Manfaatkan BSF untuk olah Sampah Organik
Sampah dapat diartikan sebagai semua benda yang sudah tidak digunakan lagi oleh makhluk hidup, sehingga sifatnya menjadi buangan. Oleh karena itu, sisa-sisa benda yang dibuat oleh manusia, hewan, bahkan tumbuhan, semuanya dapat dianggap sebagai sampah selama tidak digunakan lagi.
Berkenaan dengan sampah, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler Periode 101 Unit IX.A.3 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melaksanakan penyuluhan tentang pengelolaan sampah organik yang diadakan di Padukuhan Wirosutan pada (4-2-2023) yang dihadiri oleh masyarakat di Desa Wirosutan, Srigading, Sanden, dan juga dosen pembimbing lapangan (DPL) Ahmad Faizal Rangkuti, S.K.M., M.Kes. sebagai pemateri.
Ahmad memaparkan mengenai beberapa kategori sampah seperti sampah anorganik, organik, serta sampah B3. Ia juga menjelaskan tentang proses pengolahan sampah secara umum dan metode magot dengan Black Soldier Fly (BSF). BSF mengalami beberapa siklus, siklus tersebut dibagi menjadi beberapa bagian, dari tahap pertama yaitu BSF tidak makan selama hidup, dan rata-rata kemungkinan hidupnya adalah 7 sampai 14 hari.
Setelah itu, BSF akan kawin setelah fase kawin betina akan bertelur. Namun, BSF jantan akan mati setelah kawin. Dari hasil perkawinan tersebut dihasilkan telur BSF yang akan menetas dalam 3–4 hari. Setelah itu, bayi larva akan menetas dan akan menjadi larva dewasa. Larva ini pada mulanya memiliki warna putih kecokelatan yang kemudian perlahan akan berubah menghitam sebelum siap dipanen.
Dalam penjelasannya, Ahmad menekankan pengolahan sampah-sampah organik dengan menggunakan media ember tumpuk. “Nantinya setelah ember tumpuk digunakan, maka akan terbentuklah kompos cair yang siap digunakan untuk masyarakat. Kompos bisa dimanfaatkan untuk tumbuhan,” tandasnya.
Venteen Guntono selaku Kepala Dukuh Wirosutan menanggapi dengan antusias adanya sosialisasi sampah yang diadakan di Padukuhan Wirosutan itu. “Antuasisme warga sangat besar terutama untuk mengetahui seperti apa pengolahan sampah organik ke depannya. Kami memang memerlukan sosialisasi mengenai sampah organik serta bagaimana penanganan yang tepat,” ungkapnya.
“Pada dasarnya untuk sampah yang ada di wilayah Wirosutan, dengan adanya sosialisasi mengenai sampah organik yang bisa diolah menjadi pupuk organik ini, semoga bisa diimplemetasikan pada sektor pertanian yaitu sebagai kompos cair,” tutupnya. (Far/Lid)