Menilik Potensi Pangan Lokal sebagai Pangan Fungsional
“Kini, konsumen tidak hanya menginginkan pangan enak dan mengenyangkan, tetapi juga memiliki nilai tambah terhadap kesehatan. Penelitian bahan pangan alami dan fungsinya untuk kesehatan semakin banyak. Meskipun dengan harga sedikit lebih tinggi, ternyata dapat diterima oleh masyarakat,” ujar Ika Dyah Kumalasari, S.Si., M.Sc., Ph.D., selaku ketua program studi Teknologi Pangan Universitas Ahmad Dahlan (UAD), pada acara webinar World Food Day bertajuk “Pangan Masa Depan: Tantangan, Solusi, dan Harapan”, via Zoom, (24-10-2020).
Kecenderungan prevalensi penyakit degeneratif yang semakin meningkat di era masyarakat modern, banyak mempengaruhi pilihan pangan tersebut. Orang-orang mulai sadar dengan kesehatan. Secara tidak langsung, perkembangan konsumsi pangan lokal ikut terpengaruh dengan adanya pemahaman masyarakat masa kini. Di mana-mana terjadi perubahan pola hidup dan permintaan perbaikan mutu dan gizi bahan pangan.
Menurut Ika Dyah, untuk memenuhi permintaan masyarakat itu, probiotik bisa digunakan sebagai bahan pangan fungsional. Probiotik merupakan mikroorganisme baik yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia, diharapkan mampu memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan pencernaan manusia. Syarat-syarat probiotik yaitu dalam keadaan hidup, serta memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan pencernaan dan kekebalan tubuh. Contoh dari probiotik adalah bakteri kelompok bifidobakteria dan lactobacilli pada makanan fermentasi, sayuran, yogurt, daging, dan minuman berbasis susu.
“Pemerintah sebagai regulator dapat menjebatani perkembangan dalam penelitian neutraseutikal maupun inovasi pada industri pangan, pembuatan regulasi, dan aktif dalam pengkajian pangan fungsioanl di Indonesia. Selain itu, diperlukan kerja sama antara akademisi, lembaga penelitian, asosiasi, dan pelaku usaha,” tutupnya dalam acara kerja sama antara Teknologi Pangan UAD dan Teknologi Pangan Universitas Al Azhar Indonesia. (JM)