Pentingnya Pengelolaan Sampah demi Kesejahteraan Masyarakat
Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melalui Bidang Humas dan Protokol berkesempatan mengunjungi desa binaan universitas yang berada di Desa Murtigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada (11-06-2022). Kegiatan ini dalam rangka pelatihan jurnalistik mahasiswa yang diikuti reporter tingkat prodi maupun universitas, dengan harapan agar mereka makin terampil dalam hal kepenulisan. Desa binaan hadir dan diinisiasi oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan bekerja sama dengan Laboratorium UAD, sebagai bahan pelatihan, pengabdian, dan penelitian dosen.
Rudi Suharto, selaku dari DLH dan kepala bidang pengelolaan sampah, mengatakan bahwa sampah yang ada di Desa Murtigading akan diberdayakan agar mempunyai nilai jual. Selama ini pengelolaan sampah terpadu Laboratorium UAD terdiri atas budi daya cacing, budi daya ikan, dan budi daya ayam.
“Ada beberapa alat sederhana yang digunakan untuk pengelolaan sampah, seperti ember tumpuk, sedekah sampah, dan eco enzyme. Sementara untuk sampah rumah tangga yang dapat diolah, di antaranya sampah sayuran, nasi yang sudah basi, dan sampah organik lainnya. Keterkaitan pengelolaan sampah terpadu sangat berkaitan satu sama lain,” ucapnya.
Ia melanjutkan, “Untuk pengelolaan sampah ini baru berjalan selama satu bulan. Karena termasuk program yang masih baru, strategi kami dalam mengenalkan agar masyarakat mau melakukan pemberdayaan sampah secara mandiri, salah satunya dengan sosialisasi.”
Sosialisasi dibagi dan hanya fokus di dua dusun. Dusun itu Sanden dan Kurahan yang dananya bersumber dari kabupaten sehingga bisa dipakai untuk membeli peralatan ataupun hal yang dibutuhkan agar proses pengolahan sampah bisa maksimal. Ada juga dana yang berasal dari anggaran desa. Bentuk dukungan lain dilakukan dengan setiap rumah sudah sediakan kantong sampah ramah lingkungan agar masyarakat pun dapat mencontohnya.
Desa Murtigading memiliki kearifan lokal yang tidak dimiliki oleh desa lainnya. Delapan belas dukuh yang ada sudah berkomitmen bahwa mereka sanggup untuk melaksanakan pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri. Kesulitan dan kendala sejauh ini terkait memilah sampah. Tidak usah jauh-jauh melihat contohnya, coba lihat diri kita sendiri. Sudahkah kita bijak terhadap sampah? Makanan yang makan diri sendiri, tetapi yang suruh tanggung jawab orang lain. Penyadaran itu agak sulit, dimulai dari pembiasaan diri sendiri yang terkadang masih belum memulainya.
“Alasan warga mau mengadakan pengelolaan sampah secara mandiri di rumah karena adanya nilai ekonomis. Jika dari pihak warga ada yang terlihat menentang dan enggan mengikuti kegiatan ini, menurut saya tidak masalah, karena tugas kami hanya menyampaikan. Rasulullah saja yang menyampaikan risalah agama masih ada yang menentang dan tidak setuju bahkan melemparinya dengan kotoran dan batu. Maka dari itu ya sabar saja,” jelasnya.
Harapan Rudi, semoga ke depannya dari proses pengelolaan sampah ini dapat menjadi sesuatu yang baru bagi Laboratorium UAD dan dapat menjadi percontohan bagi desa yang lain. Agar nantinya muncul inovasi baru yang bisa digagas oleh desa lain. (ctr)