Himmah ‘Aliyah dalam Berkeluarga
Himmah ‘aliyah adalah suatu tekad kuat dengan semangat luar biasa yang juga kerap disebut cita-cita luhur, di dalamnya terdapat komitmen, tujuan mulia untuk mencapai rida Allah dan dapat menempuh keberhasilan dunia serta akhirat. Himmah ‘aliyah juga merupakan suatu komitmen rumah tangga yang harus dibangun dengan kesungguhan untuk mencapai nilai luhur dalam rumah tangga.
Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 148 yang artinya “Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Ayat tersebut mendorong umat Islam untuk memiliki semangat tinggi dalam berlomba-lomba melakukan amal kebaikan.
Allah juga mengisyaratkan himmah ‘aliyah pada Surah Al-Isra’ ayat 19 yang artinya “Barang siapa menghendaki akhirat dan berusaha ke arah tersebut dengan cara sungguh-sungguh sedangkan ia beriman. Maka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik.” Kegagalan terbesar dalam berkeluarga dapat terjadi karena tidak adanya tujuan yang pasti, maka topik tentang himmah merupakan suatu hal mutlak dalam berkeluarga.
Rasulullah pernah bersabda bahwa mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Dalam riwayat lain juga disebutkan bahwa sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional (itqan). Himmah merupakan ambisi atau obsesi yang ditempuh menuju pada satu kemuliaan. Sedangkan ambisi merupakan keinginan manusia yang sifatnya besar tetapi ditargetkan dengan aksi yang besar.
Cara membangun himmah dalam berkeluarga yang pertama, yaitu dengan mengimplementasikan suatu hal positif dalam pembiasaan. Hal ini berupa rutinitas yang mengarah ke himmah, dukungan dalam seluruh kegiatan, pembiasaan positif dan terarah, dan pendampingan dalam setiap keadaan. Kedua, senantiasa mengikrarkan tujuan mulia dunia akhirat dan saling mengingatkan aturan dan tujuan keseharian. Saat ini masyarakat muslim banyak terdoktrin dengan cara-cara pendidikan psychology minded tetapi kenyataannya menghancurkan generasi. Ketiga, implementasi pembiasaan positif dalam pembiasaan rumah tangga.
Bentuk kegagalan orang tua di dalam berumah tangga antara lain, kurangnya ilmu dan belajar (malas upgrade pengetahuan), keterbatasan waktu untuk keluarga, tidak kompak dan tidak istikamah dalam mendidik anak, lingkungan keluarga yang tidak mendukung tercapainya himmah, serta jarang memotivasi dan mengapresiai antarkeluarga.
Hal ini disampaikan pada Kajian Ahad Pagi Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada 1 Desember 2024 dengan pemateri Dr. Mhd. Lailan Arqam, M.Pd. selaku dosen Magister Pendidikan Agama Islam (MPAI).