Bijak dalam Mengelola Waktu
Ramadan di kampus (RDK) 1445 H Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta melangsungkan Kajian Jelang Buka Puasa setiap hari selama bulan Ramadan. Kajian jelang berbuka diadakan secara luring di Masjid Islamic Center UAD dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube masjid tersebut. Pemateri pada kajian kali ini yaitu Qaem Aulassyahied, S.Th.I., M.Ag. selaku Dosen Prodi Ilmu Hadis UAD sekaligus Sekretaris Divisi Fatwa dan Pengembangan Tuntunan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Qaem mengungkapkan, “Ilmuwan dalam tema ini yaitu merujuk kepada ulama. Biasanya, ilmuwan yang sering dipahami yaitu orang yang ahli dalam bidang saintis. Tetapi dalam pandangan Islam, ilmuwan tidak hanya orang yang ahli dalam bidang tersebut. Ilmu yang dikembangkan oleh ulama bertujuan untuk memahami dalil-dalil agama, sehingga kita dapat menjalankan agama sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ.”
Kemudian ia melanjutkan, “Kehidupan ulama banyak sekali yang dapat kita teladani dan kita pelajari. Salah satunya yaitu tentang bagaimana para ulama menghargai dan mengelola waktu, sehingga kehidupan yang mereka jalani dapat mencetak diri mereka sebagai ulama. Rujukan dari kajian kali ini yaitu Kitab Qimah az-Zaman ‘Inda al-Ulama yang ditulis oleh ulama muhaddis Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah. Kemudian kitab ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yakni berjudul Tradisi Ulama Terdahulu Di Dalam Mengelola Waktu yang diterbitkan oleh Qaf.”
Filosofi Judul Kitab ‘Qimah az-Zaman’
Penulis menamai kitab ini dengan judul Qimah az-Zaman (nilai waktu), dengan harapan bahwa buku ini bisa menjadi rangsangan bagi para penuntut ilmu, khususnya kalangan generasi muda. Semangat menuntut ilmu generasi di zaman sekarang sudah mulai tergerus karena didominasi oleh rasa malas dan tekad yang lemah.
Buku ini diawali dengan penjelasan tentang nikmat yang Allah berikan. Para ulama pun menjelaskan pentingnya nikmat Allah di dalam lafadz hamdalah, yakni Allah dipuji atas dua hal. Pertama, Allah dipuji karena Dzat Allah yang mulia. Kedua, kita memuji Allah karena perbuatan atau jasa Allah kepada kita.
Pembagian nikmat
Kenikmatan terbagi menjadi dua sebagai berikut.
Pertama Furu’ an-Ni’am, yaitu nikmat-nikmat yang sifatnya cabang dan dapat hadir karena adanya nikmat asasi. Contohnya kesempatan memelihara ibadah-ibadah sunnah (seperti perlakuan baik dalam interaksi sesama manusia, memiliki sikap ramah, mampu menjaga kebiasaan masuk masjid dengan mendahulukan kaki kanan dan keluar dengan kaki kiri, menghindarkan gangguan di jalan, dll).
Kedua Ushulun-Ni’am, yaitu hadirnya nikmat asasi sehingga nikmat-nikmat lain bisa dirasakan. Contohnya nikmat kesehatan rohani dan jasmani yang menjadi pusat dan faktor penting manusia dapat berkegiatan. Begitu pula ilmu, termasuk dalam nikmat asasi. Sebab ilmu, dari segi manapun merupakan kenikmatan; mencarinya, memahaminya, mengamalkannya hingga mengajarkannya adalah kenikmatan.
Waktu Sebagai Ushulun-Ni’am
Waktu adalah nikmat yang pokok diantaranya yang paling pokok. Karena tanpa waktu, semua hal tidak dapat kita raih dan dapatkan. Di dalam kitab tersebut, Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah mengatakan waktu itu adalah umurnya kehidupan dan waktu adalah ruang dimana kita bisa ada. Begitu pula waktu adalah nikmat yang membuat kita bisa eksis. Dalil yang menunjukkan waktu sebagai ushulun-ni’am yaitu Surah Ibrahim ayat 32-34.
Tafsir Fakhruddin ar-Razi
Syaikh Fakhruddin ar-Razi dalam kitabnya menafsirkan Surah al-‘Ashr. Beliau berkata Allah bersumpah dengan waktu. Karena banyaknya keajaiban yang terkandung di dalamnya. Sebab melalui waktu terciptalah kebahagiaan dan keburukan, kesehatan dan kesakitan, kekayaan dan kefakiran. Waktu pun merupakan barang mewah yang tidak bisa digantikan oleh apapun.
Peringatan Allah atas Pengelolaan Waktu
Allah memberikan ultimatum yang keras terhadap pemanfaatan waktu. Semakin besar kenikmatan yang Allah berikan, maka semakin besar pula tanggungjawab yang Allah minta kepada kita.Orang kafir memohon kepada Allah untuk dihidupkan kembali, yakni untuk mengerjakan kebaikan-kebaikan yang tidak dikerjakan sebelum meninggal. Hal ini termuat dalam firman Allah Q.S. Fathir ayat 37.
Syaikh Qatadah mengatakan “Ketahuilah wahai manusia! Bahwa sesungguhnya panjangnya waktu adalah bukti dan saksi yang bisa memberatkan timbangan kita di hadapan Allah. Maka hendaknya kita berdoa kepada Allah agar kita terhindar dari ketercelaan yang disebabkan oleh waktu yang panjang, tetapi tidak digunakan untuk hal yang baik.”
Prinsip-prinsip pengelolaan dan penghargaan waktu oleh ulama, agar kita tidak menjadi orang yang merugi. Pertama mematri mindset bahwa waktu adalah sumber kemaslahatan. Kedua menghargai waktu meski sekecil apapun. Ketiga berani berkorban untuk memaksimalkan kesempatan.
“Kesimpulannya mari kita senantiasa memanfaatkan waktu yang Allah berikan kepada kita. Karena waktu merupakan nikmat yang paling pokok yang besar tanggungjawabnya dihadapan Allah. Diantara yang bisa kita lakukan agar waktu ini bermanfaat adalah mengkuti prinsip-prinsip yang sudah dibiasakan oleh para ulama. Meskipun tidak bisa seperti ulama tetapi kita berupaya seperti ulama”, tutup Qaem. (Lus)