Kajian Ramadan Fakultas Farmasi: Konsep Profesionalisme dalam Islam
Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan pengajian dalam rangka menyongsong bulan suci Ramadan 1443 H dengan tema “Konsep Profesionalisme dalam Islam: Agar Bekerja Berbuah Surga”. Acara digelar pada Jumat, 1 April 2022 secara daring melalui platform Zoom Meeting dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube Farmasi UAD. Hadir sebagai pemateri adalah Prof. Dr. K.H. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A.Ed., M.Phil. selaku Rektor Universitas Darussalam Gontor.
Dwi Utami, S.Si., Apt. selaku Kepala Program Studi Sarjana Farmasi UAD dalam sambutannya menyampaikan, dengan adanya forum kajian ini dapat menjadi suatu wadah bagi keluarga besar Fakultas Farmasi untuk berkumpul lagi. Harapannya dengan adanya acara ini dapat memberikan manfaat dan berkah untuk lebih semangat dalam menjalankan puasa.
Lebih lanjut, Hamid menyampaikan tidak semua orang Islam itu beriman (tidak semua muslim itu mukmin), tetapi semua mukmin pasti muslim. Rukun Islam merupakan pembersih jiwa, ketika jiwa bersih pasti kita akan melakukan amal individual dan amal sosial seperti mencari ilmu, mengajar ilmu, bekerja mencari nafkah, berdagang, berkeluarga, berpolitik, membantu orang miskin, dan memilih pemimpin. Dalam melakukan amal sosial maupun individual tersebut harus memakai ajaran Islam sehingga amal-amal perbuatan kehidupan disebut dengan syariat (jalan hidup). Menurut Al-Mawdudi, visi Islam (worldview Islam) dimulai dari konsep keesaan Tuhan (syahadat) yang berimplikasi pada keseluruhan kegiatan kehidupan manusia di dunia.
“Arti iman dalam Islam bukan hanya apa yang ada dalam hati. Pengertian iman sebagai keyakinan dalam hati dan pengalamannya, pernyataannya dengan lisan, serta pengalamannya dengan anggota tubuh. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan maksiat. Iman itu bukan sekadar angan-angan, tetapi keyakinan yang tertanam dalam hati dan dibuktikan kebenarannya oleh amal perbuatan,” papar Hamid.
Dalam Q.S. An-Nur ayat 39 dijelaskan bahwa orang-orang yang tidak beriman kepada Allah itu apa pun perbuatannya tidak ada artinya dalam Islam. Orang yang beramal tetapi tidak beriman, mereka percaya bahwa amalnya lebih mulia dari agamanya. Banyak orang muslim yang mengaku beriman tetapi percaya dengan hal-hal yang musyrik. Apabila ada keimanan bersamaan dengan kemusyrikan, maka iman yang akan hilang. Orang yang beriman tetapi tidak berhubungan dengan amal, seperti halnya bekerja tetapi tidak karena iman, bekerja tidak niat untuk ibadah. Keimanan tidak tampak dalam bentuk amal, baik individual maupun sosial, bahkan keimanan tidak jadi kejujuran, kebersihan, kerja keras, disiplin. Beramal yang benar adalah yang disertai dengan atau berdasarkan pada iman. Sehingga, mukmin yang profesional adalah bekerja berdasarkan keimanannya.
Terakhir Hamid menyampaikan mengenai cara mukmin profesional (beramal dengan iman) berbuah surga yaitu dengan beramal dengan ikhlas, beriman dengan salat dan zakat seperti halnya yang dijelaskan dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 277, serta beriman dan bertakwa dengan perkataan benar. Adapun balasan dan beramal di dunia yaitu tidak merasa khawatir atas jaminan keselamatan hidup, memperoleh jaminan petunjuk dari Allah Swt., keberuntungan, rezeki yang baik, dan mendapatkan kebaikan hidup di dunia. Sedangkan balasan beriman dan beramal saleh di akhirat yaitu pahala yang mengalir tidak putus-putus, mendapat ampunan atau kesalahan, serta penghapusan atas dosa. (frd)