• TERKINI
  • UAD BERDAMPAK
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Resep Membuat Black Forest Mocaf Kukus Singkong dari UAD

19/07/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

Resep membuat “Black Forest Mocaf Kukus” ala Siti Salamah ini disampaikan dalam pelatihan pengolahan makanan berbahan mocaf untuk tiga pedukuhan yaitu Pocung, Tenggang, dan Ngelo. Pada kesempatan tersebut hadar Wakil Bupati Gunung Kidul Drs H. Immawan Wahyudi, M. H., Hum, Kepala Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (LPM UAD) Drs. H. Jabrohim, M, M., koordinator KKN Drs. H. Sudarmini, dan aparat desa setempat. Kamis (17/7/2014) di Balai Desa Kemadang

Berikut bahan yang digunakan untuk membuat black forest mocaf kukus. Di antaranya 4 butir telur, setengah sendok tek ovalet, 200 gram gula pasir, 75 gram tepung mocaf, 25 gram coklat bubuk, setengah gelaqs susu cair, seperempat minyak sayur, setengah sendok garam halus.

Caranya adalah telur, ovalet dan gula pasir dicampur dan dikocok sampai mengembang sambil ditambahkan garam. Kemudian sambil diaduk dimasukkan berama tepung mocaf, coklat bubuk dan tepung tegiru yang sudah diayak sedikit demi sedikit hingga rata. Terakhir masukkan minyak sayur dan diaduk-aduk sampai rata. Tuangkan ke dalam Loyang ukuran 18 x 7 cm yang telah diolesi mentega dan dialasi kertas roti lalu dikukus selama 20 menit.

Bahan yang digunakan cukup mudah didapatkan dan tentu saja menggunakan tepung mocaf yang bahan dasarnya dari singkong. Dengan dibuat menjadi tepung mocaf singkong bisa menjadi tahan lebih lama hingga satu tahun. Ini bisa sebagai usaha untuk mengatasi jika suatu ketika berhadapan dengan musim sulit pangan atau paceklik sehingga tepung mocaf ini bisa dijadikan salah satu alternatif ketahanan pangan di Gunung Kidul.

Selain resep bahan pembuatan black forest mocaf kukus. Juga disampaikan olahan pembuatan kue basah putu ayu, brownis kukus, donat mocaf.

Pelatihan tersebut tidak hanya pengolahan singkong menjadi tepung mocaf. Tapi juga pelatihan pengolahan makanan berbahan mocaf, pengemasan dan pemasaran produk olahan mocaf.(Doc/Sbwh)

 

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/images/LPM UAD Warga dan Mahasiswa saat mempraktekkan pembuatan.jpg 230 432 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-07-19 03:32:152014-07-19 03:32:15Resep Membuat Black Forest Mocaf Kukus Singkong dari UAD

Meningkatkan Wawasan Kesehatan Ibu dan Anak Melalui Konferensi Internasional

19/07/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

Yogyakarta-Rosyidah SE Mkes selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (FKM-UAD) secara resmi membuka acara seminar internasional dengan tema “Peran Pemerintah dan Swasta dalam Upaya Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak (The Role of Government and Private Sector to Improve Maternal and Child Health) di Aduitorium Utama Kampus 3 UAD pada Sabtu 10/5/14.

“Konferensi internasional ini sangat penting karena angka kematian ibu dan anak tinggi di Indonesia. Selain itu kesehatan ibu dan anak adalah salah satu program Millenium Development Goal’s (MDGs) yang harus kita capai dalam tenggat waktu setahun kedepan” terang Rosyidah dalam sambutannya.

Ia menambahkan upaya untuk mencapai MDGs telah menjadi unsur yang penting untuk tujuan pembangunan Indonesia dengan waktu yang tersisa satu tahun sebelum tenggat waktu pencapaian target MDGs. Oleh karena itu katanya, harus ada upaya bersama disemua lapisan masyarakat termasuk pemerintah dan swasta.

Adapun tujuan diselenggarakannya seminar internasional adalah untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman tentang kesehatan ibu dan anak, meningkatkan wawasan dan pemahaman tentang peran pemerintah dan swasta untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak secara global, khususnya di Indonesia, Malaysia, dan Filipina serta mendukung upaya-upaya dan program-program yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia untuk mencapai target-target MDG terutama di bidang kesehatan ibu dan anak.

“Seminar ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang kesehatan ibu dan anak yang semakin hari semakin turun, misalnya angka kematian ibu dan bayi saat melahirkan masih tinggi” ujar Suci Musvita Ayu SKM MPH selaku ketua panitia saat ditemui disela kesibukan acara.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa konferensi ini dihadiri oleh Prof. dr. Ali Ghufron, M.Sc., Ph.D. (Wamenkes RI), Prof. Dr. Yeo Kee Jiar (Universitas Teknologi Malaysia), Prof. Dr. Wongsa Laohasiriwong (Wakil Dekan Universtias Khon Kaen, Thailand). Peserta yang hadir dalam agenda ini sebanyak 250 orang (terdiri dari mahasiswa, praktisi kesehatan dan umum). (TS)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/images/Rosidah FKM UAD.jpg 299 448 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-07-19 02:08:162014-07-19 02:08:16Meningkatkan Wawasan Kesehatan Ibu dan Anak Melalui Konferensi Internasional

