Menjadi Generasi Anti Galau
“Menjadi Generasi Masa Depan Anti Galau”, tema inilah yang diangkat oleh Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Sabtu, 25 Juni 2022, dalam acara talkshow yang disiarkan langsung di kanal YouTube PGSD Official. Hadir sebagai pembicara yaitu Dr. Sri Tutur Martaningsih, M.Pd., yang merupakan Kepala Program Studi PGSD FKIP UAD dan Lovandri Dwanda Putra, M.Pd., yang dikenal sebagai dosen PGSD FKIP UAD sekaligus Founder High Teach Teacher Indonesia.
Dalam kesempatan kali ini, Lovandri Dwanda Putra menyampaikan mengenai sebuah keharusan menyesuaikan kehidupan dengan perkembangan sekarang. Zaman ini adalah era digital, pembahasan yang sering terdengar yaitu mengenai Era Vuca. Lalu, apakah Era Vuca itu? Vuca merupakan singkatan dari volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity, artinya saat ini kita berada di era yang serba bergejolak dan tidak pasti. Pandemi yang tiba-tiba melanda dunia dan mengharuskan untuk di rumah saja selama dua tahun, menjadi tanda-tanda bahwa Era Vuca sedang datang.
“Apa yang harus kita lakukan sebagai generasi masa depan ketika Era Vuca atau istilahnya negara api telah menyerang? Bersiap-siap agar kita punya pemikiran baru dan penelitian baru. Pentingnya mendalami kenyataan era saat ini yang berkaitan dengan dunia digital memang tidak bisa kita hindari. Kita harus menyesuaikan diri, begitu juga orang tua dan seorang guru. Seperti sebuah pesan yang disampaikan Ali bin Abi Thalib yaitu, ‘Didiklah anak sesuai dengan zamannya’. Hal ini menjadi peringatan bagi seorang guru dan orang tua untuk memahami perkembangan yang terjadi,” papar Lovandri.
Pada dasarnya teknologi itu seperti dua mata pisau, tergantung siapa yang menggunakannya. Teknologi apabila digunakan untuk kebaikan maka akan sangat membantu. Apabila digunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif sangat bisa juga, sehingga banyak hal menimbulkan kerugian. Teknologi ini tergantung siapa yang mengendalikan dan menggunakan.
Demi menunjang generasi masa depan yang mengikuti perkembangan digital, mahasiswa juga perlu diberikan ruang untuk mengembangkan minat bakatnya baik di bidang seni, penelitian, olahraga, maupun teknologi. Selain itu, program studi atau universitas juga harus memfasilitasi apa yang dibutuhkan mahasiswa untuk terus mengembangkan minat bakatnya.
Selain memasuki era digital, perkembangan zaman juga masuk era kolaborasi. Kolaborasi ini sangat penting dilakukan untuk dapat berkembang menjadi lebih baik lagi. Kolaborasi antara mahasiswa dengan dosen dapat dilakukan misalnya pada sebuah penelitian. Dengan kolaborasi dan menikmati perkembangan teknologi, kita dapat menjadi manusia yang update tentang kebutuhan, selain itu banyak hadiah dan ilmu yang akan didapatkan.
Terakhir Lovandra berpesan, “Mahasiswa sudah dipersiapkan memahami dunia digital, sehingga ketika terjun ke dunia sekolah sudah siap. Jadi, teruslah ajarkan anak-anak kita sesuai dengan perkembangannya.” (frd)