Anugerah Terbaik bagi Manusia
“Ada 4 macam makhluk yang diciptakan oleh Allah menurut imam Al-Ghazali. Pertama yaitu makhluk yang diberi Allah akal tetapi tidak diberikan hawa nafsu, hal ini disebut dengan malaikat. Kedua, makhluk yang diberi oleh Allah hawa nafsu tetapi tidak dengan akal, maka hal ini dikenal dengan hewan atau binatang. Ketiga, Allah juga menciptakan makhluk yang tidak diberikan hawa nafsu maupun akal, maka dikenal dengan benda mati. Terakhir, yaitu makhluk yang diberi akal dan hawa nafsu yaitu manusia,” terang Ustaz Budi Jaya Putra, S.Th.I., M.H.
Ia menyampaikan khotbah yang diselenggarakan secara rutin setiap Jumat di Lantai 2 Masjid Islamic Center (IC) Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube.
Ustaz Budi melanjutkan, manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang sempurna daripada makhluk lainnya. Dalam Q.S. At-Tin ayat 4 memberikan pandangan bahwa manusia memiliki kelebihan dan keistimewaan. Jika dilihat secara kasat mata fisik manusia tentu berbeda dengan makhluk lainnya. Namun, tidak hanya itu Allah Swt. menurunkan kepada manusia sebuah keistimewaan, yakni manusia memiliki 2 anugerah yang Allah berikan yaitu akal pikiran dan hawa nafsu.
Ia menambahkan, dari 4 macam makhluk Allah ini, imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa 2 anugerah terbaik kepada manusia adalah akal dan hawa nafsu. Akal memiliki energi positif, karena hal itu akal dapat memberikan wawasan informasi dan pertimbangan apakah itu baik atau buruk.
“Berbeda dengan hawa nafsu yang memiliki energi negatif, yang mendorong dan memotivasi manusia untuk melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan hal itu baik atau tidak,” imbuhnya.
Ketika akal mampu mengontrol hawa nafsu sehingga manusia berada di atas hawa nafsunya, maka manusia akan menjadi makhluk yang mulia. Sebagaimana yang termaktub dalam Q.S. An-Nazi’at ayat 40–41 yang artinya: “Dan adapun bagi orang-orang yang takut apabila ia berdiri di mahkamah Tuhannya, (untuk dihitung amalnya), serta ia menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.”
Dari 2 ayat tersebut, secara jelas Allah memberikan cara dalam potensi akal untuk menguasai hawa nafsu dan mengantarkan kebaikan manusia menuju surga-Nya. Ketika dirinya telah mampu mengontrol hawa nafsu, maka manusia akan melakukan perbuatan-perbuatan yang diridai oleh Allah Swt. Sebaliknya ketika hawa nafsu menguasai akalnya, maka manusia akan melakukan perbuatan-perbuatan yang dimurkai oleh Allah Swt.
“Marilah kita senantiasa berusaha untuk berjuang sebaik-baiknya agar mampu mengendalikan hawa nafsu yang telah dianugerahkan kepada kita, dengan menjadikan akal pikiran sebagai pengevaluasi diri dari hawa nafsu yang ada dalam diri kita. Oleh karena itu, kita harus memperbanyak pengetahuan sehingga dapat mengerti yang hak dan yang batil,” tutupnya. (Zah)