Bonus Demografi Dampak Positif atau Negatif?
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kota dengan jumlah objek wisata yang banyak, selain itu kota pelajar ini pun dikenal dengan masyarakatnya yang ramah. Namun, siapa sangka jika Yogyakarta juga menjadi kota dengan predikat kenakalan remaja yang banyak pula? Misalnya klitih yang beberapa kali menelan korban jiwa. Fenomena klitih kerap menciptakan keresahan bagi masyarakat, apalagi mereka yang keluar pada malam hari.
Berkenaan dengan itu, mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang tergabung dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Alternatif Ramadan ke-81 dan ditugaskan di Dusun Gilang, Baturetno, Banguntapan, Bantul, pada 11 Juni 2022, mengadakan sosialisasi dengan tema “Pencegahan dan Penanggulangan Kenakalan Remaja di Era Milenial (Mewujudkan Generasi Sehat dan Berakhlak Mulia)”. Hadir sebagai narasumber adalah Husnul Khotimah, S.Psi., H.I., M.Sc. yang merupakan salah satu dosen mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan UAD serta dikenal juga sebagai konselor.
Di awal sosialisasi, Husnul Khotimah menjelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan remaja. Fase remaja merupakan peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Karakteristik yang bisa dilihat adalah adanya banyak perubahan, baik itu perubahan fisik maupun psikis.
Ia juga membahas tentang Indonesia akan menjadi negara yang mengalami bonus demografi pada tahun 2045. Demografi merupakan kondisi komposisi penduduk usia produktif (15–64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia nonproduktif. Bonus demografi bisa menjadi ancaman, tetapi bisa juga menjadi peluang yang akan menjadikan kekuatan sumber daya Indonesia jika dapat dimanfaatkan dengan baik.
“Karakter dan perilaku anak muda saat ini kaitannya dengan bonus demografi, ditandai dengan sangat melek terhadap teknologi digital, komunikatif, dan multitasking. Mereka juga memiliki ciri-ciri kreatif, informatif, mempunyai passion, dan produktif. Jika karakteristik tersebut dapat dipahami dan difasilitasi secara optimal, maka akan menjadi peluang lahirnya sumber daya manusia yang produktif sehingga akan menjadi modal pembangunan bangsa. Begitu juga sebaliknya, karakteristik generasi masa kini akan menjadi ancaman pembangunan bangsa apabila tidak dipahami dan difasilitasi sesuai dengan potensi dan passion-nya,” jelas Husnul Khotimah.
Untuk itu, sangat diperlukan arahan yang tepat bagi remaja dalam menghadapi bonus demografi, supaya tidak terjadi problem ataupun kenakalan remaja seperti klitih, perundungan, pergaulan bebas, dan kenakalan lainnya. Sebenarnya, kenakalan remaja berupa pergaulan bebas bisa saja dicegah dengan belajar pendidikan agama, selektif memilih teman yang baik, meningkatkan pengetahuan tentang bahaya seks bebas dan narkoba, memiliki tujuan hidup dan cita-cita, serta mengisi waktu luang dengan kegiatan positif. Dengan harapan, dapat terbentuknya remaja yang kokoh akidah, produktif, dan tentunya islami. (wid)