Kurikulum Merdeka: Ciptakan Profil Pelajar Pancasila
Program Studi (Prodi) Pendidikan Matematika Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan Kuliah Umum Kurikulum Merdeka. Acara digelar pada Senin, 12 September 2022, berlangsung secara luring bertempat di Aula Islamic Center Kampus IV UAD dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube Pendidikan Matematika UAD. Hadir Choirul Listiani, M.Si., yang selama ini aktif di Balai Besar Guru Penggerak.
Dwi Astuti, M.Pd. selaku Sekretaris Prodi Pendidikan Matematika dalam sambutannya menyampaikan, Kuliah Umum Kurikulum Merdeka ini sebagai bentuk kuliah perdana untuk mata kuliah analisis kurikulum SMA dan SMK. Tujuannya untuk memberikan gambaran yang saat ini telah diimplementasikan dalam Kurikulum Merdeka, meskipun belum semua sekolah menerapkannya.
Masuk ke tema bahasan, Choirul menyampaikan Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam, fokus pada materi esensial, dan penerapannya menggunakan prinsip pembelajaran paradigma baru. Dalam hal ini, pembelajaran berorientasi pada penguatan kompetensi dan pengembangan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, memusatkan praktik pembelajaran pada peserta didik, keleluasaan bagi pendidik untuk merumuskan rancangan pembelajaran dan asesmen sesuai dengan karakteristik maupun kebutuhan peserta didik, serta terciptanya profil pelajar Pancasila. Peran pelajar Pancasila menjadi penuntun arah yang memandu segala kebijakan dan pembaruan dalam sistem pendidikan Indonesia, termasuk pembelajaran dan asesmen.
“Mengapa perlu Kurikulum Merdeka? Sebab, krisis pembelajaran di Indonesia telah berlangsung lama dan belum membaik dari tahun ke tahun. Hal ini diperparah oleh pandemi Covid-19, dengan hilangnya pembelajaran atau learning loss dan meningkatnya kesenjangan pembelajaran,” jelas Choirul.
Lebih lanjut, ia menjelaskan beberapa keunggulan Kurikulum Merdeka. Pertama, lebih sederhana dan mendalam, kurikulum ini terfokus pada materi yang esensial dan pengembangan peserta didik pada fasenya. Kedua, lebih merdeka, bagi peserta didik tidak ada peminatan di SMA, mereka memilih pelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan aspirasinya. Ketiga, lebih relevan dan interaktif. Pembelajaran melalui kegiatan proyek memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual. Misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya, untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi profil pelajar Pancasila.
Terakhir, Choirul memaparkan mekanisme kelulusan dalam Kurikulum Merdeka. Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan atau program pendidikan setelah menyelesaikan seluruh program pembelajaran dan mengikuti penilaian sumatif yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan. (frd)