REFLEKSI RAMADHAN SEELUMNYA

16/07/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

 

Panji Hidayat, M.Pd

Dosen UAD

 

Siklus bulan dalam kalender Hijriah telah masuk bulan Ramadhan, meskipun dalam penetapannya ada perbedaan di antara para muslimin. Tetapi itu tidak menjadikan semangat ukhuwah islamiyah di antara umat akan memudar. Di situ ada tasamuh dalam menyikapi  perbedaan yang selalu ada agar kerukunan tetap terjaga. Semangat ramadhan tahun lalu yang telah terkikis oleh debu-debu dosa yang semakin mengerak seakan meleleh karena sayup-sayup cahaya ramadhan mulai mendekat yaitu bulan yang ditunggu-tunggu oleh kaum muslimin untuk wajib menapak tilas puasa ramadhan.

Alhamdulilah sekarang ini puasa ramadhan telah bergulir hampir dua minggu. Kaum muslimin seantero dunia menikmati indahnya melakukan ibadah siang dan malam hanyalah semata untuk taqarrub kepada Dzat yang Maha Hidup agar mendapatkan nikmat dan manisnya iman.

Ibadah baik mahdoh maupun ghairumahdoh sangat berpengaruh untuk menghidupkan amalan-amalan di bulan ini. Semua itu adalah untuk tabarruk (mendapatkan berkah) yang berlipat-lipat dari hari-hari biasa di bulan selain ramadhan. Momentum istimewa ini bersama berhijrah menuju kebaikan dan kebajikan untuk mencapai predikat ketakwaan. Dengan niat bismillah semua perilaku yang munkar baik itu hasil komunikasi interpersonal maupun intrapersonal pada diri sendiri memberikan refleksi seberapa jelek diri ini setahun yang lalu. Untuk itu dengan datangnya ramadhan ini sebagai batu loncatan untuk starting point dengan harapan membakar dosa-dosa, mendapatkan ampunan Allah, dan terhindar dari siksa azhab jahannam.

Janganlah bulan ini dijadikan anekdot “muslim musiman” jika telah syawal kembali ke kebiasaan asal. Sebaiknya bulan ini digunakan sebagai awal metamorfosa untuk menjalani kehidupan yang penuh hikmah keilmuan supaya kebaikan itu menaungi hidup setiap insan. Perubahan yang sangat frontal dari keburukan kekebaikan sangat dimungkinkan karena fitrah manusia yang pada hakekatnya suka akan kebaikan. Hal ini diperlukan komitmen diri untuk memperbaiki diri baik hablum minallah dan hablum minan nash. Komitmen sendiri perlu disertai konsistensi agar sejatinya seorang muslim adalah telah menjalankan syari’at agama. Ingatlah Firman Allah dalam Surat AlHasyr, ayat 18 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Ayat ini adalah sebagai rujukan bahwa Allah mengetahui dengan teliti setiap amal perbuatan manusia. Di bulan inilah ladang amal untuk menorehkan tinta emas ramadhan dengan melakukan kesalihan spiritual dan kesalihan sosial yang seimbang menurut porsi kemampuan seorang muslim. Allah akan langsung memberikan pahala ramadhan langsung dan melipatgandakan amal-amal shalih dengan jaminan pintu masuk Ar-rayyan bagi golongan ahli berpuasa. Penilaian puasa bersifat an sich hanya dirinya dengan Rabb-Nya yang mengetahui tentang kualitas puasanya tersebut dengan selalu mencari hakikat “iqra’ kitabaka” agar tidak menjadi orang shalih yang salah.

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-07-16 02:08:272014-07-16 02:08:27REFLEKSI RAMADHAN SEELUMNYA

Kelenjar Adrenal Orang yang Berpuasa

16/07/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

Dr. Ahmad Muhammad Diponegoro

Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.

 

Menurut nabi Muhammad s a w bila seseorang yang sedang berpuasa diajak bertengkar, maka ia diperintahkan untuk mengatakan saya sedang puasa.  Artinya dengan ucapan seperti itu orang akan lebih sabar dan menahan diri untuk marah. Puasa membuat orang lebih sabar.

Dalam kajian biopsikologi, marah berhubungan dengan hormone adrenalin yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal pada makhluk menyusui, (atau kelenjar suprarenalis) adalah kelenjar endokrin berbentuk segitiga yang terletak di atas ginjal (ad, "dekat" atau "di" + renes, "ginjal"). Kelenjar ini bertanggung jawab pada pengaturan respon stress pada sintesis skortikosteroid dan katelomani, termasuk kortisol dan hormone adrenalin.

Secara anatomi, kelenjar adrenal terletak di dalam tubuh, di sisi anteriosuperior (depan-atas) ginjal. Pada manusia, kelenjar adrenal terletak sejajar dengan tulang punggung torakal yang ke-12 dan mendapatkan suplai darah dari pembuluh darah adrenalis. Tiap kelenjar berbobot sekitar 4 gram.

Bagian dalam kelenjar disebut medula mengandung sel kromafin yang merupakan sumber penghasil hormon jenis katekolamin yaitu hormone adrenalin dan norepinefrin, dengan jenjang reaksi yang distimulasi kelenjar hipotalamus. Di samping itu, masih banyak manfaat lain yang dapat ditemukan dalam kelenjar anak ginjal ini.

