Mau Jadi Influencer? Kuliah di Fakultas Psikologi UAD
Pertanyaan pertama yang diajukan ketika ingin kuliah adalah mau jadi apa nanti? Pertanyaan ini terkait dengan prospek kerja masing-masing lulusan di sebuah fakultas. Belakang kata influencer cukup familiar.
Elli Nur Hayati, M.PH., Ph.D., Psikolog., Dekan Fakultas Psikologi dalam Program Pengenalan Kampus (P2K) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengatakan bahwa mahasiswa yang kuliah di Fakultas Psikologi bisa menjadi seorang influencer. Secara bahasa, kata influencer berasal dari kata influence yang berarti pengaruh.
Dalam konteks ilmu psikologi, yang dimaksud Elli tentang influencer adalah motivator atau psikoedukator. Sarjana psikologi dapat menjadi orang yang memberi motivasi atau dorongan kepada orang lain dan edukasi tentang psikologi. Seseorang yang mendalami psikologi harapannya memiliki salah satu kompetensi, yaitu mampu memberi intervensi yang bukan terkait bersifat patologis atau bukan pada orang sakit tetapi masyarakat umum. Menurutnya, psikologi bukan saja untuk orang sakit secara psikis, tapi untuk semua. Elli menyebutnya sebagai Psikologi for All. Harapannya sarjana psikologi mampu mendampingi masyarakat agar memiliki daya hidup yang sehat apalagi di tengah pandemi seperti sekarang.
Dalam pernyataan terakhir ketika P2K daring, ia mengatakan ada tantangan terbesar ketika ingin kuliah di bidang psikologi. Tantangan itu adalah mengubah pandangan bahwa mempelajari psikologi bukan semata untuk kebaikan orang lain, tetapi juga untuk mengubah diri sendiri. Ia mengatakan sebelum memperbaiki orang lain tentu yang lebih penting adalah memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu. Jadi, sebelum menjadi influencer yang memberi pengaruh positif terhadap kesehatan mental masyarakat sudah sewajarnya untuk meng-influence diri sendiri. (Ari)