Melawan Stres Berat di Semester Atas
Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan acara Kita Talk episode 48 dengan mengusung tema “Melawan Stres di Semester Atas”. Acara berlangsung pada Kamis (07-04-2022) melalui kanal YouTube TV UAD. Hadir sebagai narasumber adalah Risdatul Rahmah dan Hindriyati Muhamat yang keduanya merupakan mahasiswa dari Program Studi Psikologi UAD Angkatan 2017.
Annisa selaku host, mengatakan bahwa pada acara Kita Talk merupakan ajang diskusi, mencari informasi, dan berbagi pengalaman yang bukan hanya membahas apresiasi, prestasi, dan inovasi, tetapi juga edukasi.
“Sekarang kita akan mulai berbagi cerita sekaligus mendengarkan secara langsung suka duka dan tips menjadi mahasiswa di semester akhir dari kedua narasumber kita,” tambahnya.
Hindri memaparkan bahwa, “Hal yang dilakukan mahasiswa di semester akhir biasanya akan lebih fokus untuk menyelesaikan tugas akhir yaitu skripsi, dan pada masa ini waktu luang lebih banyak karena jumlah Satuan Kredit Semester (SKS) sudah berkurang. Sehingga kesempatan ini biasanya saya manfaatkan untuk mencari referensi tugas akhir dan mencari lowongan magang maupun pekerjaan.”
Menurut Hindri, stres adalah adanya suatu tekanan yang didapatkan dari luar sehingga berisiko terhadap mental dan fisik. Keadaan semacam ini akan berdampak pada stres yang membuat diri tidak bersemangat, pola hidup terganggu, dan kurangnya motivasi diri.
Lebih lanjut ia menjelaskan, “Biasanya kekhawatiran yang muncul di semester akhir adalah saat sidang skripsi, karena tanpa disadari saat menghadap dosen penguji ada suatu hal yang membuat lupa karena terlalu panik atau cemas, dan saat menentukan rencana ke depan yang akan dilakukan nantinya. Selain mengerjakan skripsi, saya juga mengikuti latihan silat secara rutin. Bagi saya, melakukan hal yang kita sukai menjadi obat yang ampuh saat jenuh menyelesaikan skripsi. Namun, perlu diingat kita harus bisa membagi waktu antara keduanya.”
Hindri berpesan untuk teman-teman yang saat ini sedang menyusun tugas akhir atau skripsi, semangat terus nikmati prosesnya, percaya pada diri sendiri, dan terima diri sendiri apa adanya. Masalah sebesar apa pun yang diberikan, yakinlah kita mampu mengatasinya, ubah pandangan kita tentang stres, karena stres bukan sebuah ancaman tetapi peluang dan motivasi untuk terus berkembang.
Hal yang tak kalah menarik juga disampaikan oleh Risda. “Jika membahas mahasiswa di semester akhir, tentunya kita akan membahas mahasiswa yang sudah berada di ujung perkuliahan. Fokusnya lebih kepada bagaimana bisa menyelesaikan skripsi dan cara agar dapat lulus tepat waktu. Munculnya pertanyaan-pertanyaan kapan akan lulus yang datang dari keluarga maupun dari orang-orang sekitar membuat diri makin tertekan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap psikis.”
Dalam psikolog, ada beberapa faktor yang bisa membuat mahasiswa menjadi stres saat memasuki semester atas. Antara lain menghadapi tugas kuliah yang menumpuk, skripsi yang tak kunjung selesai atau banyaknya revisi, maupun muncul masalah dengan dosen pembimbing yang sulit ditemui. Jangan dianggap stres selalu memberi dampak buruk. Ada sisi lain yang dapat diambil, yaitu mendorong diri untuk lebih fokus kepada tujuan. Karena dengan begitu, diri dipaksa untuk segera menyelesaikan tujuan dan hal yang ingin dicapai.
Hindri dan Risda mengaku sangat bersyukur dapat diterima sebagai mahasiswa Psikologi UAD karena pada saat belajar psikologi keduanya bisa lebih memahami diri sendiri, belajar mengenali diri sendiri maupun ketakutan, dan mampu menerima kekurangan diri.
Di akhir acara Kita Talk, Risda memberikan motivasi, “Keadaan stres pasti pernah terjadi di kehidupan kita. Tidak ada salahnya jika kita bisa menyelesaikan permasalahan dan stres yang dialami secara mandiri. Tetapi, tidak ada salahnya juga untuk meminta bantuan dari orang lain. Sadarlah jika kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan bantuan dari orang lain. Jangan pernah merasa malu untuk meminta bantuan dari orang lain.” (ctr)