Fenomena Anomali Brain Rot: Bijak Konsumsi Konten Digital

BIMAWA Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dalam Seminar Ancaman Digital bagi Kesehatan (Foto. BIMAWA)
Istilah Brain Rot menjadi populer, terutama di kalangan anak muda, seiring maraknya video pendek dan konten anomali berbasis kecerdasan buatan. Fenomena Brain Rot menjadi sorotan utama dalam diskusi yang digelar Biro Kemahasiswaan dan Alumni (BIMAWA) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Sabtu, 31 Mei 2025. Acara ini membahas dampak konsumsi konten digital terhadap kesehatan mental mahasiswa dan pelajar, dengan menghadirkan beberapa pembicara, yaitu: Novia Laraswati, S.Psi. (S-2 Psikologi UAD); Anty Kunanti, S.Pd. (PPG Universitas Pendidikan Indonesia); Nurul Annisa Batubara, S.Psi. (Konselor Sebaya Mahasiswa UAD); dan Wulan Maulundhinta Naillumunna (Mahasiswa Bimbingan dan Konseling UAD).
Dalam paparannya, Anty menjelaskan bahwa Brain Rot adalah kondisi overstimulasi otak yang menyebabkan penurunan fungsi mental dan intelektual seseorang. Hal ini utamanya disebabkan oleh kebiasaan mengonsumsi konten instan, repetitif, dan pasif secara berlebihan, seperti endless scrolling di TikTok dan Reels, hingga kebiasaan binge-watching.
Wulan turut menambahkan bahwa ada beberapa faktor utama pemicu Brain Rot pada generasi muda. Di antaranya adalah penggunaan gadget secara berlebihan tanpa tujuan yang jelas, ketergantungan pada konten cepat dan visual, gangguan konsentrasi akibat multitasking, tekanan sosial digital seperti Fear of Missing Out (FOMO), efek dari filter bubble dan echo chamber, serta tidak adanya batasan antara waktu belajar dan hiburan.
Sementara itu, Nurul menyoroti peran besar media sosial dalam memperburuk kondisi ini. Menurutnya, platform-platform digital dirancang untuk memicu pelepasan dopamin, pemicu rasa senang di otak, yang membuat penggunanya sulit berhenti mengakses konten.
Para pembicara sepakat bahwa penting bagi mahasiswa dan pelajar untuk mulai membatasi konsumsi konten instan serta menjaga keseimbangan antara hiburan dan tanggung jawab belajar demi menjaga kesehatan mental di tengah gempuran era digital. (Lin)