Dukung Jogja Nol Sampah, KKN UAD Edukasi Masyarakat olah Sampah Anorganik
Selama manusia hidup, maka sampah akan terus diproduksi. Saat ini, tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan menerima sampah dari Kota Yogyakarta kurang lebih 260 ton per hari dengan persentase 43% sampah anorganik dan 57% sampah organik. Sementara itu, pengolahan sampah berdasarkan Undang-Undang No.18 Tahun 2008 dilakukan dengan pengurangan dan penanganan sampah.
Dalam pengurangan sampah membutuhkan keterlibatan masyarakat dengan melakukan 3R yaitu reuse, reduce, dan recycle, serta untuk mendukung gerakan nol sampah anorganik. Hal ini akan diberlakukan mulai Januari 2023 oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dengan adanya Surat Edaran Wali Kota Yogyakarta Nomor 660/6123/SE/2022 untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA karena kondisinya hampir penuh.
Masyarakat yang berada di RW 05 Sorosutan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, belum memanfaatkan atau mengolah sampah anorganik untuk sesuatu yang memiliki nilai ekonomis. Padahal, pengolahan sampah yang belum efektif akan terus memicu masalah lingkungan, kesehatan masyarakat, serta akan menjadi persoalan sosial.
Berawal dari kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat, maka mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang tergabung dalam KKN Alternatif ke-84 Unit VII.D.1 bekerja sama dengan ibu-ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) menyelenggarakan pelatihan pemanfaatan sampah anorganik menjadi produk kerajinan tangan yang bernilai ekonomis serta akan bermanfaat untuk masyarakat setempat.
Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Serbaguna Sorosutan dengan menghadirkan narasumber Darmaningsih Puji Handayani. Acara dihadiri oleh ibu-ibu RW 05 Sorosutan. Tujuan dilaksanakan kegiatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengolahan sampah anorganik untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan dan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat dalam pemanfaatan limbah anorganik sehingga menghasilkan nilai ekonomis. Tak hanya itu, kegiatan ini juga merupakan salah satu bentuk kepedulian mahasiswa terhadap lingkungan.
“Semoga pelatihan ini dapat menambah kreativitas ibu-ibu Sorosutan dan dapat mengurangi jumlah sampah anorganik,” ungkap Aidil Syam selaku ketua Unit VII.D.1. dalam sambutannya. Kemudian dilanjutkan dengan acara inti yaitu pelatihan pengolahan sampah dengan dipandu oleh Darmaningsih.
Sampah plastik yang telah didaur ulang menjadi aneka kreasi unik dan kerajinan dapat menambah pendapatan masyarakat setempat apabila dilaksanakan secara rutin. Selanjutnya, hasil kreasi tersebut diperjualbelikan. Antusiasme warga sangat tinggi dalam mengikuti kegiatan tersebut yang menjadikan waktu terasa singkat karena harus berakhir di saat masyarakat telah memahami dan mulai lancar dalam praktik pembuatan kerajinan dengan daur ulang sampah anorganik. (eka/ayu)