang Digital Public Health oleh Kepala BKPK Kemenkes RI dalam kuliah pakar Prodi Magister Kesmas Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Isah)Digital Public Health Competencies30/06/2025
  • Mendidik Anak Tak Semudah Memindahkan Air28/06/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top