Momen Mahasiswa Menguatkan Akidah di Bulan Ramadan
Bulan suci Ramadan merupakan bulan yang penuh ampunan. Hal ini sesuai dengan Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim yang menegaskan bahwa “Barang siapa yang berpuasa Ramadan karena iman dan mengharap pahala, diampuni baginya dosa-dosa masa lalu”.
Sebagai seorang muslim, tentunya kesempatan ini harus dimanfaatkan secara betul untuk meraih rida Ilahi. Itu pula yang dilakukan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), dan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), dengan menggelar majelis ilmu yang membahas mengenai “Akidah Kader dalam Menyambut Bulan Suci Ramadan”, dengan mengundang narasumber Muhammad Saeful Effendi, S.Pd., M.Pd.B.I.
Saeful menjelaskan bahwa di zaman yang serba paradoks seperti saat ini, antara apa yang ada di pikiran dengan apa yang ada di hati kita saling bertentangan, sehingga sangat diperlukan kekuatan akidah dalam menjalani kehidupan. Akidah di mana pun kita berada harus benar-benar disesuaikan. Jika merujuk pada pengertiannya akidah merupakan suatu hal yang sangat mendasar serta mempunyai konsekuensi.
Seorang individu harus mempunyai pengalaman spiritual untuk dapat menguatkan iman dan akidah. Misalnya seperti cobaan. Manusia dalam menjalani hidupnya pasti tidak akan pernah lepas dari yang namanya cobaan. Namun, itu tidak bisa diartikan secara sempit sebagai sesuatu hal yang menyedihkan atau yang menyengsarakan. Cobaan dapat juga berupa sesuatu hal yang menyenangkan, seperti kekayaan, harta, anak, dan sebagainya. Ini pula yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 214 dan surat Al-Anfal ayat 28. Dalam surat Al-Anfal dijelaskan bahwa harta, kekayaan, dan anak merupakan salah satu wujud dari sebuah cobaan yang membahagiakan.
“Apakah dengan adanya anugerah berupa harta benda, anak-anak, dan kekayaan ini menambah ketakwaan kepada Allah, dengan mensyukuri nikmat-Nya serta melaksanakan hak dan kewajiban seperti yang telah di tentukan oleh Allah? Atau justru malah melalaikan kita terhadap perintah-perintah Allah?” tutur Saeful Effendi. (wid)