Tinalah Astrocamp: Liburan Unik dengan Berkemah dan Meneropong Bintang
Astrocamp di Desa Wisata Tinalah, Kulon Progo, diselenggarakan pada Sabtu–Minggu (25–26 Juni 2022). Kegiatan ini bertepatan dengan masa liburan sekolah sehingga dapat dimanfaatkan oleh para siswa untuk berlibur sekaligus belajar. Desa wisata Tinalah memang selalu berkomitmen menjadi desa yang berorientasi pada wisata edukasi.
Tinalah Astrocamp dibuka oleh Galuh Alif Fahmi Rizki selaku penggiat desa wisata dan Yudhiakto Pramudya sebagai ketua Pusat Studi Astronomi (Pastron) Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Sebelumnya, Astrocamp telah diadakan di Baron Techno Park, Gunung Kidul, dan Kemit Forest, Cilacap. Untuk itu, Tinalah Astrocamp didukung sepenuhnya oleh Pastron. Kawasan desa wisata di Kulon Progo tersebut menyimpan potensi pengembangan untuk wisata edukasi termasuk edukasi tentang langit malam.
Peserta Astrocamp yang terdiri atas siswa SD sampai perguruan tinggi diberikan fasilitas menggunakan tiga teleskop yaitu Skywatcher BK120, Skywatcher BK909, dan Bresser AR90. Teleskop ini mampu mengamati bintang, bulan, matahari, dan cluster atau sekumpulan bintang. Cluster termasuk objek redup yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan teleskop. Peserta takjub dengan objek-objek langit redup semacam itu, yang ternyata terdapat banyak pengetahuan dengan menelitinya.
Peserta juga belajar menggunakan peta bintang, baik yang berbentuk fisik maupun berupa aplikasi pada gawai. Berbagai rasi bintang terlihat di langit desa wisata Tinalah sehingga peserta dapat menggunakannya sebagai alat navigasi. Selain itu, dongeng tentang langit juga dikenalkan kepada peserta, salah satunya tentang segitiga musim panas. Astrocamp kali ini juga bertepatan dengan terlihatnya sejumlah planet pada awal pagi hari. Peserta mempelajari tentang cincin Saturnus, badai di Jupiter dan satelit alami yang dimiliki oleh Jupiter, serta merahnya Mars.
Untuk lebih memberikan pemahaman terhadap astronomi kepada peserta, sesi workshop tentang rasi bintang disajikan dengan interaktif. Peserta dapat membawa pulang alat peraga yang dibuat sendiri oleh mereka. Selain itu, mereka juga belajar mengisi lembar observasi seolah-olah menjadi astronom profesional. Berbagai pertanyaan tentang rasi bintang dan planet dilontarkan oleh peserta. Pemandu Astrocamp yang terdiri atas mahasiswa S-1 dan S-2 Pendidikan Fisika, Pendidikan Bahasa Inggris, dan Sastra Inggris, dengan cekatan memberikan penjelasan.
Tinalah Astrocamp cocok sebagai media edukasi sekaligus berlibur bagi para siswa. Selain berkemah dan mengamati langit, peserta diajak menikmati asrinya alam desa wisata. Aliran sungai Tinalah memberikan kesegaran setelah peserta aktif mengikuti senam pagi. Keasrian lingkungan di desa wisata tersebut perlu dijaga untuk perwujudan menjaga bumi sebagai satu-satunya planet yang sementara ini dapat dihuni oleh manusia.
Binatang nocturnal atau yang aktif di malam seperti kunang-kunang mudah dijumpai oleh peserta Astrocamp. Jumlah binatang tersebut makin berkurang dengan meningkatnya cahaya berlebihan atau yang biasa disebut sebagai polusi cahaya. Sumber polusi cahaya di perkotaan biasanya berasal dari lampu kota, lampu gedung, dan lampu papan reklame. Jadi selain mengganggu ekosistem, polusi cahaya juga dapat menghalangi manusia dalam aktivitasnya mengamati langit karena jumlah bintang yang terlihat makin berkurang.
Astrocamp sebagai perkemahan edukasi tidak hanya mengajarkan tentang hidup dan beraktivitas di luar ruang. Peserta dapat pula memahami pentingnya merawat lingkungan untuk kelestarian bumi dan langit. Mereka juga belajar tentang kearifan lokal dengan pengenalan budaya dan kuliner Kulon Progo. Wisata edukasi dalam bentuk Astrocamp ini menjadi peluang bagi penggiat wisata untuk mengoptimalkan potensi desa sebagai sumber belajar yang unik dan inovatif. (doc)