Al-Qur’an sebagai Penyelamat Generasi Anti LGBT
Minggu, 25 September 2022, Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Buya Hamka dan Tapak Suci Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan kajian kolaborasi. Acara ini bertujuan untuk memupuk keimanan para kader, menanamkan kecintaan terhadap Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, dan memberikan pengetahuan bahaya LGBT yang kian marak pada zaman sekarang ini.
Berlangsung selama empat jam dan terbuka untuk umum secara luring di Masjid Islamic Center UAD, hadir Ustaz Sholahudin Zuhri, S.Pd., P.Mdy. dan Ustaz Nanang Wahyudi, S.Pd., M.Pd. selaku pemateri pada kajian kolaborasi ini. Sebanyak tiga puluh partisipan yang terdiri atas PK dan kader IMM Buya Hamka juga PK IMM lainnya, serta kader Tapak Suci UAD ikut dalam acara tersebut.
Dalam pemaparannya, Ustaz Sholahudin menyampaikan terkait hukum LGBT dalam Islam dan pentingnya Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, sehingga meningkatkan keimanan agar terhindar dari larangan-larangan Islam. Seperti yang kita ketahui bersama, LGBT atau kepanjangan dari lesbian, gay, biseksual, dan transgender, bukan hanya ada dalam zaman Nabi Luth. Maraknya LGBT sekarang tentunya membuat kalangan masyarakat khawatir karena ini merupakan salah satu penyakit akal, jiwa, bahkan gangguan psikologi.
“Haram adalah hukum LGBT dalam Islam. Perbuatan keji dan tidak mengandung manfaat hendaknya ditinggalkan karena hal tersebut dibenci oleh Allah Swt. Kurangnya iman, ilmu, dan takwa merupakan peluang seseorang terkena penyakit LGBT, karena pada dasarnya orang yang kuat imannya tidak rentan dan terhindar dari hal-hal keji.”
Lantas bagaimana kita mencegah hal-hal keji tersebut?
“Salat adalah kewajiban seorang muslim untuk mencegah hal-hal keji dan mungkar. Selain itu, memupuk keimanan dengan mengikuti kajian-kajian Islam dan selalu berpegang teguh pada Al-Qur’an merupakan penjagaan diri terbaik. Jika dalam diri sendiri belum bisa mencegah kemungkaran, dapat dipastikan masih ada kesalahan dalam ibadah tersebut baik dari niat ataupun hal lainnya. Sebab tidak mengherankan lagi generasi sekarang melaksanakan salat untuk sekadar menggugurkan kewajiban,” Ustaz Nanang menimpali.
Di akhir acara, Ustaz Sholahudin menyampaikan kepada para peserta kajian. “Jangan pernah membenci dan memusuhi orang LGBT, tetapi benci dan musuhilah perbuatannya. Jika kita bersikap menjauh dari orang tersebut, secara tidak langsung kita menghakimi. Berikan bimbingan, arahan semampu kita karena orang-orang tersebut butuh bimbingan agar kembali ke aturan Islam. Sebagaimana kita terapkan sifat dakwah yakni merangkul bukan memukul,” tutupnya. (lae)