Memori di Granada Spanyol
Masih berada dalam euforia Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) Batch 1, kali ini Office of International Affairs (OIA) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar acara bertajuk Talk Series: Memories of Granada. Hadir sebagai narasumber Muhammad Arifin, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris UAD yang menjadi awardee IISMA Batch 1 dan berkesempatan kuliah di University of Granada, Spanyol. Acara diselenggarakan melalui video konferensi Zoom Meeting dan siaran langsung di kanal YouTube OIA UAD pada Sabtu, 22 Januari 2022.
Arifin menjelaskan panjang lebar tahapan-tahapan yang ia lalui selama menjadi awardee IISMA, mulai dari proses seleksi, persiapan keberangkatan, pembelajaran di host university, hingga akhirnya kembali ke tanah air. Mengikuti program ini memberi banyak sekali pengalaman bagi Arifin, bisa berpartisipasi dalam cultural festival dan mengenalkan budaya serta masakan khas Indonesia, hingga bertemu dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Spanyol.
Berangkat ketika akhir bulan September lalu, Arifin disambut oleh musim gugur di Granada, dengan daun-daun mapel kuning berjatuhan dan memenuhi jalan. Selain sisi akademik, Granada adalah sebuah kota di Spanyol yang menyimpan sejuta pesona indah untuk dinikmati. “Bonusnya adalah kita bisa sekalian jalan-jalan, explore, dan menikmati pemandangan yang tidak bisa kita dapatkan di Indonesia,” terangnya.
Saat ditanya tentang alasannya memilih Granada sebagai tujuan, Arifin mengatakan bahwa University of Granada adalah satu-satunya universitas yang menawarkan mata kuliah tentang agama Islam, yaitu Islamic Culture in Spain. Hal ini menarik perhatiannya karena Spanyol juga dikenal sebagai salah satu pusat peradaban Islam terakhir di Eropa. Masa kejayaan Islam di Spanyol bisa dilihat dari kokohnya Alhambra Palace berdiri di tengah kota Granada. Peninggalan Bani Umayyah yang dulunya dijadikan sebagai tempat tinggal khalifah dan raja di era dinasti tersebut.
Puas menjelajahi Granada tidak lekas membuat Arifin lupa dengan kewajiban akademiknya yaitu kuliah. Perihal sistem perkuliahan, ia menerangkan bahwa “Overall sama dengan Indonesia, yang membedakan hanya di atmosfernya yang lebih menuntut keaktifan karena banyak kegiatan diskusi dan field work (terjun langsung ke lapangan),” tutup Arifin. (tsa)