PBSI UAD Adakan Kuliah Umum Penyuntingan
Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan kuliah umum pramagang penyuntingan dengan tajuk “Menjadi Penyunting Naskah Profesional”. Acara digelar secara daring melalui platform Zoom Meeting pada Sabtu, 19 November 2022. Hadir sebagai pemateri Budi Asyhari Afwan, M.A. yang merupakan Kepala Editor UAD Press dan Sudaryanto, M.Pd. selaku dosen PBSI UAD.
Ketua Program Studi (Kaprodi) PBSI UAD, Roni Sulistiyono, M.Pd., dalam sambutannya menyampaikan, “Kuliah umum penyuntingan ini dapat memberikan manfaat menambah wawasan yang luas bagi mahasiswa pramagang sehingga nantinya dapat mempraktikkan di dunia industri penerbitan sehingga lebih profesional.”
Budi menyampaikan, kehebatan penulis ditentukan oleh kehebatan editor atau penyunting. Peran editor atau penyunting sangat signifikan. Penyunting dapat dikatakan sebagai jembatan antara penulis dengan pembaca, mengapa demikian? Hal tersebut dikarenakan editor harus tahu pasti apa yang diinginkan atau yang ada di kepala penulis sekaligus harus tahu bagaimana caranya agar pembaca dapat memahami isi kepala penulis tersebut. Seorang penyunting hendaknya memiliki basis keilmuan yang serumpun dengan penulis sehingga penyunting juga harus memosisikan diri sebagai pembaca.
“Syarat menjadi editor atau penyunting ada 2 yaitu harus memiliki minat baca tinggi dan memiliki minat menulis tinggi. Seorang penyunting juga harus jeli dalam menemukan atau tentang pokok pikiran, struktur kalimat, kalimat yang efisien, dan gaya bahasa dalam naskah. Setiap penulis memiliki gaya bahasa masing-masing dan kita tidak bisa memaksakan, tetapi seorang penyunting harusnya mengikuti gaya bahasa penulisan dengan memperhatikan struktur kalimat yang tepat tanpa harus mengubah gaya penulisannya,” jelas Budi.
Ia juga menjelaskan mengenai syarat teknik sebagai editor atau penyunting. Pertama, penyunting harus memahami unsur paragraf seperti pokok pikiran, argumentasi, dan kesimpulan. Kedua, memahami tekanan, intonasi, atau magnitude kalimat. Terakhir, memahami tentang kata baku, kata sambung, dan tanda baca sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) versi terbaru. Pemikiran yang harus diterapkan ketika menyunting naskah yaitu bahasa tulis, bukan bahasa lisan.
Proses teknis penyuntingan dimulai dengan membaca semua naskah secara sekilas tujuannya agar penyunting mengetahui redaksional (mekanis) dan isi per bab dari naskah (substansi). Setelah itu, memindah file naskah ke file baru (save as) agar apabila ada diskusi dengan penulis terdapat bahan untuk menunjukkan bagian-bagian yang perlu atau tidak diperbaiki. Selanjutnya memulai edit atau penyuntingan. Jika ditemukan masalah, kalimat dapat di-blok dan diberi komentar. Selain itu penyunting harus selalu berdiskusi dengan penulis jika ditemukan terdapat ketidakjelasan maksud atau isi naskah.
Terakhir, Budi berpesan, “Penulis yang baik adalah yang meringankan tugas editor atau penyunting, sedangkan editor atau penyunting yang baik itu yang berhasil memudahkan pembaca memahami maksud penulis.” (frd)