FSBK UAD Gelar Bedah Buku “Indonesian Islamic Fiction in the 21st Century”
Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi (FSBK) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan acara bedah buku dengan tajuk “Indonesian Islamic Fiction in the 21st Century”. Acara ini berlangsung melalui platform Zoom Meeting dan YouTube FSBK. Hadir beberapa narasumber di antaranya Drs. Muh. Arif Rokhman, M.Hum., Ph.D. selaku penulis buku, dan Wajiran, S.S., M.A., Ph.D. serta Dr. Kasiyarno, M.Hum. sebagai pembedah buku.
“Fenomena islamic fiction atau sastra Islam merupakan kejadian yang cukup langka di dunia. Fenomena ini terjadi dengan terbentuknya kelompok untuk menulis tentang Islam, yang juga menjadi salah satu penyebab agama tersebut bisa mendunia,” jelas Arif Rokhman.
Menurutnya, sastra Islam cocok untuk menjadi topik disertasi dalam penulisan buku. Ini menjadikan sudut pandang Islam lebih luas dan lebih dikenal oleh banyak masyarakat. Bahkan, dalam sastra Islam setiap pembaca akan memiliki rasa empati terhadap agama itu.
“Buku ini disusun sedemikian rupa sehingga bisa menjadi tolok ukur untuk masyarakat yang tertarik terhadap sastra Islam. Buku Indonesian Islamic Fiction in the 21st Century tidak hanya memperkenalkan keadaan Islam, tetapi sejarahnya juga diulas.”
Wajiran menambahkan, buku ini menggambarkan sastra Islam dengan keadaan masyarakat Indonesia. Melihat adanya permasalahan kesetaraan gender era Reformasi 1998, menjadi sebuah perbedaan yang cukup terlihat dan dipahami saat ini.
“Sebelum era Reformasi di Indonesia, gender selalu menjadi tolok ukur dalam melakukan sesuatu. Perbedaan gender yang terjadi menimbulkan perbincangan yang cukup besar di Indonesia. Ini karena perempuan selalu dianggap lemah daripada laki-laki,” tegasnya.
Sastra Islam memandang suatu kelompok bisa dijadikan sebuah karya sastra. Dalam hal ini sastra Islam akan menjadi tren populer di dunia. Sebab, itu buku Indonesian Islamic Fiction in the 21st Century diciptakan agar masyarakat paham dan melihat dengan jelas keberagaman Islam.
“Mengapa sastra Islam saat ini menjadi perbincangan di dunia? Sebab Islam menjadi suatu hal yang dibutuhkan. Kebangkitan Islam menjadi sarana bagi suatu negara untuk mempertahankan keadaan dan kredibilitas negara,” tutup Kasiyarno. (rai)