Keadaan psikologis yang tenang, teduh dan tidak dipenuhi rasa amarah saat puasa ternyata dapat menurunkan adrenalin yang dihasilkan kelenjar adrenal. Saat marah terjadi peningkatan jumlah adrenalin sebesar 20-30 kali lipat. Adrenalin akan memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan pebuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah dan menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung. Adrenalin juga menambah pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah. Berbagai hal tersebut ternyata dapat meningkatkan resiko penyakit pembuluh darah, jantung dan otak seperti jantung koroner, stroke dan lainnya.

Selama periode puasa, sejumlah kecil epinefrin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah dari kelenjar adrenal manusia. Peran epinefrin antara lain akan mempengaruhi hati manusia dan otot rangka. Ia akan mendukung pengaruh glukagon dalam hati. Dalam otot rangka, meningkatnya adrenalin akan memudahkan pemecahan glikogin menjadi glukosa. Berlawanan dengan klukosa yang dihasilkan dari pemecahan glikogin hati, glukosa ini tidak dilepaskan ke dalam darah, bahkan  glukosa ini menjadi suatu sumber energi pendukung untuk sel-sel otot sedangkan lemak merupakan sumber energi yang utama. Walaupun demikian, tatkala glukosa ini digunakan sebagai sumbergi energi dalam sel-sel otot, sedikit laktat mungkin akan dihasilkan. Laktat ini dapat masuk ke dalam sirkulasi, dan mencapai hati, kemudian diubah menjadi glukosa. Glukosa ini dapat dilepas ke dalam darah. Oleh karena itu, otot rangka manusia dapat secara sederhana memelihara konsentrasi glukosa darah selama puasa.

Selain adrenalin, kelenjar adrenal juga menghasilkan kortisol yang juga sering disebut hormone stres. Penting untuk disadari bahwa puasa, khususnya puasa yang berkelanjutan, dapat menjadi suatu stres – dan stress menghasilkan pelepasan kortisol. Sangat tepat apa yang diperintahkan Allah dan nabi Muhammad s a w bahwa dalam Islam dilarang untuk melakukan puasa yang berkelanjutan karena dapat membuat individu stres sebagaimana dijelaskan. Puasa hanya boleh dilakukan hingga waktu magrib dan kemudian diharuskan untuk berbuka. Bahkan ummat sangat dianjurkan untuk sahur walaupun dengan seteguk akhir.

Hadirnya makanan dalam tubuh manusia pada waktu sahur maupun berbuka akan menurunkan stress, karena tubuh terasa nyaman dan menurunkan kadar kortisol dalam darah. Karena islam merupakan agama yang menggembirakan bukan yang menyusahkan atau membuat individu tertekan atau stress. Nabi Muhammad s a w bersabda: gembirakanlah dan jangan membuat orang lari, berilah kemudahan dan jangan membuat orang susah.

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-07-16 02:07:212014-07-16 02:07:21Kelenjar Adrenal Orang yang Berpuasa

Puasa dalam Pendidikan Pengendalian Diri

15/07/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

Oleh Sukardi

Dosen Ekonomi UAD

 

Ajaran puasa merupakan tatanan syariat Islam diperuntukkan bagi orang muslim dewasa yang tidak sedang berhalangan, untuk tidak makan dan tidak minum serta meninggalkan segala yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Selain menjadi amalan yang harus dilaksanakan setiap muslim. Puasa Romadhan merupakan salah satu pendidikan pengendalian diri bagi ummat muslim yang menjalani. Ada tiga aktivitas pengendalian diri selamat puasa, yakni pengendalian diri dari makan dan minum yang berlebihan, pengendalian diri dari perbuatan dan ucapan kotor, dan pengendalian diri dari nafsu yang tidak terpuji.

Makan dan minum tentu dibutuhkan pengendalian yang ketat baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Pengendalian makan dalam ajaran Islam harus yang halalan thoyyiba. Bagi orang berpuasa waktu makanpun dikendalikan. Selain akan berakibat tidak baik. Tentu tidak selamanya apa yang kita makan merupakan hal yang dibutuhkan tubuh, tidak sedikit orang  tidak memperhatikan kalori dalam tubuh, padahal kalori berlebihan akan menjadi beban yang mengganggu kesehatan, seperti kelebihan  gula darah, kelebihan kolesterol, kelebihan asam urat dan sebagainya –yang bisa berpotensi menjadi penyakit.

Selain mengendalikan pola makan, dalam puasa juga perlu pengendalian diri dari ucapan dan tindakan. Pepatah jawa mengatakan “ajining diri soko lati ajining rogo soko busono” martabat orang bukan dinilai dari jabatan, kekayaan dan harta benda yang melimpah, tetapi martabat seseorang dinilai dari ketulusan ucapan, kejujuran perbuatan dan kesalehan perilaku dirinya. Puasa membangun perilaku, menata jiwa, pendewasaan diri, menjauhkan perilaku perilaku negatif, menghindarkan hati yang temperamental emosional. Dalam Hadits Rosululloh SAW menyatakan orang berpuasa tanpa meniggalkan ucapan dan perbuatan kotor, maka ia tidak mendapat apa-apa kecuali mendapatkan lapar dan dahaga.

