Mahasiswa dan Pentingnya Merencanakan Masa Depan
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UAD Dr. Gatot Sugiharto, M.H. didapuk menjadi salah satu narasumber dalam acara Seminar Internasional yang diselenggarakan Biro Kemahasiswaan dan Alumni (Bimawa) Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Acara bertajuk “Student Leadership Challenges After Covid-19” ini digelar secara luring di Amphitarium Kampus Utama UAD dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube UAD pada Sabtu, 27 Mei 2023.
Mengangkat topik “Strategi Mengembangkan Organisasi Kemahasiswaan untuk Memiliki Jiwa Kepemimpinan yang Baik”, Gatot mengawali pemaparan materinya dengan menganalogikan era industri 4.0 dengan era society 5.0 sebagai busur dan anak panah.
“Ketika kita memanah itu ada 2 unsur, busur dan anak panah. Sejauh tangan kanan menarik anak panah ke belakang itu akan menentukan seberapa jauh anak panah itu akan melesat ke depan,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa analogi tersebut erat kaitannya dengan peran anak muda khususnya mahasiswa dalam menyongsong masa depan. Menurutnya, merencanakan masa depan yang baik membutuhkan masa lalu sebagai pembelajaran supaya tidak terjerumus mengulang kesalahan yang sama di masa yang akan datang.
“Saya berharap para pelajar, mahasiswa belajar dari pengalaman masa lalu. Bukan untuk meniru yang salah, tetapi berhati-hati akan kesalahan di masa yang lalu,” tuturnya.
Gatot menjelaskan bahwa fase periode revolusi industri membutuhkan masa yang semakin singkat dari waktu ke waktu. Hal ini berarti bahwa pelajar, mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa harus memiliki kemampuan beradaptasi dengan baik, terlebih setelah adanya pandemi Covid-19.
Sejalan dengan hal ini, kunci yang harus dimiliki oleh mahasiswa adalah menyiapkan berbagai perencanaan. “Harus ada plan A, plan B, plan C, dan seterusnya karena perkembangan zaman akan selalu berubah,” tandas Gatot.
Mengawali pemaparan materi dengan sebuah analogi, Gatot juga menutup presentasinya dengan sebuah analogi. Kali ini adalah analogi beberapa gelas dengan isi yang berbeda-beda. Gelas dengan sedikit isi diibaratkan sebagai mahasiswa yang kurang gemar belajar, sehingga hanya mendapatkan sedikit ilmu semasa berkuliah.
Berbeda dengan gelas dengan cukup banyak isi yang berarti bahwa mahasiswa tersebut cukup giat dalam mencari ilmu, baik di dalam maupun di luar lingkungan kampus. Hal ini yang kemudian akan menentukan kualitas kehidupan dari setiap mahasiswa ke depannya.
“Kalau Saudara memilih pilihan yang sulit dan Saudara berani, insyaallah ke depan Saudara akan mendapatkan sesuatu yang baik. Namun, kalau sejak mahasiswa atau pelajar Saudara hanya memilih pilihan-pilihan yang mudah maka suatu ketika nanti atau di masa yang akan datang saudara mungkin akan mendapatkan hal-hal yang sulit,” tutupnya. (Lid)