Lebih Hemat, Warga Murtigading Manfaatkan Magot untuk Ternak Ayam
Ayam merupakan salah satu hewan ternak yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat. Tidak hanya karena mudah didapat, ayam juga merupakan komoditi pangan yang mengandung protein hewani yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Dalam keseharian masyarakat Indonesia, tidak sulit bagi kita menemukan masyarakat yang memelihara ayam, baik itu untuk konsumsi pribadi maupun untuk dijual kembali.
Sama halnya dengan yang kita ditemukan di Dusun Sanden, Desa Murtigading, Bantul. Banyak warga setempat yang beternak ayam di sekitar pelataran rumahnya. Menurut Rudy Suharta selaku Dinas Lingkungan Hidup (DHL) Kabupaten Bantul, sekitar hampir 90% masyarakat Dusun Sanden memelihara ayam. Bagi mereka, ayam merupakan hewan ternak yang mudah untuk dipelihara.
Pada dasarnya, komponen utama dalam memelihara ayam adalah memilih anakan yang sehat. Selain itu, memberikan pakan yang mengandung banyak protein untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ayam agar tumbuh dan berkembang. Dalam memilih anakan, Rudy menganjurkan untuk mendapatkan anakan ayam yang sehat dan tidak membawa banyak penyakit.
“Jangan membeli anakan dari pasar karena berpotensi membawa penyakit. Pilihlah anakan ayam dari rumahan atau e-commerce seperti Shopee atau Facebook.”
Berbeda dengan anakan ayam yang biasa didapatkan dari rumahan, untuk pakan ayam yang mereka pelihara, pada umumnya masyarakat menggunakan pakan konsentrat yang biasa didapatkan dari pasar. Berdasarkan penelitian para dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di Desa Murtigading, perbedaan biaya yang dikeluarkan untuk memelihara ayam jika pakan yang diberikan 100% konsentrat dengan biaya yang dikeluarkan jika pakan ayam dicampur dengan magot yakni 30% konsentrat dan 70% magot.
Pakan yang dibutuhkan seekor ayam sebanyak 46 gram per hari dengan masa panen ayam 90 hari, maka dibutuhkan sekitar 4,14 kg pakan. Jika pakan konsentrat ada di harga Rp16.000,00 maka dibutuhkan biaya Rp66.240,00 per ekor untuk membeli pakan konsentrat. Berbeda dengan biaya yang dikeluarkan jika 70% pakan menggunakan magot. Maka biaya yang dikeluarkan untuk pakan ayam dari anakan sampai panen hanya sekitar Rp17.140,00 per ekor.
Penelitian ini berkesinambungan dengan program Pemerintah Kota Bantul yang melakukan penandatanganan perjanjian kerja sama dengan UAD mengenai pengolahan sampah rumah tangga. Masyarakat dapat melakukan pengolahan sampah tanpa harus melakukan pembuangan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, apalagi TPA diisukan dalam dua tahun ke depan tidak dapat lagi menampung sampah dari masyarakat. Oleh karena itu, program ini memiliki luaran pupuk kompos dan magot yang digunakan masyarakat setempat untuk bertani dan beternak.
Hasil dari ternak ayam yang dilakukan oleh masyarakat tersebut digunakan untuk menyokong ketahanan pangan di dusun, belum sampai pada ranah komersial untuk memenuhi kebutuhan pasar. Sampai sejauh ini, belum ada penelitian lebih lanjut mengenai sejauh mana ternak ayam berpengaruh pada perekonomian masyarakat Dusun Sanden, Desa Murtigading. Namun dengan adanya ternak ayam yang dilakukan, dinilai dapat memenuhi kebutuhan pangan wilayah tersebut. (kul)