Tujuan puasa adalah “meningkatkan ketaqwaan”. Orang yang berpuasa dituntut untuk lebih santun dalam perilaku, dan lebih sopan dalam bertutur kata. Pengendalian perilaku dan tutur kata bermakna tidak melakukan sesuatu kecuali yang bermanfaat dalam kehidupan diri dan kemasyarakatan.

Selanutnya mengendalikan nafsu. Nafsu merupakan pendorong dan penggerak kegiatan hidup manusia, dorongan nafsu ini selalu dikendalikan oleh nafsu ilahiyah dan nafsu syaithoniyah. Nafsu ilahiyyah merupakan nafsu atau kemauan yang mendapat cahaya ilahi robbi, aktivitasnya sejalan dengan tuntunan agama.

Sebaliknya nafsu syaithoniyyah merupakan kemauan yang menyimpang dari tuntunan agama, atau kemauan yang berlebihan melebihi dari tatanan kewajaran agama. Puasa Romadhan yang dijalani  mengajak agar makan yang  kita lakukan,  hidup yang kita jalani,  kegiatan  yang  kita kerjakan selalu mengikuti petunjuk ilaahi, mendasarkan petunjuk Tuhan ilahi robbi menggunakan tatanan Islam, serta meminimalisir aktivitas-aktivitas yang dikendalikan oleh nafsu syaithoniyyah. Nafsu sebagai pendorong kehidupan dan penggerak aktifitas hidup seseorang akan menjadi bahaya apabila dilepas secara liar, tanpa pengendali agama. Puasa mengajak dan mendidik kita mengendalikan nafsu supaya terarah dan sejalan dengan hidayah ilaahi.

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-07-15 03:29:442014-07-15 03:29:44Puasa dalam Pendidikan Pengendalian Diri

Hikmah Ibadah Puasa Ramadhan dan Cara Mengajarkannya kepada Anak

15/07/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

Nurul Hidayati Rofiah, M.Pd.I

PGSD Universitas Ahmad Dahlan

                Ibadah puasa merupakan kewajiban semua manusia yang beriman agar mereka menjadi orang-orang yang bertaqwa, sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”

Bagi semua umat Islam puasa di bulan Ramadhan hukumnya wajib, bagi yang melaksanakannya ia akan mendapatkan pahala. Disamping itu, juga bagi yang melaksanakan sunah pada bulan Ramadhan akan diberi pahala seperti ibadah wajib, sedangkan beribadah wajib pahalanya akan dilipat gandakan menjadi 70 kali lipat dibanding pada bulan lain. Sebagaimana dalam hadist riwayat Ibnu Huzaimah “Dari Salman Al-farisi ra. berkata: Rasulallah saw. Memberi khutbah kepada kami dihari akhir dari bulan Sya’ban dan berkata: “Hai sekalian manusia akan datang bulan yang agung (Ramadhan) yaitu bulan yang penuh berkah didalamnya. Dalam bulan itu ada malam yang mulia (Lailatul Qadr) yang lebih utama dari seribu bulan. Allah telah mewajibkan puasa di bulan itu, dan shalat tarawih didalamnya sebagai ibadah sunah. Barang siapa yang melakukan kebaikan (ibadah sunah) di bulan itu pahalanya seperti ibadah wajib dibanding bulan yang lainnya. Dan barang siapa yang melakukan kewajiban di dalamnya, maka pahalanya seperti melakukan 70 kewajiban dibanding bulan yang lainnya. Bulan Ramadhan adalah bulan ditambahnya rizki orang mukmin, bulan diawal menjadi rahmat, ditengah menjadi ampunan dan diakhirnya merupakan kebebasan dari neraka”.

Alangkah beruntungnya bagi kaum muslimin yang dapat melaksanakan Ibadah puasa dibulan Ramadhan seperti yang dijelaskan Hadits di atas. Agar setiap kaum muslimin semua dapat melaksanakan ibadah puasa maka harus dibiasakan sejak kecil karena ibadah puasa akan terasa berat bagi yang belum terbiasa melakukannya. Oleh karena itu perlu dibiasakan sejak kecil ketika belum balig, agar ketika sudah balig mereka sudah sudah terbiasa melaksanakannya.

Untuk melatih anak agar berpuasa memang butuh kesabaran. Sebelumnya orang tua harus memberikan contoh terlebih dahulu kepada anak-anak untuk menjalankan puasa dan ibadah selama bulan Ramadhan. Seperti Sholat lima waktu, melaksanakan Tarawih, Tadarus Al-Qur’an dan sebagainya.

Adapun cara untuk mengajarkan puasa kepada anak agar mau melaksanakan ibadah puasa diantaranya: Memberikan penjelasan mengenai kebaikan puasa Ramadhan seperti yang terkandung dari hadits di atas dengan bahasa dan istilah yang mudah dimengerti oleh anak. Selain itu, dibiasakan anak ikut sahur bersama keluarga supaya bisa melaksanakan ibadah puasa, (dalam melaksanakannya, anak berpuasa sekuatnya anak saja meskipun puasa sampai dzuhur).

