KKN UAD: Dari Belatung Bisa Jadi Untung!
Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan suatu bentuk pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup di tengah-tengah masyarakat di luar kampus, dan secara langsung mengidentifikasi serta menangani masalah-masalah yang ada. Kegiatan ini ditujukan untuk mengembangkan kepekaan rasa dan kognisi sosial mahasiswa serta membantu proses pembangunan terutama di pedesaan.
Mengangkat tema “Pengelolaan dan Budi Daya Magot dalam Upaya Mengatasi Permasalahan Sampah Organik dan Meningkatkan Perekonomian Masyarakat”, mahasiswa KKN Periode Reguler ke-101 Unit VII.D.I Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan sosialisasi pengolahan sampah organik dengan larva atau belatung Black Soldier Fly (BSF) atau yang kerap dikenal dengan magot kepada warga Pedukuhan Dukuh, Sabdodadi, Bantul. Dilaksanakan pada 4 Februari 2023, kegiatan yang dihadiri oleh puluhan warga ini didampingi secara langsung oleh Nur Syarianingsih Syam, S.K.M., M.Kes. selaku dosen pembimbing lapangan (DPL).
“Sampah saat ini sudah menjadi masalah yang serius di masyarakat, khususnya di Bantul. Maka dari itu, adik-adik KKN UAD ini mencoba membuat kegiatan yang dapat mendukung program Bantul Bersama (Bersih Sampah 2025) dengan cara mengadakan sosialisasi terkait pengolahan sampah organik dimulai dari lingkungan terdekat kita,” tutur Nur Syarianingsih.
Ketua KKN UAD di Pedukuhan Dukuh Fikri Aditya Pradana turut menuturkan, dirinya bersama 10 rekan lainnya yakni Lucky Resta Widias Putri, Tsaqufa Najiba As-shalikah, Ika Sartika, Wafianda Azhar, Rosena Menelia Sari, Rizky Alida, Reza Wardhani Yuliananda, Indah Ayuningtyas, Su Zihua, dan Wei Bocheng, memilih melaksanakan kegiatan ini setelah melihat potensi dan media yang telah dimiliki oleh warga di pedukuhan tersebut.
“Sosialisasi tentang magot kami rasa sangat relevan untuk dilakukan mengingat Pedukuhan Dukuh sudah memiliki ember tumpuk sebagai media budi daya belatung magot,” ungkap Fikri.
Hadir sebagai narasumber, Sri Budiarti, S.P. selaku perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bantul untuk memaparkan pengolahan sampah organik hasil rumah tangga dengan menggunakan belatung magot.
“Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam proses pengolahan sampah dan budi daya magot, yakni ember tumpuk, sayuran dan buah-buahan yang sudah membusuk, serta larva BSF. Sayuran dan buah-buahan yang membusuk kemudian dimasukkan ke ember bagian atas bersamaan dengan larva BSF yang akan membantu menguraikan sampah organik. Setelah 2 minggu, air lindi yang turun ke ember bagian bawah dapat dipindahkan ke botol kosong yang kemudian harus dijemur terlebih dahulu selama sekitar 20 hari. Ketika warnanya berubah menjadi kehitaman, selanjutnya dapat digunakan sebagai pupuk cair organik untuk tanaman,” jelas Sri Budiarti.
Di samping dapat membantu mengurai sampah organik, Sri Budiarti lebih lanjut menyampaikan bahwa magot juga dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat dari sisi ekonomi. “Magot ini punya nilai ekonomi yang cukup tinggi. Selain pakan ternak dan pupuk, magot basah per kilonya bisa dijual sampai 6 ribu rupiah. Bahkan magot yang sudah kering dapat bernilai lebih fantastis, bisa sampai 60 ribu rupiah sekilonya,” tambahnya.
“Semoga dengan adanya sosialisasi pengolahan sampah organik yang bermuara pada program Bantul Bersama ini dapat sedikit mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Yogyakarta, khususnya di Bantul,” tutup Fikri selaku Ketua Unit KKN UAD VII.D.1.
Selepas sosialisasi, mahasiswa KKN UAD VII.D.1 kemudian akan melaksanakan sosialisasi lanjutan melalui media poster sekaligus monitoring perkembangan dari pengolahan sampah organik menggunakan magot yang dilakukan masyarakat. (Lid)