IMM FKIP UAD Respons Persoalan Sampah di Yogyakarta
Indonesia telah dinobatkan sebagai penyumbang sampah terbesar kedua di dunia setelah Cina. Di Yogyakarta sendiri, krisis atau persoalan mengenai sampah saat ini begitu memprihatinkan, terlebih ketika Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan yang sempat beberapa kali ditutup, menambah rentetan kemelut persoalan sampah. Berangkat dari kenyataan inilah yang menjadi latar belakang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) se-Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan kegiatan diskusi dengan tema “Langkah Kecil untuk Membuat Bumi Tersenyum”.
“Tujuan dari diadakannya kegiatan ini adalah untuk mengajak kader, Pimpinan Komisariat, dan mahasiswa untuk lebih melek terhadap persoalan sampah,” ujar Hurin Nabila selaku ketua Bidang Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat.
Pemantik berasal dari Komunitas Kader Hijau Muhammadiyah (KHM) Komite Yogyakarta, Yusuf Bastiar, diundang pada diskusi yang berjalan selama kurang lebih tiga jam tersebut.
Yusuf menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia sekarang dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat terlepas dari penggunaan plastik saset. Plastik saset inilah yang menjadi penyumbang sampah terbesar. Perusahaan-perusahaan besar yang menggunakan kemasan saset dalam produknya menjadi biang dari permasalahan banyaknya sampah plastik di Indonesia. Padahal, sampah tersebut termasuk jenis yang sulit diuraikan ataupun didaur ulang.
“Produk berkemasan saset yang konon katanya dirancang untuk membantu masyarakat dengan ekonomi lemah, sejatinya bukanlah menjadi solusi, tetapi justru melahirkan persoalan baru,” jelas Yusuf ketika menyampaikan materi diskusi.
Di akhir pemaparan, ia menerangkan mengenai langkah kecil apa saja yang dapat dilakukan mahasiswa untuk mengurangi penggunaan sampah plastik, dan dengan harapan dapat membuat bumi tersenyum. Di antaranya dengan melakukan pengolahan sampah dalam ranah rumah tangga seperti memilah sampah dari yang mudah terurai hingga yang tidak mudah terurai, kemudian membeli botol air minum yang dapat diisi ulang juga dapat menjadi upaya mengurangi penggunaan plastik.
Melalui diskusi ini diharapkan mampu memberikan kesadaran bagi kader IMM dan mahasiswa pada umumnya untuk mengurangi penggunaan sampah plastik. Selain itu, rencana tindak lanjut dari kegiatan tersebut adalah dibentuknya koperasi sampah yang nantinya setiap komisariat dapat menyetorkan sampah-sampah mereka kepada koperasi. (wid)