Ajak anak ikut sholat berjamaah dan jika masih memunkinkan, anak diajak untuk mengaji membaca Al-Qur’an. Mejanjikan sebuah hadiah kepada anak agar ia sungguh-sungguh melaksanakannya selama bulan Ramadhan

Demikian sebagian hikmah puasa dibulan Ramadhan yang penuh berkah dan sebagian cara untuk mendidik anak agar terbiasa berpuasa dibulan Ramadhan.

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-07-15 03:29:022014-07-15 03:29:02Hikmah Ibadah Puasa Ramadhan dan Cara Mengajarkannya kepada Anak

NGABUBURIT DI BULAN RAMADH

15/07/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

Oleh Rendra Widyatama, SIP., M.Si

Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UAD

 

Dalam beberapa tahun terakhir ini, istilah ngabuburit di kalangan umat Islam tampaknya semakin populer. Kata ngabuburit berasal dari bahasa Sunda, artinya kurang lebih menunggu saat berbuka puasa. Kata dasar ngabuburit sendiri sesungguhnya tidak ada hubungannya dengan puasa. Burit berarti sore. Ngabuburit berarti menunggu sore, sehingga tidak hanya menunggu sore di bulan puasa saja. Karena buka puasa dilakukan di sore hari (maghrib) maka akhirnya ngabuburit pun dipersempit artinya menjadi menunggu saatnya buka puasa.

Di tengah masyarakat, ngabuburit banyak dilakukan dengan berbagai macam cara. Di lingkungan pemukiman yang memiliki masjid, ngabuburit bagi anak-anak umumnya dilakukan dengan mengikuti TPA, alias Taman Pendidikan Alquran. Di TPA tersebut, biasanya mereka belajar membaca Alquran dan pengetahuan keagamaan lainnya.

Bagi kelompok masyarakat yang lebih tua, ngabuburit banyak dilakukan dengan cara mendatangi pengajian sekaligus buka puasa bersama. Pengajian sering dilakukan di masjid, dan tidak jarang diselenggarakan di tempat-tempat kerja, bersama rekan-rekan sekantor. Namun bagi remaja dan pemuda, ngabuburit sering berlangsung tidak terpola. Tidak jarang, mereka hanya JJS alias jalan-jalan sore atau sekedar nongkrong di tepi jalan sambil melihat lalu lalang kendaraan.

Melihat banyaknya warga yang ngabuburit di jalanan, dewasa ini fenomena ngabuburit juga dimanfaatkan banyak perusahaan untuk melakukan promosi. Bahkan, mereka membuat event yang mengundang keramaian untuk bersama melakukan ngabuburit. Biasanya ngabuburit diisi dengan penampilan music, aneka permainan yang lucu, dan kuis yang menawarkan hadiah menggiurkan.

Atas fenomena ngabuburit seperti itu, sesungguhnya sangat disayangkan. Sebab warga mengisi waktunya dengan sesuatu yang kurang bermanfaat bagi upaya penambahan pahala. Luas diketahui bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Bila pada bulan biasa setiap kebaikan digandakan sepuluh hingga 700 kali lipat, maka pada bulan Ramadhan amalan puasa dilipatgandakan oleh Allah hingga berlipat-lipat tanpa ada batasan bilangan. Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, ”Karena orang yang menjalani puasa berarti menjalani kesabaran”. Sementara ganjaran orang yang bersabar, sebagaimana dalam QS Az Zumar (10), mengatakan akan diberikan ganjaran pahala pahala tanpa batas. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa berpuasa Ramadhan  dengan keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari dan Muslim).

Karena sedemikian besarnya pahala yang bisa didapat pada bulan Ramadhan, maka sangat disayangkan bila masyarakat tidak memanfaatkan seluruh waktunya untuk membuat amalan kebaikan di bulan suci ini. Misalnya dengan melakukan kajian-kajian tentang Islam, membaca Al Quran, dan berbagai amalan kebaikan lainnya. Dengan demikian, bila melakukan ngabuburit dalam artian sekedar menghabiskan waktu tanpa manfaat, berarti orang tersebut rugi dalam menjalani waktu. Bila dalam jargon ekonomi menyebut waktu adalah uang, maka pada bulan Ramadhan, waktu adalah pahala. Kalau kita memanfaatkan seluruh waktu dengan berbagai amalan kebaikan, maka tidak terhitung berapa banyaknya pahala yang berhasil kita kumpulkan. Kita tahu, pahala tersebut akan menjadi bekal kita saat kita sudah berada di akhirat.

Di sisi lain, banyaknya pihak yang membuat even ngabuburit yang kurang bermanfaat dan sekedar menghabiskan waktu atau hura-hura di pinggir-pinggir jalan maupun di tempat-tempat umum lainnya, merupakan tantangan bagi para takmir masjid untuk dapat membuat event yang lebih menarik lagi guna mengundang umat. Takmir perlu memiliki pengetahuan dan ketrampilan praktis tentang pengelolaan even kreatif dan menarik agar Ramadhan dihiasi dengan berbagai kegiatan di masjid. Niscaya dengan kegiatan masjid yang ramai, maka umat khususnya para remaja tidak pergi ke jalanan dan tempat-tempat ngabuburit yang tak bermanfaat.

