Reposisi Sistem Persekolahan Muhammadiyah Menghadapi Era Society 5.0
Talkshow online bertajuk “Reposisi Sistem Persekolahan Muhammadiyah Menghadapi Era Society 5.0” diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Kamis, 13 Januari 2022. Melalui video konferensi Zoom Meeting dan Live YouTube di kanal LPPM UAD, hadir Prof. Ir. Daniel Mohammad Rosyid, Ph.D., MRINA. sebagai pembicara. Ia adalah Guru Besar Riset Operasi dan Optimasi Jurusan Teknik Kelautan Institut Teknologi Surabaya (ITS).
Dinamika perubahan sosial terjadi begitu cepat. Ketika masyarakat baru saja mulai beradaptasi dengan Revolusi Industri 4.0, kini mereka harus bersiap memasuki era baru lagi yaitu Society 5.0. Berbagai tantangan dan dinamika terus berdatangan seiring dengan makin pesatnya perkembangan digitalisasi yang mengepung segala aspek kehidupan. Seperti yang dijelaskan oleh Rektor UAD Dr. Muchlas, M.T., dalam sambutannya, “Beberapa tahun terakhir, terdapat dua variabel disruptor yang memporak-porandakan kebiasaan hidup kita, yaitu pandemi dan perkembangan teknologi sehingga kita harus menyesuaikan hidup dengan cara-cara baru.”
Sebagai sebuah organisasi besar di Indonesia, Muhammadiyah diklaim memiliki resources yang juga sama besarnya dan berperan vital dalam tatanan kehidupan bangsa Indonesia. Sejauh ini, menurut Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Muhammadiyah memiliki lebih dari 3.384 sekolah dan 165 Perguruan Tinggi yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dengan melihat angka ini, reposisi menjadi penting untuk mengantisipasi tantangan-tantangan dan perubahan yang mungkin terjadi di masa depan. Sekaligus untuk mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dalam hal ini berperan sebagai pengelola, agar bisa beradaptasi dengan kultur yang baru.
Hidup dalam dunia digital telah membuat kita menjadi seorang digital native yang dikelilingi oleh kemudahan dan serba instan. Internet, sebagai salah satu indikator perubahan signifikan telah membawa banyak dampak dalam keseharian kita, termasuk pendidikan. Sekolah, yang dulunya menjadi pusat pembelajaran kini makin berkurang perannya karena adanya internet. School paradigm berubah menjadi learning paradigm karena orientasi belajar tidak hanya bisa dilakukan di sekolah tetapi di mana saja. Sebagaimana disampaikan oleh Daniel bahwa, “Belajar tidak pernah mensyaratkan formalisme persekolahan yang birokratik,”
Lebih lanjut ia menambahkan, “Perlu dilakukan penguatan terhadap empat catur pusat pendidikan, yaitu sekolah, keluarga, masjid, dan masyarakat. Semuanya harus dipandang lebih dari sekadar properti, melainkan sebuah institusi pendidikan.” Terakhir, Daniel juga menjelaskan bahwa masyarakat harus bersiap menyongsong era Society 5.0. (tsa)