Fianty Nada Huwiada: Senang Kreasi Menjadikan Prestasi
Untuk seorang yang gemar tampil, kita akan merasa jenuh dengan situasi pandemi yang mengharuskan screen to screen, karena minimnya aktivitas secara langsung. Nah, makanya harus ada solusi lain untuk tetap mengaplikasikan sesuatu yang kita senangi dengan mengikuti berbagai perlombaan maupun kegiatan lain yang sesuai dengan passion kita.
“Mengikuti kompetisi ini karena memang senang untuk mengkreasikan seni dalam bentuk bahasa maupun digital,” kata Fianty Nada Huwiada, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
Nada, begitu sapaannya, melihat adanya lomba yang berpeluang untuk menyalurkan kesukaannya selama ini. Ya, dalam rangka hari bahasa, Telkom University mengadakan kompetisi tahunan Language and Creativity Challenge from Home (L2CFH) 2021 yang mengusung tema “Preserving Mother Language and Enhancing Foreign Language Competence”. Kompetisi tersebut ditujukan untuk pelajar Indonesia (tingkat SMA/SMK/sederajat, universitas, maupun pelajar asing (tingkat universitas). Terdapat tiga jenis perlombaan yakni short essay, speech, dan creative vlog dengan empat kategori yaitu bahasa Inggris, bahasa Jepang, bahasa Prancis, dan bahasa Indonesia. Total hadiah 37 juta rupiah. Kompetisi dilaksanakan mulai tanggal 19 Januari‒28 Februari 2021. Pendaftaran dan unggah karya pada tanggal 1‒15 Maret. Tahap penjurian dan berakhir pada pengumuman pemenang melalui Zoom pada 17 Maret 2021.
“Proses awal hingga akhir perlombaan cukup menegangkan walaupun secara dilakukan secara virtual. Pertama yaitu menyusun konsep video, research materi, kemudian membuat naskah agar alur videonya jelas. Semua saya jalankan secara padat karena syarat video hanya berdurasi lima menit. Menyusun konsep dengan waktu singkat cukuplah sulit, apalagi untuk orang yang belum berpengalaman,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan “Karena orang yang bisa melawan malas dan siap untuk kalah, dialah yang menang. Jangan pesimis dan takut, yakin kamu bisa, berikan yang terbaik untuk apa pun passion kamu.”
Dalam kompetisi, Nada membuat konten yang berkaitan tentang cara kita menguasai bahasa Indonesia dan melestarikan bahasa daerah, tetapi tetap meningkatkan kompetensi bahasa asing yaitu bahasa Inggris.
Menurutnya, ketika seseorang mencoba belajar bahasa baru, suatu kehebatan muncul karena rasa ingin tahu. Namun, itu bukan berarti ingin memamerkan apa yang mereka lakukan. Perlu diingat juga bahwa dukungan orang lain sangat berharga untuk perkembangan mereka. Semua yang menganggap remeh bisa menoleh, yang mencela bisa menopang, hingga bangkit bersama memajukan bahasa Indonesia dan bersama menjadikan bahasa asing sebagai aspek yang baik untuk kemajuan bangsa.
“Temukan apa yang membuatmu bisa berekspresi bukan hanya dalam bidang bahasa, sesuaikan dengan minat kesukaanmu. Dan jangan pernah jadikan kesuksesan orang sebagai tolak ukur kebahagiaanmu, karena Tuhan selalu punya rencana hebat di balik proses pahitmu,” tutupnya. (Amb)