Prof. Rika Astari Soroti Industrialisasi Bahasa dan Simbol Religi dalam Media di Gontor Putri

Foto Bersama Seminar Intelektual Muslimah dengan Prof. Rika, Dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Humas FAI UAD)
Prof. Rika Astari, S.S., M.A., dosen dari Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), hadir sebagai narasumber utama dalam Seminar Intelektual Muslimah yang diselenggarakan di Pondok Modern Darussalam Gontor Putri Kampus 1 pada Kamis, 10 Juli 2025. Dalam kesempatan ini, Prof. Rika membawakan tema yang menarik sekaligus kritis, yakni tentang industrialisasi bahasa dan simbol religi Islami dalam media di Indonesia.
Seminar ini menjadi wadah refleksi dan analisis terhadap tren berkembangnya representasi keislaman dalam industri hiburan dan produk konsumsi di tanah air. Prof. Rika mengawali pemaparannya dengan mengungkap bahwa kemunculan bahasa dan simbol Islami dalam media mulai tampak menonjol sejak 2008, bertepatan dengan suksesnya film Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy, yang menjadi tonggak awal kemunculan film-film bernuansa Islam di Indonesia.
“Film Ayat-Ayat Cinta membuka gerbang bagi banyak genre film religi lainnya yang mulai menampilkan narasi dan simbol Islami, bahkan mengangkat isu-isu sensitif seperti poligami dalam bingkai sinematik,” ungkap Prof. Rika.
Ia menyebut sejumlah judul yang menandai genre tersebut, seperti Surga yang Tak Dirindukan, Bismillah, Kunikahi Suamimu, hingga Dalam Surga 2 Cintaku. Genre romantis religi juga berkembang dengan film-film seperti Ketika Cinta Bertasbih, Dalam Mihrab Cinta, dan Bid’ah Cinta. Bahkan, unsur religi merambah ke komedi Islami, seperti Insyaallah Sah, Hijab, dan I’m Coming.
Tak hanya itu, Prof. Rika juga menyoroti industri film horor religi dengan kemunculan judul-judul seperti Tasbih Kosong, Waktu Maghrib, dan Makmum. Ia juga mengangkat kasus film kontroversial Kiblat yang berganti judul menjadi Taghut setelah menuai kritik atas konten pemujaan iblis yang bertentangan dengan makna asli kata “kiblat”.
Lebih lanjut, Prof. Rika mengulas penggunaan simbol Islami dalam strategi pemasaran produk konsumsi. Ia mencontohkan berbagai produk yang menggunakan nama, istilah, dan visual Islami, seperti Nivea Hijab, Parfum Hijab Body Mist, Molto Pewangi Hijab, Kopi ABC Qohwa, Pasta Gigi Barakat, hingga Kispray Suci yang mencantumkan gambar Kakbah sebagai elemen branding.
“Bahasa dan simbol Islami tidak lagi hanya hadir dalam ruang ibadah, melainkan telah menjadi komoditas industri yang digunakan dalam iklan, kemasan produk, hingga nama merek. Fenomena ini perlu dicermati secara kritis,” tegasnya.
Sebagai penutup, Prof. Rika menyampaikan pesan motivasi kepada para santriwati untuk terus meneguhkan niat dan komitmen dalam menuntut ilmu di pesantren. “Jika sudah memilih tholabul ‘ilmi di pesantren putri, yakini dengan sepenuh hati, lalu tekuni dengan sepenuh energi. Semoga menjadi jalan terbaik meraih prestasi,” pungkasnya. (Fia/Lus)