Tanggung Jawab Pribadi Seorang Muslim
Rabu, 27 April 2022, Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan kajian Ramadan dengan tajuk “Tanggung Jawab Pribadi Muslim”. Acara digelar secara daring melalui platform Zoom Meeting dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube Farmasi UAD. Hadir sebagai pemateri Ustaz Fathurrahman Kamal, Lc., M.Si. yang merupakan anggota Badan Pembina Harian (BPH) UAD sekaligus Majelis Tabligh PP Muhammadiyah.
Dalam tema tersebut, Ustaz Fathurrahman menyampaikan juga hubungan tanggung jawab sebagai muslim dengan Lailatulqadar, yakni sesuatu yang sesungguhnya bisa dirasakan di hari-hari kehidupan dunia, termasuk juga dalam profesi yang sedang dijalankan. Kebaikan satu malam Lailatulqadar apabila dikonversikan setara dengan kebaikan yang dilakukan secara 88 tahun yang dilakukan secara kontinu.
Pada malam Lailatulqadar sesungguhnya Allah Swt. sedang mengajak kita untuk menemukan kembali fitrah kita yang paling autentik, yang belum mengalami kerusakan di dalam kehidupan kita. Maka orang yang mendapatkan Lailatulqadar bukan semata-mata mendapatkan pahala kebaikan selama lebih dari 1.000 bulan, tetapi mereka adalah hamba Allah yang menemukan kembali titik koordinat yang paling mulia diciptakan oleh Allah bagi kita semua.
“Salah satu fitrah Allah yang wajib kita jaga itu memiliki dua makna, yang pertama tidak ada diskriminasi dari Allah ketika menciptakan hamba-hamba-Nya di atas fitrahnya, makna kedua yaitu tidak boleh bagi kita semua untuk merusak kemurnian fitrah ini. Nah, dengan begitu kita mengalami krisis kemanusiaan. Krisis kemanusiaan ini lebih berat dibandingkan dengan krisis energi. Apabila kita sampai mengalami krisis kemanusiaan mencapai titik akumulasi tertinggi maka Allah akan binasakan dan mengganti dengan generasi yang baru, tentunya kita tidak akan mengharapkan itu,” papar Ustaz Fathurrahman.
Lebih lanjut, ia menjelaskan mengenai kepedulian. Pada dasarnya sebesar apa pun manfaat yang kita berikan kepada orang lain, semuanya akan dikembalikan kepada kita. Faktanya kita berbuat baik kepada siapa pun, tetapi jika kita uraikan dalam benang yang terdalam, kita sedang memberikan kebaikan kepada diri kita sendiri. Keridaan Allah pada dasarnya tergantung pada diri kita sendiri berupaya dalam meraih rida tersebut.
“Apa pun bentuk kekafiran pangkalnya adalah sombong, apa pun bentuk maksiat berangkat dari tamak, apa pun bentuk kezaliman pangkalnya adalah hasad. Kesombongan kita ganti dengan kerendahan hati, tamak kita ganti dengan kepuasan nurani, hasad kita ganti dengan rida, itu semua yang diajarkan oleh K.H. Ahmad Dahlan,” tutup Ustaz Fathurrahman dalam kajian Ramadan tersebut. (frd)