Bila diperhatikan selama ini, umumnya takmir masjid cenderung tidak kreatif dalam membuat acara Ramadhan. Even yang diselenggarakan cenderung monoton dari tahun ke tahun. Karena monoton itulah, masjid tidak menjadi daya tarik umat untuk melakukan aktivitas luas lainnya kecuali sekedar pengajian dan shalat. Padahal kita tahu, dalam sejarah di jaman Nabi Muhammad, masjid menjadi pusat berbagai kegiatan. Selain sebagai tempat ibadah, masjid digunakan umat Islam untuk berbagai keperluan misalnya dibidang pendidikan, kegiatan sosial, ekonomi, pemerintahan dan lain-lain. Pada zaman Rasullah, masjid merupakan pusat pemerintahan, kegiatan pendidikan, kegiatan social, ekonomi, bahkan mengatur strategi peperangan.

Masjid dijadikan sebagai pusat detak jantung kehidupan masyarakat. Karena memiliki kedekatan secara fisik, maka membangun kedekatan secara psikologis pada masjid menjadi lebih mudah. Tidak kenal maka tidak sayang, begitu ungkapan populer yang kita sering dengar. Bila umat kenal dengan dekat dalam artian fisik dan psikologis, maka mereka akan menyayangi masjid. Dampak lebih lanjut adalah munculnya perilaku, mental, dan ahlak yang lebih Islami dalam menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk melewati bulan suci Ramadhan.

Sayang, dalam perkembanganya, saat ini masjid cenderung hanya di jadikan sebagai tempat ibadah sholat semata. Seiring derasnya “sekularisasi” dan pandangan “materalisme”, tanpa disadari peranan masjid semakin menyempit. Maka tidak heran masjid menjadi sepi tidak ada aktifitas apapun selain sholat dan perayaan peringatan keagamaan tertentu.

Berkaca dari fenomena ngabuburit di jalanan dan di tempat-tempat lain yang tak memberikan manfaat, maka sudah selayaknya umat Islam, khususnya para takmir masjid dibekali pengetahuan dan ketrampilan menyelenggarakan even agar mampu mengadakan kegiatan ngabuburit yang menarik dan bermanfaat di masjid.

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-07-15 03:27:562014-07-15 03:27:56NGABUBURIT DI BULAN RAMADH

Menjaga Istikamah di Bulan Ramadhan

15/07/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

Sule Subaweh

Karyawan UAD

Menjaga keistikamahan dalam taraweh bukan hal yang sulit, bukan pula hal yang gampang. Menurunnya shaf Jamaah Sholat Isyak dan taraweh diakhir bulan ramadhan bukan hal yang asing lagi dari pandangan kita. Para jemaah seolah ditimpa beban yang begitu berat sehingga terkapar dan tak mampu beranjak dari rumah. Pemandangan seperti itu menjadi rutinitas tahunan bagi masyarakat kita, bahkan dalam keadaan mengerti tentang keindahan malam seribu bulan. Meraka lebih suka ke Mall daripada ke Masjid. Mereka lebih tergiur dengan gemerlapnya lampu-lampu gedung bertingkat dan baju yang mentereng.

Lalu menjadi penting untuk menanyakan kembali keistikamhan kita dalam puasa ramadhan. Tidak sedikit orang mempunyai persepsi bahwa istikamah mengandung makna yang statis. Memang istikamah mengandung arti kemantapan, tetapi tidak berarti kemandekan. Melainkan lebih dekat kepada arti stabilitas yang dinamis. Hal ini yang mengakibatkan banyak orang mengendor daya istakamahnya.

Dalam KBBI istikamah berarti sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen. Di dalam agama istikamah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istikamah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya.

Istikamah di zaman berkembang diartikan sebagai teguh hati, taat asas, atau konsisten. Meskipun begitu, tidak semua orang bisa bersikap istikamah dalam kesehariannya, tidka terkeculai pada bulan puasa, bulan yang penuh berkah di dalamnya.

Banyak cara agar kita diperkuat dan senantiasa istikamah dalam beribada pada bulan ramadhan. Salah satu adalah mengetahui makna-makna pada 10 hari dalam bulan puasa. Seperti sabda Rasulullah SAW bahwa pada Bulan Ramadhan dibagi menjadi 3 bagian diantaranya: 10 hari pertama di Bulan Ramadan adalah Rahmat. Pada 10 hari itu, banyak sekali rahmat yang diturunkan Allah kepada ummmatnya. 

Kemudian 10 hari kedua di Bulan Ramadhan adalah maghfirah. Pada 10 hari kedua banyak sekali dosa yang diampuni bila kita bertaubat. Di sini kita dianjurkan memperbanyak sholat malam, berdoa dan dzikir, serta perbanyak bermuhasabah diri/bertaubat nasuhah. 

Dan sepuluh hari terakhir di Bulan Ramadhan adalah penghindaran diri dari siksa api neraka. Sepuluh hari terakhir inilah kesempatan kita untuk menyucikan diri. Dan menyambut datanya malam seribu bulan (Lailatul Qadar).

