Dialogika #4 UAD: Urgensi Pemindahan Ibu Kota dan Sikap Kritis Mahasiswa
Perspektif dampak pertumbuhan ekonomi atas rencana pemindahan ibu kota, yang paling diperhatikan saat ini berupa anggaran dana pemerintah akibat dampak dari proyek sebagai skema pembiayaan karena belum adanya kejelasan akan menggunakan produk dalam negeri. Selain itu tidak adanya jangka waktu proyek Ibu Kota Nusantara (IKN), belum jelasnya jaminan optimalisasi pembangunan proyek menggunakan produk apa, pengoptimalan tenaga kerja dalam negeri, hingga skema pembiayaan proyek yang tidak efisien turut menjadi permasalahan. Oleh karena itu, harus ada sinergi negara dengan pembuatan regulasi yang baik.
“Ibu kota berpindah atau tidak berpindah bukan menjadi persoalan, yang terpenting adalah kesesuaian dengan kebutuhan zaman atau tidak. Seperti dalam mengatasi pertumbuhan penduduk, lingkungan tempat tinggal masyarakat yang bermasalah akibat longsor, dan rawan bencana.”
Itulah bahasan menarik pada Dialogika #4 yang mengusung tema “Urgensi Pemindahan Ibu Kota Negara di Tengah Pemulihan Ekonomi Nasional”.
Terdapatnya kesepakatan bersama para pendahulu dalam mengelola lingkungan, maka kewajiban generasi saat ini adalah menjaga agar negara ini tetap berjalan di atas pedoman panduan yang disesuaikan dengan perubahan zaman. Misalnya kewajiban manusia menjaga alam agar tetap lestari sehingga bisa bermanfaat untuk saat ini dan masa depan. Paradigma alam berganti menjadi titipan, manusia sejahtera dan lingkungan lestari.
“Kita jaga negara ini melalui peran serta sesuai dengan kompetensi yang kita miliki sebagai mahasiswa pembelajar. Setiap kebijakan negara yang keluar hendaknya kita kritisi sesuai dengan kemampuan kompetensi kita,” ungkap Satria.
Rahmad menimpali, “Pemerintah harus fokus terhadap kepentingan masyarakat secara luas dalam bertanggung jawab. Sebagai mahasiswa di bidang ekonomi kita harus berupaya aktif dan interaktif dapat melalui riset baik secara kuantitatif maupun kualitatif,” tutup Rahmat.
Satria yang memiliki nama lengkap Nurul Satria Abdi merupakan Kepala Bidang Hukum Tata Laksana dan Etika Universitas Ahmad Dahlan (UAD), sedangkan Rahmat Saleh, S.E. yakni mahasiswa Magister Ekonomika Pembangunan (MEP) Universitas Gadjah Mada (UGM). Mereka menjadi pembicara dalam acara Dialog Intelektual Mahasiswa (Dialogika) yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UAD pada Minggu, (06-03-2022) lalu. Acara tersebut dimoderatori oleh Kulsum Misnawati selaku anggota Kastrat BEM FEB UAD. (anh)