UAD Pertahankan Klaster Mandiri Selama 4 Tahun Berturut-turut!

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Raih Klaster Mandiri (Foto. UAD)
Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali meraih prestasi nasional setelah berhasil mempertahankan posisinya di Klaster Mandiri, klaster tertinggi dalam penilaian kinerja penelitian dan pengabdian kepada masyarakat oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek). Tahun ini, UAD menjadi satu dari 56 perguruan tinggi negeri dan swasta dari total 1.159 perguruan tinggi akademik se-Indonesia yang masuk dalam klaster tersebut. Capaian ini menandai empat tahun berturut-turut UAD berada pada posisi teratas.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UAD, Prof. Anton Yudhana, S.T., M.T., Ph.D., menyampaikan rasa syukur atas keberhasilan tersebut. “Alhamdulillah UAD untuk tahun ke-4 ini tetap masuk Klaster Mandiri. Ini hasil kerja keras dosen-dosen UAD yang konsisten meningkatkan kinerja penelitian dan pengabdian,” ujarnya.
Prof. Anton menjelaskan bahwa luaran penelitian menjadi faktor penting dalam penilaian ini, terutama publikasi di Sinta dan Scopus serta kekayaan intelektual. “Partisipasi dosen sangat tinggi. Publikasi meningkat, dan kekayaan intelektual seperti hak cipta, desain industri, paten, hingga merek terus bertambah. Semua ini diukur dalam SINTA dan menjadi kekuatan UAD,” jelasnya. Ia juga menegaskan bahwa UAD termasuk enam besar nasional untuk desain industri, serta tiga tahun berturut-turut menjadi peringkat pertama PTS penerima dana penelitian DPPM.
Untuk menjaga kualitas kinerja dosen, LPPM memberikan Apresiasi Produk Karya Ilmiah (APKI) serta mengadakan pendampingan melalui klinik penelitian. “Kami terbantu oleh taskforce dan koordinator prodi yang memantau perkembangan penelitian dan publikasi. Sistem ini membuat ritme penelitian dosen tetap terjaga,” ungkap Prof. Anton. Ke depan, UAD memperluas fokus penelitian pada bidang kesehatan dan pangan, termasuk inovasi alat kesehatan dan teknologi pertanian bekerja sama dengan KUBI dan Adi Multi Kalibrasi. Prof. Anton menuturkan, “Karya inovasi yang sudah mencapai Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT) 7 ke atas akan kami dorong masuk ke tahap komersialisasi dan kami siapkan untuk bersaing di pasar nasional maupun internasional.” (Mawar)
