Membangun Komitmen dan Kepercayaan Diri
Wakil Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Gatot Sugiharto, S.H., M.H. berkesempatan menjadi narasumber dalam kegiatan Career Camp #2 yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Karier (Puska) Biro Kemahasiswaan dan Alumni (Bimawa) UAD. Acara ini dilaksanakan di Wisma Sargede pada 11–12 Maret 2023. Gatot menyampaikan topik “How to Build Your Self-Confident and Commitment” sebagai materi pembuka dalam acara tersebut.
Ia mengawali pembahasan dengan analogi yang menarik dengan menyuguhkan 2 gambar yakni kolam renang dan samudra. Dalam rangka menghadapi luasnya samudra maka diperlukan gaya berenang yang beragam. Jika kesempatan berenang dipelajari di kolam renang maka tidak cukup hanya 1 gaya berenang yang dapat kita pelajari. “Dalam hal ini, selagi di bangku kuliah, perbanyaklah mengikuti pelatihan, salah satunya adalah Career Camp ini,” jelasnya.
“Ibarat gelas yang diisi dengan air, kita saat menjadi mahasiswa adalah gelas yang kosong. Selanjutnya, ketika mengikuti organisasi maka gelas tersebut terisi setengahnya, jika mengikuti kompetisi lalu berhasil juara maka akan terisi lagi gelasnya, dan seterusnya hingga penuh. Saat nanti lulus dari UAD, kita akan percaya diri menghadapi kehidupan yang sebenarnya,” tambahnya.
Valensi Diri
Valensi adalah ‘takaran’ atau ‘bobot’ yang mewakili keseluruhan kapasitas diri. Setiap orang memiliki valensi yang berbeda-beda. Valensi yang dimiliki akan menentukan kualitas hasil kerja dan memengaruhi tingkat kesuksesan diri.
Untuk meningkatkan valensi di dalam diri, setidaknya ada 3 hal yang perlu dipersiapkan sebagai mahasiswa. Pertama, intellectual capital yang dapat diperoleh di bangku kuliah. Kedua, social capital yang diperoleh dari pembelajaran di organisasi seperti belajar berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Ketiga, moral capital yakni kompas moral sebagai umat beragama yang dapat menjadi penunjuk arah sesuai dengan rida Allah.
Ketiga hal tersebut menghasilkan kualitas soft skill seperti team works, communication, leadership, motivasi diri, dan lain sebagainya. Salah satu cara untuk mendapatkannya adalah dengan mengikuti organisasi.
Dr. Gatot berpesan agar tidak terjebak dalam perangkap kesuksesan. “Keahlian dan kesuksesan sering menjadi dambaan dan kebanggaan seseorang. Namun, bisa juga menjadi perangkap yang menjebak, yakni saat seseorang hanya menekuni 1 keahlian dan keahlian itu sudah tidak dibutuhkan, serta kesuksesan masa lalu melenakan seseorang dari keinginan untuk terus belajar dan beradaptasi.”
Membangun Kepercayaan Diri
Self confidence atau percaya diri berarti sejauh mana seseorang memiliki penilaian dirinya atas berbagai kondisi, fisik, psikologis, moral, dan sosial. Ekspektasi atau harapan besar kepada pencapaian mampu dilakukan seseorang berdasarkan evaluasi atas kemampuan dan performanya. Dr. Gatot menjelaskan, “Ketika kita yakin kepada kemampuan diri, maka cenderung makin termotivasi mencapai tujuan dan memiliki motivasi yang tinggi.”
Self esteem atau harga diri berarti sejauh mana seseorang meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat, atau berharga di dalam dirinya. “Ini berupa hasil evaluasi kita terhadap diri sendiri, termasuk mengetahui apa saja yang bisa kita lakukan dan mana yang kurang dikuasai,” jelasnya.
Self love atau mencintai diri sendiri yakni penerimaan terhadap keseluruhan diri sebagai manusia. Tidak hanya menerima kelebihan, tetapi juga kekurangan yang ada pada diri sendiri.
Ketiga konsep itu merupakan bagian dari cara memandang diri sendiri. Ketiganya saling mendukung dan berkaitan sekaligus memiliki perbedaan khas. “Mencintai diri sendiri akan meningkatkan harga diri supaya memunculkan kepercayaan diri dan komitmen,” tegas Gatot.
Membangun Self Esteem
Terdapat beberapa cara untuk membangun self esteem, di antaranya belajar tersenyum, menjadi pendengar yang baik, memberi apresiasi dan balas pujian, serta temukan sikap dan perilaku yang otonom berarti pernyataan yang diterima oleh semua orang. Selain itu juga perlu membangun hubungan yang dapat dilihat dari sikap dan perilaku dalam berkomunikasi atau bersosialisasi. Misalnya cara duduk, berdiri, gestur tubuh, bahasa tubuh, pilihan diksi saat bicara, serta pemilihan topik pembicaraan akan menentukan hubungan sosial.
Self esteem positif muncul dari kebanggaan atas kemampuan yang dikuasai sehingga akan berdampak pada meningkatnya kepercayaan diri yang tinggi. Namun, tidak sepenuhnya berlaku untuk semua hal dan kondisi pada diri kita. Gatot memberikan analogi seperti halnya jika seseorang merupakan atlet bola voli maka self esteem akan terbangun saat di lapangan bola voli.
Personal Branding
Personal branding merupakan persepsi yang muncul di mata orang lain terhadap diri kita. Salah satu indikator personal branding berhasil atau tidak dapat diukur dari seberapa banyak orang yang sudah mengenal diri kita. Cara mengenalkan diri adalah mempunyai sesuatu yang dapat dengan mudah dikenali. Salah satu cara membangunnya adalah dengan memanfaatkan media sosial dengan bijak.
Dalam membangun personal branding maka akan menguatkan komitmen yakni dedikasi atau kewajiban yang mengikat bagi diri sendiri ataupun orang lain. Gatot menambahkan, “Tetapkan komitmen Saudara mulai hari ini dan jalankan komitmen itu untuk harga diri Anda jauh lebih tinggi, agar Anda lebih percaya diri dalam berjuang untuk masa depan!” (roy)