Dosen UAD Jadi Narasumber Program Jogja Sehat

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Ahmad Dahlan (UAD) saat menjadi Narasumber pada program Jogja Sehat (Foto. Itoshiko)
Rachma Greta Perdana Putri, M.Biomed., selaku dosen Fakultas Kedokteran Universitas Ahmad Dahlan (UAD), menjadi narasumber pada program Jogja Sehat yang kembali hadir secara live di TVRI, YouTube, dan Facebook pada Rabu, 21 Mei 2025. dr. Greta mengangkat topik “Lupus: Saat Imun Serang Tubuh” yang membahas secara mendalam penyakit autoimun tersebut. Acara dipandu oleh Hendri Saputra sebagai host utama.
Acara ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai penyakit lupus yang kerap dijuluki “penyakit seribu wajah” karena gejalanya yang beragam dan menyerupai penyakit lain. Melalui dialog interaktif, dr. Greta menjelaskan bahwa lupus terjadi saat sistem imun tubuh yang seharusnya melindungi, justru menyerang sel-sel tubuh yang sehat.
Greta menyampaikan bahwa gejala lupus sangat bervariasi, seperti kelelahan kronis, nyeri sendi, sariawan yang tak kunjung sembuh, hingga munculnya ruam kemerahan berbentuk kupu-kupu di wajah. Ia juga memperkenalkan program Saluri (Periksa Lupus Sendiri), sebuah metode deteksi dini lupus yang dapat dilakukan secara mandiri oleh masyarakat.
“Kalau dari 11 gejala yang disebutkan, ada empat yang dialami secara bersamaan, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter untuk diagnosis lebih lanjut,” tegas dr. Greta.
Dalam sesi lanjutan, dibahas pula faktor risiko lupus yang lebih dominan menyerang perempuan usia produktif serta berbagai pencetusnya, seperti paparan sinar UV, bahan kimia berbahaya, stres, dan virus tertentu. dr. Greta menekankan pentingnya menjaga pola hidup sehat, menghindari pencetus, dan mengelola stres untuk mencegah kekambuhan.
“Remisi bukan berarti bebas sepenuhnya. Pasien harus tetap minum obat dan menjaga gaya hidup agar lupus tidak kambuh,” ujarnya.
Program ini turut mengulas berbagai tipe lupus, seperti systemic lupus erythematosus (SLE), cutaneous lupus, drug-induced lupus, hingga neonatal lupus. Acara ditutup dengan penekanan bahwa penderita lupus tetap dapat hidup produktif asalkan mengikuti anjuran medis dan menjaga kondisi tubuh secara konsisten.
Melalui tayangan edukatif ini, pemirsa diharapkan memperoleh pemahaman lebih luas mengenai lupus dan tidak ragu untuk melakukan deteksi dini. “Jangan takut periksa. Diagnosis bukan akhir, tetapi awal untuk hidup lebih baik,” pesan dr. Greta dalam penutupan sesi. (Ito)