Munculnya gairah istikoma seseorang salah satunya adalah memahami apa yang dilakukan dan apa yang dia dapatkan. Di dalam puasa seperti yang disebutkan di atas. Bayak sekali yang tidak tahu bagaimana di bulan puasa ini setiap detik, menit jam dan hari bertabur berkah seperti yang sudah dijanjikan. Jika kita memahami itu, maka akan berpikir dua kali untuk meninggalkan dan mengabaikan setiap detiknya untuk tidak beribadah di bulan puasa yang penuh berkah.

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-07-15 03:27:122014-07-15 03:27:12Menjaga Istikamah di Bulan Ramadhan

Sains Tentang Syukur

15/07/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

Ika Maryani

Dosen PGSD FKIP UAD

 

Telah banyak kajian-kajian spiritual tentang keajaiban bersyukur/sedekah yang disampaikan baik melalui media dakwah, buku, ataupun seminar. Sedekah berawal dari perasaan syukur seorang umat kepada pencipta-Nya. Syukur merupakan cara paling agung untuk berterimakasih. Menurut Dr. Adi W Gunawan, dalam bukunya yang berjudul Quantum Life Transformation mengatakan bahwa syukur merupkan salah satu bagian dari lima komponen sukses, antara lain: (a) Impian, (b) Yakin, (c) Syukur, (d) Pasrah, dan (e) Doa.

Syukur diartikan sebagai sebuah perasaan yang muncul dalam hubungan interpersonal saat seseorang menerima sesuatu yang berharga dari orang lain. Oleh karena itu, hubungan antar individu akan semakin kuat. Syukur bersifat abadi, spiritual, dan merupakan suatu bentuk hubungan yang intim antara manusia dengan Allah SWT. Al-Qur’an juga mengingatkan kita betapa pentingnya perasaan syukur:

“Dan (ingatlah) di waktu Tuhan kalian memperingatkan. Jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat-Ku kepada kalian; dan jika kalian mengingkarinya, maka azab-Ku amat berat sekali.” (QS Ibrahim 7)

Emmons dan McCullough (2003) juga pernah meneliti tentang syukur. Dalam penelitiannya, Emmons dan McCullough meminta responden membuat catatan harian syukur, rutin mencatat hal-hal yang mereka syukuri, dan setelah beberapa saat hasilnya adalah sebagai berikut: (1) responden merasa lebih tenang, nyaman, optimis, dan lebih sedikit gejala sakit fisik; (2) responden merasa lebih bersemangat, antusias,waspada, fokus, yakin, dan lebih berenergi; (3) responden lebih mampu memberikan dukungan emosi dan memecahkan masalah orang lain yang membutuhkan bantuan mereka; dan (4) responden dapat tidur lebih lama dengan kualitas tidur yang lebih baik.  Hasil riset juga menunjukkan bahwa orang yang secara rutin merasakan dan mempraktikkan perasaan syukur tampak lebih bahagia, nyaman untuk diajak berkomunikasi, dan memberikan pengaruh positif pada lingkungannya. Orang yang penuh syukur dipandang sebagai orang yang lebih suka membantu sesama, lebih ceria dan bersahabat, lebih optimis, dan lebih bisa dipercaya.

Sarah Breathnach dalam bukunya Simple Abundance Journal of Gratitude memberikan perspektif  lain tentang  syukur. Bahwa apapun yang kita cari dalam hidup ini antara lain ketenangan pikiran, kemakmuran/kekayaan, kesehatan, cinta, semuanya bisa kita dapatkan hanya jika kita bersedia menerimanya dengan hati yang terbuka dan dipenuhi rasa syukur.

Sebagai seorang yang berkecimpung di dunia pendidikan, perasaan syukur mampu memberikan motivasi dan rasa nyaman dalam mengajar. Pikiran akan senantiasa tenang dan ide-ide kreatif akan muncul setiap saat. Efek ini akan signifikan apabila syukur dilakukan secara konsisten. Bentuk rasa syukur yang dapat dilakukan seorang pendidik adalah dengan bekerja ikhlas untuk meningkatkan mutu dan pelayanan pendidikan.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, penulis yakin bahwa perasaan syukur dapat memberikan efek positif luar biasa bagi seseorang. Hubungan antar individu semakin harmonis, dan yang paling penting adalah semakin indahnya hubungan kita dengan Allah SWT. Terlebih dibulan puasa yang penuh hikmah. Maka mulai bersyukur?

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-07-15 03:26:362014-07-15 03:26:36Sains Tentang Syukur

Bisa Karena Biasa

15/07/2014/0 Comments/in Terkini /by Super News

Oleh : Bagus Haryadi *)

 

Ramadhan membawa banyak hikmah bagi umat muslim. Salah satu hikmah bulan Ramadhan adalah menjadikan umat muslim lebih bertakwa kepada Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah dalam Al- Qur’an Surat Al Baqaroh ayat 183 yang artinya ”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana Aku wajibkan atas orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertakwa. Lalu bagaimana Ramadhan menjadikan umat Islam menjadi orang yang bertakwa?

