Cara Tangani Self-Harm dengan Self-Love
Unit Konseling Mahasiswa Bidang Pengembangan Karakter dan Kesejahteraan (PKK) Biro Kemahasiswaan dan Alumni (Bimawa) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar talkshow bertajuk “From Self-Harm to Self-Love”. Acara ini disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube BIMAWA UAD pada Rabu, 12 April 2023, dengan menghadirkan dr. Widea Rossi Desvita, Sp.K.J. yang merupakan dosen Fakultas Kedokteran UAD sekaligus dokter spesialis jiwa RS PKU Muhammadiyah Bantul sebagai pemateri.
Kegiatan tersebut digelar sebagai upaya untuk memberikan edukasi penanganan yang tepat bagi orang-orang, khususnya mahasiswa yang sedang dihadapkan dengan keinginan bahkan ketergantungan melakukan tindakan menyakiti diri sendiri. Lebih lanjut, tujuan dari digelarnya acara ini adalah untuk memberikan dukungan bagi para pelaku self-harm untuk kemudian berani meminta bantuan, baik dari lingkungan sekitar maupun tenaga profesional.
Self-harm merupakan suatu tindakan atau dorongan bagi seseorang untuk menyakiti atau melukai diri sendiri. “Kondisi ini merupakan kondisi yang urgen, butuh intervensi karena berbahaya. Bisa jadi awalnya hanya ingin menyakiti tetapi lama-lama bisa muncul ide-ide seperti bunuh diri. Ini yang harus kita waspadai,” tutur Widea.
Menurutnya, tindakan self-harm bisa dilakukan oleh siapa saja dan bisa didasari oleh berbagai macam alasan. Namun, saat ini mayoritas pelaku self-harm merupakan orang-orang dalam rentang usia 18‒24 tahun. Tindakannya pun dapat bermacam-macam, seperti mengiris diri sendiri, membakar, menggigit hingga berdarah, meninju hingga memar, menggores atau menggaruk kulit hingga berdarah, mencabut rambut paksa, membenturkan kepala atau bagian tubuh lainnya ke dinding hingga memar, dan masih banyak lagi.
Melalui pengamatannya, Widea menjelaskan bahwa self-harm menimbulkan efek kecanduan karena dapat mengalihkan perasaan marah, cemas, hingga depresi. Namun, bukan berarti kecanduan melakukan self-harm ini tidak bisa disembuhkan. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan secara bertahap mengganti tindakan self-harm dengan melakukan self-love. Self-love atau mencintai diri sendiri berarti merasa ikhlas dalam menerima segala hal yang dimiliki. Self-love ini meliputi penerimaan diri, penguasaan diri, dan rasa hormat kepada diri sendiri sehingga seseorang dapat menemukan kekuatan serta energi positif dalam menjalani kehidupan tanpa kembali melukai dirinya sendiri.
“Prosesnya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun bukan sesuatu yang tidak mungkin. Artinya, butuh kesadaran bahwa ini perilaku yang merugikan, butuh dukungan dari lingkungan sekitar. Jadi tentu proses itu butuh niat, proses itu butuh waktu, nah waktunya berapa lama? Itu memang bervariasi,” tutupnya. (Lid)