Dukung Bantul Bersama 2025, KKN Alternatif 77 UAD Manfaatkan Sampah Jadi Berbagai Olahan
Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) pada 4 Desember 2021 telah menerjunkan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Alternatif 77 yang disebut juga sebagai KKN Relawan Satgas Covid-19 #2. Salah satu kelompok mahasiswa yang tergabung dalam KKN Alternatif 77 yaitu Unit I.C.1 yang didampingi Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Rokhmayanti, S.K.M., M.P.H.
Selama dua bulan, terhitung sejak 4 Desember 2021 sampai 2 Februari 2022, Unit I.C.1 ditugaskan untuk membantu pemantauan, menyebarluaskan informasi, melakukan edukasi secara langsung maupun dalam bentuk media promosi lainnya, serta melakukan penegakan protokol kesehatan untuk mengurangi penularan Covid-19 yang berlangsung di lingkungan Kampus II dan II UAD. Selain itu, kelompok tersebut juga ditugaskan di masyarakat Mertosanan Kulon, Desa Potorono, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul, untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari kampus dalam bentuk program kerja, mulai bidang keilmuan, keagamaan, serta seni dan olahraga.
Dalam pelaksanaannya, kelompok yang berjumlah sembilan mahasiswa tersebut melakukan beberapa kegiatan, meliputi pendampingan bimbingan belajar untuk anak-anak di Mertosanan, melakukan edukasi kesehatan di masyarakat, senam bersama, kerja bakti, kegiatan posyandu, membantu pengelolaan bank sampah, serta penanaman tanaman toga.
Lebih lanjut, mahasiswa juga berpartisipasi dalam menyukseskan gerakan Bantul Bersih Sampah 2025 (Bantul Bersama). Sebelumnya, LPPM UAD telah menjalin kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) sebagai salah satu bentuk komitmen UAD, yang merupakan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), yang bertanggung jawab moral untuk mengambil peran di masyarakat dalam rangka mewujudkan masyarakat madani yang sejahtera. Oleh karena itu, mereka kali ini mengadakan pelatihan pembuatan kompos pada Minggu, 16 Januari 2022 bertempat di Kelurahan Potorono.
Afif Luthfianto selaku ketua kelompok KKN Unit I.C.1 menuturkan bahwa kegiatan pelatihan kompos diselenggarakan untuk melatih warga desa terkait cara membuat kompos yang sederhana dari limbah rumah tangga. Menurutnya, jika sampah organik sudah dijadikan bahan kompos banyak manfaat yang diperoleh, seperti kendaraan pengangkut sampah tidak perlu sering datang setiap hari ke rumah warga, dan dengan mengompos warga telah berkontribusi untuk mengelola sampah bukan memindahkan sampah.
“Dari pelatihan tersebut, harapannya warga desa dapat secara mandiri membuat kompos tanpa perlu membeli, karena bahan dan alat yang digunakan untuk membuat kompos mudah didapatkan. Salah satunya dengan memanfaatkan limbah rumah tangga,” jelas Afif. (guf)