Peneguhan dan Pengenalan Muhammadiyah Bagi Mahasiswa Magister UAD
Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan stadium generale Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) dengan tajuk “Pengembangan Keilmuan Pascasarjana PTM” pada Kamis, 10 Maret 2022. Acara digelar secara daring melalui platform Zoom Meeting dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube LPSI UAD, juga secara luring bertempat di Aula Islamic Center UAD. Hadir sebagai pemateri adalah Dr. H. Sudarnoto Abdul Hakim, M.A. selaku Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah sekaligus dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Acara ini bertujuan untuk memberikan landasan dan paradigma, serta memberikan peneguhan dan pengenalan Muhammadiyah bagi mahasiswa magister.
Sudarnoto menyampaikan, dalam pandangan Muhammadiyah, dakwah amar makruf nahi munkar sangatlah penting. Hal itu menggambarkan bahwa komitmen atau dedikasi Muhammadiyah sejak didirikan hingga saat ini, terus mengembangkan program-program di bidang kemanusiaan, kesehatan, ekonomi, maupun pendidikan.
“Dakwah amar makruf nahi munkar harus dilaksanakan, misalnya dalam bidang ekonomi dengan diwujudkan dalam perspektif Muhammadiyah serta elemennya diarahkan pada perubahan yang penting dan kesejahteraan berbasis ilahiah. Dakwah dalam bidang pendidikan, artinya Muhammadiyah memiliki komitmen bahwa menyelenggarakan pendidikan tinggi tidak semata-mata transfer pengetahuan kepada mahasiswa, tidak semata mata juga hanya mengajarkan cabang ilmu pengetahuan yang sudah dibangun. Sedangkan dalam bidang pengetahuan, amar makruf nahi munkar harus memiliki kemampuan memandang secara kritis ilmu pengetahuan yang diberikan, yakni sesuai dengan prinsip Islam,” papar Sudarnoto.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa prinsip integrasi keilmuan adalah adanya pertemuan atau koneksi antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lain. Hal tersebut menjadi penting karena seperti yang kita ketahui fungsi ilmu salah satunya untuk menjawab berbagai persoalan atau permasalahan yang muncul dalam masyarakat.
“Masalah tersebut harus dipahami berdasarkan ilmu pengetahuan yang bisa dipertanggungjawabkan. Makin kompleks kehidupan, makin banyak pula membutuhkan perspektif, peralatan ilmu pengetahuan, dan makin banyak membutuhkan teori yang mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan yang ada di masyarakat,” tutupnya. (frd)