Rektor UAD Bahas Kepemimpinan Perempuan di Era 5.0

Prof. Dr. Muchlas, M.T. Pemateri Sesi Pertama Pengajian PWA DIY di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Humas UAD)
Pengajian Ramadan 1446 H yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Sabtu, 15 Maret 2025, di Amphitarium Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sukses menarik perhatian audiens dengan penyampaian materi yang inspiratif dan mendalam. Salah satu sesi utama dalam pengajian ini adalah penyampaian materi oleh Prof. Dr. Muchlas, M.T. selaku Rektor UAD sekaligus Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah, dengan tema “Strategi Perempuan Berkemajuan sebagai Pemimpin di Era 5.0”. Nur Ika Pujiastuti, S.Si., M.Pd. juga turut hadir sebagai moderator dalam sesi kali ini.
Dalam pemaparannya, Prof. Muchlas menjelaskan bahwa era Society 5.0 adalah kelanjutan dari Revolusi Industri 4.0 yang mencoba menyeimbangkan hubungan antara manusia dan mesin dalam industri. Menurutnya, konsep ini harus dipahami dengan baik agar memiliki perspektif yang sama terhadap istilah yang digunakan. Ia juga menekankan bahwa Society 5.0 adalah upaya untuk menyeimbangkan peran manusia dan teknologi dalam kehidupan, di mana mesin tidak menggantikan manusia, tetapi bekerja sama dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Sejalan dengan perkembangan ini, model kepemimpinan transformational leadership menjadi salah satu pendekatan yang relevan untuk membangun kepemimpinan perempuan berkemajuan. Kepemimpinan transformatif berfokus pada pemberdayaan orang lain dan menginspirasi perubahan dengan menekankan stimulasi intelektual, pertimbangan individu, motivasi inspiratif, serta pengaruh idealisasi. Pemimpin transformatif tidak hanya memberikan arahan, tetapi juga membangun hubungan positif, memahami potensi individu dalam organisasi, serta menjadi sosok panutan yang dapat dipercaya dan dihormati. Selain itu, karakter pemimpin transformatif harus mencerminkan keterbukaan terhadap ide-ide baru, menghargai potensi individu, mampu membangun kepercayaan, serta memiliki ketegasan dalam pengambilan keputusan.
Dalam menghadapi era digital, perempuan juga perlu memiliki strategi khusus untuk menjadi pemimpin yang berpengaruh dan inovatif. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain meningkatkan literasi digital dan teknologi, memperkuat kompetensi kepemimpinan adaptif, membangun jaringan dan kolaborasi yang luas, serta mengadopsi gaya kepemimpinan inklusif dan kolaboratif. Selain itu, pemanfaatan personal branding dan media digital menjadi aspek penting untuk memperluas pengaruh di ruang publik, sejalan dengan upaya memperjuangkan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender. Tidak kalah penting, program mentorship dan pengembangan generasi berikutnya juga perlu dikembangkan agar kepemimpinan perempuan semakin kuat dan berkelanjutan.
Dalam sesi tanya jawab, salah satu peserta menanyakan dampak penggunaan kecerdasan buatan seperti artificial intelligence (AI). Menanggapi hal ini, Prof. Muchlas menjelaskan bahwa teknologi seharusnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kreativitas, bukan membatasinya. Ia mencontohkan bagaimana AI dapat digunakan dalam seni visual untuk mengembangkan ide-ide baru, bukan hanya menggantikan peran seniman.
“Menggunakan AI sebagai pelukis bisa mengubah aliran seni menjadi abstrak. Seseorang yang bisa menggambar cantik juga dapat menggambar sesuai deskripsi orang lain. Imajinasi berkembang dari coretan hingga menjadi karya bermakna. Kita perlu membimbing anak SMP dalam memanfaatkan teknologi, bukan melarangnya. Yang terpenting, mereka memahami dasar-dasar kreativitas dan kinestetik,” jelasnya.
Dengan adanya pengajian ini, diharapkan perempuan dapat mengambil peran lebih aktif sebagai agen perubahan dalam membangun masyarakat yang adil dan berkemajuan, khususnya di era Society 5.0.(Septia)