Mengembangkan Ekonomi Kreatif di Era 5.0
Dalam sesi “Seminar Nasional Accounting Fair #4: Building Smart and Young Spirit Development for the Creative Economy in the 5.0 Era” pada 4 Februari 2023 di Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Wijianto, S.Pi., M.Si. menyampaikan tentang membangun semangat dalam perkembangan teknologi untuk ekonomi kreatif di era 5.0.
Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep di era ekonomi baru yang mengutamakan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi. Dalam studi ekonomi, dikenal ada 4 faktor produksi yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia, dan orientasi atau manajemen. Adapun ciri-ciri ekonomi kreatif, pertama, unsur utama meliputi kreativitas, keahlian, dan sumber daya manusia. Kedua, fleksibel meliputi berbagai macam bentuk barang dan jasa. Ketiga, produk barang dan jasa. Keempat, kerja sama antara kaum intelektual, pemerintah, dan dunia usaha.
Lebih lanjut, dosen Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan sekaligus dikenal sebagai Petani Milenial Jawa Barat 2022 itu menyampaikan mengenai era society 5.0. Era tersebut didahului dengan era berburu (society 1.0), pertanian (society 2.0), industri (society 3.0), dan teknologi informasi (society 4.0). Isu society 5.0 (masyarakat 5.0) merupakan masyarakat, benda, dan segala tatanan sosial yang ada terintegrasi dengan dunia maya. Society 5.0 dapat dikatakan sebagai sebuah konsep yang digagas oleh pemerintah Jepang dengan mempertimbangkan aspek teknologi untuk mempermudah kehidupan manusia (super smart society).
“Dengan adanya ekonomi kreatif, sangat memberikan kontribusi terhadap perekonomian negara yaitu dapat membuka lapangan kerja baru, menciptakan masyarakat yang kreatif, kompetisi dunia bisnis yang lebih sehat, dan meningkatkan inovasi di berbagai sektor. Ekonomi kreatif menyumbangkan sebesar 9% dari pendapatan ekonomi nasional, paling besar masih berasal dari sektor pertanian yaitu sebesar 29–35%. Ekonomi kreatif mempunyai berbagai macam jenis seperti arsitektur, desain interior, kuliner, periklanan, fesyen, aplikasi, dan musik,” jelas Wijianto.
Ekonomi kreatif berkembang begitu pesat, tetapi belum menyentuh sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan perkebunan. Padahal hampir 40% pekerja berasal dari sektor tersebut. Beberapa strategi untuk menghadapi tantangan tersebut adalah dengan melakukan kolaborasi, memperkuat ide, menciptakan suasana fleksibel, dan mengembangkan kreativitas. Kolaborasi yang dapat dilakukan yaitu dengan mengarahkan ke sasaran ekonomi kreatif yang tepat, berkolaborasi dengan cendekiawan, pengusaha, usaha mikro kecil menengah (UMKM), dan pemerintah.
Selanjutnya menciptakan industri yang cepat tanggap terhadap perubahan dan fleksibel akan cepat bangkit. Ide yang inovatif memberikan dampak yang besar dan dapat menular sehingga segra menebar dalam kurun waktu yang singkat. Kemudian menciptakan ide kreatif dan berbeda dengan pesaing sehingga dapat memberikan peluang pasar yang besar.
Tak ketinggalan, Wijianto menjelaskan upaya untuk mengembangkan ekonomi kreatif di era 5.0 dengan cara update terhadap perkembangan pasar, memperluas jaringan bisnis, mengikuti tren perkembangan bisnis, dan menciptakan SDM yang berkualitas, terampil, memiliki kemampuan hard skill dan soft skill, serta memiliki gagasan atau ide. (frd)