Seorang atlet sepak bola seperti Lionel Messi, yang dinobatkan menjadi pemain terbaik dunia 3 kali berturut-turut bukanlah sebuah kebetulan semata. Messi sudah bertahun-tahun menjalani latihan di akademi La Masia untuk berlatih sepak bola. Hari-hari yang dilaluinya dihabiskan hanya untuk sepak bola. Dia berlatih menendang bola, dribbling, heading dan berbagai teknik sepak bola lainnya. Apa yang dilakukan Messi di akademi sepak bola La masia adalah membentuk kebiasaan bermain bola. Kebiasaan bermain di La Masia itu telah membentuk dia menjadi orang yang jago mengolah sikulit bundar.

Sama halnya dengan umat Islam ketika memasuki bulan Ramadhan. Ramadhan layaknya sebuah akademi yang membentuk kebiasaan kita. Ummat muslim diwajibkan berpuasa pada Bulan Ramadhan. Orang yang sebelum Ramadhan jarang sholat malam, dibulan Bulan Ramadhan mereka sholat malam. Orang yang sebelum Ramadhan jarang membaca Al Qur’an, di bulan Ramadhan menjadi senang membaca Al Qur’an. Dan berbagai amalan baik lainnya dilakukan di bulan Ramadhan agar umat Islam menjadi biasa berbuat kebajikan. Jika amalan baik itu terus dilakukan setelah bulan Ramadhan berakhir, maka orang tersebut bisa menjadi pribadi yang takwa.

Dalam teori lain seperti dalam ilmu Fisika ada teori yang disebut hukum inersia atau kelembaman. Hukum itu menyebutkan bahwa ”Setiap benda berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan gerakan yang sama pada suatu garis lurus, kecuali benda itu dipaksa berubah keadaannya oleh gaya yang bekerja pada benda tersebut”. Hal ini mengandung makna bahwa setiap benda mempunyai sifat mempertahankan keadaannya. Apabila benda itu sedang malas, maka benda tersebut tidak akan mau bergerak dengan sendirinya. Sedangkan jika dia sudah bergerak maka benda itu akan bergerak terus. Jika kita kaitkan teori tersebut dengan kehidupan kita, maka manusia hidup di dunia akan cenderung melakukan perbuatan yang sudah biasa dilakukannya (diam atau bergerak terus). Sebagai contoh, jika seseorang sudah biasa meninggalkan sholat, tidak mengerjakan zakat, jarang berpuasa, tidak pernah membaca Al Qur;an, maka selama hidupnya orang tersebut akan melakukan kegiatan itu selama hidupnya. Sebaliknya, Manusia yang biasa mengerjakan perbuatan baik, maka dia akan terus berusaha untuk selalu mengerjakan kebiasaan baiknya tersebut. Ramadhan diberikan Allah SWT kepada manusia sebagai gaya yang bekerja untuk manusia agar bisa mengubah kebiasaan yang buruk, menjadi kebiasaan yang baik.

Sayangnya, di jaman sekarang ini sangat jarang kita temukan manusia yang selama Ramadhan dibiasakan dengan amalan yang baik. Setelah selesai Ramadhan, kebiasaan baik tersebut hilang. Pertanyaannya adalah apakah kita ingin menjadi manusia terbaik di dunia dan berhak menyandang predikat Takwa sebagaimana janji Allah SWT dalam Al Qur’an surat Al Baqaroh ayat 183? Karena itu, marilah kita membawa kebiasaan baik kita yang kita lakukan di bulan Ramadhan ke dalam hari-hari pasca Ramadhan, Insya Allah kita benar-benar bisa menjadi manusia yang bertaqwa. Bisa karena biasa. Wallahu a’lam bi showab.

 

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2014-07-15 03:25:322014-07-15 03:25:32Bisa Karena Biasa
Page 554 of 706«‹552553554555556›»

TERKINI

  • Cegah DBD, Mahasiswa KKN UAD dan PKK Dusun Gumulan Buat Spray Antinyamuk06/09/2025
  • FKM UAD Gelar Edukasi MPASI di Gunungkidul untuk Cegah Stunting06/09/2025
  • KKN UAD dan Warga Butuh Kidul Gelar Jalan Sehat06/09/2025
  • Tingkatkan Keselamatan Warga, Mahasiswa UAD Pasang Delineator Jalan di Dusun Pakel Kopek, Gunungkidul05/09/2025
  • Mahasiswa KKN UAD Dorong Pola Hidup Sehat Warga Ngelo I dengan Olahan Manis Alami05/09/2025

PRESTASI

  • Mahasiswa UAD Raih Juara Harapan III Kompetisi Artikel Ilmiah Tingkat Nasional 202528/08/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara Harapan I di National Economic Business Competition 202527/08/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Penghargaan Karya Jurnalistik Terbaik Pers Mahasiswa 2025 dari AJI Indonesia25/08/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara II Lomba Pengabdian Masyarakat Tingkat Nasional pada ASLAMA PTMA 202519/08/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara II di Ajang AILEC 202519/08/2025

FEATURE

  • Konseling Harapan bagi Keluarga dan Remaja05/09/2025
  • Potensi Minyak Atsiri Bunga Cengkeh untuk Obat Antiinflamasi04/09/2025
  • Psikologi Komunitas Kelompok Rentan03/09/2025
  • Konsep Strategi Ilmiah dalam Pengelolaan Sampah DIY03/09/2025
  • Dinamika Implementasi Pembelajaran Mendalam di Indonesia02/09/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top