BEM FAST UAD Gelar SPIRIT 2023
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Sains dan Teknologi Terapan (FAST) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) gelar kajian keislaman bekerja sama dengan lembaga eksekutif se-FAST yang diberi nama “Student Passion for Islamic Renewal and Transformation” atau biasa disingkat SPIRIT pada Minggu, 23 Juli 2023.
Acara tersebut dilaksanakan di Aula Masjid Islamic Center UAD dan disiarkan langsung melalui YouTube FAST UAD. Hadir pada kesempatan tersebut Muhammad Atiatul Muqtadir, S.Kg. selaku Ketua BEM KM Universitas Gadjah Mada 2019 dan Ust. Dr. Okrisal Eka Putra, Lc., M.Ag. dari Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah selaku narasumber.
Tema kegiatan SPIRIT 2023 adalah “Bagaimana Cara Kita Bersikap di Era Serba-serbi Teknologi?”. An Syafarino selaku Gubernur BEM FAST UAD, dalam sambutannya menyampaikan, “Intisari dari tema yang diangkat adalah kita sebisa mungkin harus siap menjadi seorang pemimpin, minimalnya untuk diri kita sendiri. Di tengah perkembangan teknologi yang makin cepat, tentu kita harus berkomitmen memegang kendali sebagai umat muslim.”
Hal ini sejalan dengan yang tercantum dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 30 yang dimaknai sebagai perintah Allah kepada manusia yang diciptakan untuk memimpin bumi dan seisinya.
Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, dunia ini mengalami perubahan yang begitu cepat. Akses informasi lebih mudah didapat tanpa dibatasi ruang dan waktu. Sehingga, fenomena sosial berubah ke era digital. Salah satu dampak perkembangan teknologi yang pesat adalah adanya interaksi sosial berbasis internet melalui media sosial.
Fathur, sapaan akrab Ketua BEM KM UGM itu, menyampaikan bahwa “Dalam perkembangan teknologi, kita tidak bisa lepas dari gadget, sebagian besar interaksi kita pasti melalui sosial media. Artinya, sebagai umat muslim kita harus memang prinsip yang syar’i sesuai Quran dan Hadis.”
Pertama, what should we do, batasi dan perhatikan apa yang masuk dan keluar pada sosial media. Hal itu dapat memengaruhi aktivitas dan perkembangan wawasan seseorang ke depannya. Kedua, berkata baik atau diam. Sosial media sudah teracuni dengan berita hoaks dan ujaran kebencian, sehingga perlu sebagai umat muslim menjaga etika bermedia sosial. Ketiga, hal-hal yang perlu dibagikan di sosial media adalah yang benar, baik, dan bagus.
Ust. Okrisal menambahkan, “Dalam kaitannya ilmu belajar pada zaman dahulu, banyak ulama yang mampu menghasilkan karya-karya luar biasa, padahal teknologi tidak semaju saat ini. Salah satu faktornya adalah belajar melalui masjid. Selain itu, membaca Al-Quran terlebih dahulu sebelum belajar hal lainnya.”
Fathur berpesan, “Sebagai seorang saintis muda, kita juga mempunyai kewajiban dalam berdakwah, sesuai dengan kemampuan kita. Misalnya, melalui karya-karya eksak yang dihasilkan. Bentuk implementasi keilmuan sains dalam menyelesaikan persoalan di masyarakat juga salah satu bentuk dakwah. Karena dakwah tidak sekadar ayat-ayat Quran dan Hadis saja yang disampaikan.” (roy)