Latihan Dasar Ikatan: Cara Membentuk Profil Kader IMM Berkemajuan
Latihan Dasar Ikatan (LDI) merupakan salah satu sistem perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai bekal kader untuk bergerak dalam ranah keagamaan, kemahasiswaan, dan kemasyarakatan. Melihat urgensi tersebut, Pimpinan Komisariat (PK) IMM Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan LDI pada Sabtu dan Minggu, 20–21 Agustus 2022. Berlangsung selama dua hari secara luring di SMP Muhammadiyah 9 Yogyakarta, hadir Mohammad Heri selaku pemateri filsafat, Listiana Pawestri Agustina selaku pemateri Kemuhammadiyahan, dan Ikhwan Nur AfIq selaku pemateri ke-IMM-an. Sebanyak 25 partisipan yang terdiri atas PK dan kader IMM FTI membersamai acara tersebut.
“Harapannya dengan terlaksananya LDI ini dapat memberikan arahan dan bimbingan kepada para kader sehingga tercetak profil kader yang kompeten. Terlepas dari acara ini, kita mampu menjadi penerus PK IMM FTI yang lebih baik,” papar Irfan Maulana selaku Ketua IMM FTI dalam sambutannya.
Masuk ke tema bahasan, Listiana Pawestri menyampaikan, “Muhammadiyah adalah organisasi gerakan Islam dakwah amar maruf nahi munkar yang bersumber pada Al-Qur’an dan as-sunah. Muhammadiyah sendiri memiliki organisasi otonom yang senantiasa menjadi pioner kebaikan dan sebagai ladang dakwah, salah satunya yakni IMM.”
“IMM pun memiliki tujuan mencetak kader akademisi yang mampu menjadi penggerak dan pewarna baik dalam aspek keagamaan, kemahasiswaan, ataupun kemasyarakatan. Sehingga profil kader yang diharapkan dalam setiap jenjang perkaderan dapat tercapai,” Ikhwan Nur AfIq menimpali.
Lebih lanjut Ikhwan menjelaskan, dalam aspek keagamaan harapan profil kader yang terbentuk yakni mampu membaca Al-Qur’an dengan tartil dan dapat menuliskannya, mampu beribadah mahdah sesuai Majelis Tarjih, serta dapat memahami ideologi Muhammadiyah. Kemudian, dalam aspek kemahasiswaan diharapkan kader mampu memiliki etos belajar yang tinggi dan progresif dalam mengembangkan potensi pribadi. Terkait aspek kemasyarakatan, para kader mampu menjadikan masjid sebagai basis interaksi sosial.
“Keterkaitan filsafat terhadap Kemuhammadiyahan dan ke-IMM-an yaitu bahwa filsafat merupakan pedoman dalam memberi makna hidup. Seberapa upaya wadah atau organisasi yang kita pilih untuk berproses akan kembali lagi pada cara pikir dan keyakinan pada masing-masing pribadi. Sehingga filsafat merupakan fondasi utama seseorang memilih dan bergerak di setiap aktivitasnya,” jelas Mohammad Heri di akhir acara. (lae)